Marco menarik beberapa lembar tisu dan mengelap bibir basah Chi. Pria itu tersipu malu.
"Maaf, membuat bibirmu terluka" sesal Marco. Chi pun demikian, dia sudah tak bisa lagi menyembunyikan semua perasaannya.
"Chi, maukah kau menjadi kekasihku?" Tanya Marco dengan berlutut dan tisu di tangannya, pria itu melinting lembaran tisu dengan sedikit noda darah bekas bibir Chi, Marco tak sengaja menggigit bibir mungil Chi tadi. Pria itu membentuk cincin dengan lintingan tisu, dia memakaikan di jari Chi. Membuat gadis itu bertambah malu.
"Kakak, terima kasih!" Ujar Chi memeluk pundak Marco, dia tak menyangka akhirnya cinta pertama itu kembali. Baik Chi ataupun Marco tak pernah menyangka jika takdir mereka di sini begitu indah.
"Apa kau mau?" Tanya Marco menginginkan jawaban Chi. Pria itu mengangkat wajahnya, menempelkan hidung mereka, saling tertawa dan tersipu bersama.
"Tentu saja, bagiku kakak adalah pria terbaik yang aku temui. Kau membuatku merasa begitu bahagia.." ujar Chi menahan rasa panas di wajahnya. Dia menggigit bibir bawahnya yang tadi terluka. Marco sekali lagi mencuri kecupan sekilas di bibir Chi, dia tak mau melukai lebih banyak lagi, padahal tak apa, Chi menyukai itu.
Marco duduk di sebelah Chi di sofa, membuat gadis itu menyandarkan kepalanya dengan manja, Marco mengangkat tangan dan merangkul pundak Chi.
"Aku akan menyelesaikan pendidikan dan menjadi pria yang berhasil. Aku akan melamarmu dengan baik suatu hari nanti.." mendengar ucapan manis Marco membuat Chi mengangguk kecil, tentu saja itu harapan yang indah. Chu akan sangat menantikan hari itu.
"Selama kau berjuang dan menjadi pria yang sukses, aku akan menjadi gadis paling cantik dan bahagia di dunia ini!" Ujar Chi dengan wajah yakin, dia menoleh pada Marco dan menatap wajah samping Marco.
Chi menyukai sudut tajam hidung Marco, dahi yang kokoh, sudut mata yang jelas. Marco sungguh tampan untuk pria berusia 21 tahun.
"Kenapa?" Marco menyadari tatapan lekat Chi, gadis itu menggeleng cepat sambil menyembunyikan senyumannya.
Chi mengangkat tangan dan menggandeng lengan Marco. Bahkan lengan ini sudah memiliki otot, sangat berbeda dengan lengan yang dulu Chi gandeng. Chi menyukai transformasi keren Marco.
"Apa kakak sering fitnes?" Tanya Chi menggamit gemas otot bisep Marco. Pria itu menggeleng sambil menarik sudut bibir.
"Tapi kakak mempunyai otot yang kuat" ujar Chi mengelus lembut pangkal lengan kekasihnya itu, bukankah mereka sudah jadian? Marco menatap otot lengannya dan terdiam sesaat. Itu bukan karena dia sering fitnes tapi karena hidupnya Chi. Marco tak akan membicarakan kehidupannya pada Chi, itu terdengar rumit. Marco tak mau Chi mencemaskan dirinya.
Tiiing!!
Chi terpaksa melepaskan gelayutan manjanya, Marco harus menjangkau ponselnya yang menyala di atas meja. Pria itu membaca pesan singkat di layar ponsel.
Dari Dixter
Marco, aku berada di jalan rajawali, aku melihat Lyn dan Abr, mereka akan melewatkan malam bersama lagi..
Rahang Marco menegang membaca pesan singkat di layar ponselnya, membuat Chi menautkan alis heran. Wajah apa itu? Dia tak pernah melihat wajah Marco seperti ini sebelumnya? Apa pria dewasa biasa membuat wajah tegang seperti ini? Chi tiba tiba jadi cemas.
"Ada apa ka?" Chi memberanikan diri bertanya. Marco seperti melepas topeng saat menatap wajah Chi, wajahnya kembali lembut dan tenang.
"Chi, aku harus pergi ke suatu tempat" ujar marco, Chi sedikit berpikir dan keberatan. Dia tak mau sendirian di malam Minggu seperti ini.
"Apa kau mau ikut?" Tanya Marco seakan mengerti dengan alasan wajah cemberut itu.
"Apa boleh?" Tanya Chi dengan wajah bersemangat. Marco mengangguk ragu.
"Tapi kau jangan terkejut ya. Kita akan menemui banyak orang aneh dan kehidupan malam kota. Kau tak perlu turun dari taksi, aku tak akan lama. Kau bisa melihat dari dalam mobil" Chi semakin bingung. Apa itu barusan? Dia tak bisa mengerti ucapan Marco. Apa itu artinya suatu tempat asing yang berbahaya? Chi sedikit bingung, tapi dia tak mau sendirian malam ini, dan selama ada Marco bukankah dia tak perlu cemas? Pada akhirnya Chi mengangguk, dia akan tetap ikut bersama Marco.
"Aku ikut kakak. Aku ganti baju dulu!" Ujar Chi menunjuk kamar sebelah, dia tak mungkin mengenakan pakaian rumah keluarkan. Pakaian rumah apa? Dia bahkan sudah mengenakan dres terbaik milik temannya. Marco mengangguk setuju, Chi hendak beranjak dari posisinya, tapi telapak Marco seakan menjeda.
"---?"raut wajah Chi heran. Pria itu mengangkat jarinya, mengaitkan rambut Chi ke sisi telinga, dia mencuri kecupan di pipi Chi, kali ini dengan sedikit menggesekkan bibirnya hingga ke pangkal leher Chi, membuat gadis itu tertegun dan berdesir, Chi meremang karena ulah tiba tiba Marco. Pria itu bangkit dan tertawa kecil melihat reaksi terkejut Chi yang terlihat lucu di mata Marco.
"Kakak.. kakak sengaja menggodaku ya!" Gusar Chi mencubit gemas perut Marco, gadis itu beranjak dan menghentakkan kaki ke lantai, membuat Marco memperpanjang gelak tawanya. Chi sungguh menghibur Marco. Dia bisa melupakan masalah yang berkecamuk di dalam kepalanya.
Marco meraih jaket Boomber, dia memakai kaos kaki dan mengambil sneaker putih di rak sepatunya. Pria itu mengenakan alas kaki, setelah selesai, dia mengunci pintu dan menunggu Chi di teras.
Pakaian casual Marco senada dengan pilihan Chi, gadis itu meraih Cardi rajut berwarna putih dengan motif kecil berbentuk hati, kaos putih dan celana joger hitam. Chu mengambil sandal dengan hak tiga senti sebagai alas kaki. Model pop toe yang jadi trend gaya remaja saat ini. Tak lupa sebuah Sling bag kecil.
Chi menarik handle pintu, dan terkejut mendapati kekasihnya sudah siap dan menunggu. Dia tersenyum, gadis itu memerlukan waktu lumayan juga. Dia bahkan menambahkan sapuan blush on di pipi dan liptint yang menyamarkan bekas gigitan gemas Marco tadi.
"Kau cantik sekali" puji Marco membuat Chi tersipu malu, dia menggandeng lengan kekasihnya.
"Dan kekasihku tampan sekali" balas Chi memuji Marco dengan senyuman mebggoda. Pria itu menarik sudut bibir, tersenyum lebar. Apa katamu, kekasih.. wajah Marco merona merah jambu.
"Ayo kita berkencan" ujar Marco. Dia benar juga, bukankah ini malam Minggu? Dan setelah beberapa jam yang lalu mendeklarasikan sebagai pasangan kekasih. Bukankah ini kencan pertama mereka.
"Apa yang kau ingin lakukan di kencan pertama kita?" Tanya Marco menatap wajah cantik kekasihnya. Chi sedikit berpikir dengan ekspresi wajahnya yang menggemaskan membuat Marco ingin sekali lagi menyambar bibir lembut itu.
"Kita kan sudah makan tadi, bagaimana kalau jalan jalan ke taman dan menikmati cemilan seperti dulu, saat kecil kita sering melakukan itu kan ka!" Ujar Chi memberi ide. Marco mengangguk setuju.
"Kau benar, sekarang kita sudah bukan anak kecil lagi. Ayo kita ke taman dan menghabiskan waktu di sana, menikmati cemilan manis ini." Chi mengangguk lalu mentautkan alis. Bisa bisanya Marco menunjuk bibir Chi, pria itu menganggap bibir segar ini cemilan? Chi mencubit gemas lengan Marco yang kencang, dia bergelayut manja.
"Aish.. kakak.." tapi Marco menyukai menggoda kekasihnya
"Bolehkah aku menciummu disana?" Goda Marco membuat tepukan mendarat di pangkal lengannya.
"Lakukan apa saja yang kakak mau.." balas Chi bergumam. Ah, pasangan sejak kecil ternyata terlalu jujur dan apa adanya. Keduanya seakan balas dendam dengan waktu yang menjeda cinta mereka.
"Aku bercanda sayaang.." ujar Marco merangkul pundak Chi
"Apa kakak bilang!" Tanya Chi meminta Marco mengulang kalimat barusan.
"Bercanda?"
"Bukan yang itu!" Protes Chi. Marco tertawa. Dia menyukai wajah Chi yang menggemaskan ketika kesal dan malu, membuat tangannya gemas ingin mencubit pipi kenyal Chi.
"Sayaang.."