Marco menyadari jika chi sedang marah. Dia selalu menghindari lawan bicara saat sedang kesal. Waktu kecil juga begitu. Dia sering merajuk dan kabur saat keinginannya tak sesuai.
"Hey, ada apa dengan Chi ku?" Tanya Marco mencari wajah Chi yang berpaling dan menghindari wajah Marco.
"Kesal dia sama kau! Kau ajak gadis ke sini, tapi kau peluk gadis lain! Kau kira siapa disini? Gedebong pisang!" Ujar sopir terkekeh mencoba ikut campur urusan sejoli yang menjadi penumpangnya malam ini.
"Apa bang. Salah paham saja itu. Kalau ini kekasihku, kalau tadi cuma adikku" ujar Marco sengaja mengucapkan kalimat itu supaya Chi mendengarnya dan berhenti cemberut, benar saja Chi menoleh dan menatap wajah Marco. Pria itu tersenyum, dia tahu betul cara mudah meluluhkan hati Chi.
"Adik?" Tanya Chi tak percaya. Marco mengangguk.
"Tapi kalian tak mirip loh! Gadis tadi kelihatan oriental dan seksi" ujar pak sopir masih ingin turut campur.
"Apa kami tidak mirip?" Tanya Marco dengan wajah polos, pak sopir mengangguk cepat.
"Kalau kau dan kekasihmu itu baru mirip!" Ujar pak sopir membuat Marco tersenyum kecil.
"Katanya kalau mirip itu jodoh loh dek!" Marco dan Chi tersipu malu mendengar lelucon pak sopir.
"Masa sih pak?" Balas Marco sambil menoleh dan menatap wajah merona Chi, tangannya meraih telapak tangan kekasihnya, dan menggenggam erat.
"Biasanya gitu dek!" Keduanya tertunduk dan menyembunyikan senyuman. Walau kalimat barusan terdengar asal seperti lelucon orang tua, tapi membuat perasaan Chi membaik. Dia membalas genggaman telapak tangan Marco dengan kerlingan matanya yang bersinar.
"Apa kita jadi ke taman?" Chi menggeleng pelan.
"Kita pulang saja" balas Chi membuang pandangan, wajahnya panas, dia tak bisa membalas tatapan Marco.
Tunggu, pulang? Dada Chi semakin berdebar membayangkan sisa malam yang akan mereka lewati berdua. Apa yang akan terjadi nanti.
"Terima kasih pak!" Ujar Marco mengangkat tangan, pak sopir menurunkan kaca mobilnya.
"Selamat malam Minggu dek!" Ujar pak sopir menyunggingkan senyum menggoda. Apa maksudnya senyuman barusan, Chi mengeryitkan dahi tak suka. Marco merangkul pundak gadisnya.
"Maaf ya sayang, malam ini rasanya begitu tak menyenangkan.." ujar Marco mengangkat alis. Chi memanyunkan bibir, tentu saja melihat kekasihnya merangkul gadis lain, mana akan menyenangkan.
Chi dan Marco masuk ke gedung kosan. Saat tiba di depan paviliun, mereka berhenti sejenak.
"Apa kau ingin tidur di kamarku?" Kalimat barusan seakan membakar wajah Chi. Ya ampun! Mereka sering tidur bersama sebelumnya, saling merangkul dan berpelukan.
Lalu malam ini? Chi tak bisa menjawab. Marco mencium punggung tangan kekasihnya. Dia tak membutuhkan jawaban Chi. Marco menarik lengan Chi dan membuka pintu kamarnya
Chi merebahkan diri dengan sungkan di kursi kamar Marco, sementara pria itu melepaskan sneaker nya. Dia membuka kaos dan menoleh ke arah Chi.
Gadis itu menunduk sambil memainkan jarinya. Dia tak berani mengangkat kepala, meski tadi dia sempat melihat Marco dengan tenang menarik kaos yang pria itu kenakan, Marco tersenyum dan berpikir untuk menggoda kekasihnya lagi.
"Hey!" Marco jongkok di hadapan Chi, gadis itu menghindari wajah Marco yang berdada terbuka. Ya ampun, dia sengaja memamerkan dadanya yang bidan dan rata. Guratan six pack yang menggugah iman wanita.
"Hey, kenapa kau tak mau melihat wajahku?" Tanya Marco dengan wajahnya yang menggoda. "Lihat kakak, ini kakakmu!" Ujar Marco semakin bersemangat menggoda Chi.
Gadis itu menengadahkan kepala, dia menghindari wajah Marco. Dia berusaha menahan diri, jangan sampai wajah merahnya menjadi kesenangan Marco. Lelaki ini selalu saja pintar menggoda.
"Hai.." wajah Marco sudah di atas kepala Chi. Membuat gadis itu mau tak mau menyerah juga. Dia membalas tatapan bersemangat Marco. Dia cemberut. Memanyunkan bibir.
"Kakak menyebalkan!" Gusar Chi. Marco membesarkan matanya tak mengerti.
"Kakak memeluk wanita itu di depanku. Kakak bahkan mengelus rambutnya dengan lembut!" Protes Chi mendekap tangan di dada.
"Kau cemburu?"
"Aku marah!" Ketus Chi dengan suara meninggi.
"Namanya lyn, dia adikku"
"Kau tak punya adik!" Chi mengerat tangannya di dada.
"Dia bukan adik mu!" Kesal Chi, dia benar, mereka besar bersama di panti, dan tak mempunyai keluarga kandung, sama seperti Chi. Marco juga begitu.
"Tapi secara hukum dia adikku"
"Tidak ada adik secara hukum!" Protes Chi masih dengan wajah cemberut.
"Apa kau marah? Aku bisa memeluk mu sepanjang malam"
"Tidak mau!"
"Kita akan menghabiskan waktu di sisa usia kita. Kita akan menikah dan hidup bersama" Chi menggeleng tak luluh.
"Ayolah sayang. Aku janji tak akan memeluk siapapun selain dirimu"
"Bohong!" Kesal Chi.
"Cecil.. sayang.." Marco memeluk tubuh Chi, menempelkan wajah gadis manjanga pada kulit dada yang terbuka.
"Kau berkeringat!" Protes Chi.
"Haruskah aku mandi dulu?"
"Kalau kau ingin tidur denganku!" Marco membulatkan bibirnya. Tak percaya dengan kalimat Chi barusan.
"Apa aku boleh tidur denganmu?" Chi menyesali kalimatnya. Tapi dia tak mungkin menggeleng.
"Aku gak suka kakak memeluk wanita lain. Aku ingin menjadi wanita satu satunya untuk kakak!" Marco mengulas senyuman tipis. Dia mengecup dahi Chi. Pria itu mengelus lembut rambut kekasihnya lebih dari sekali.
"Chi, hanya kau yang ingin aku peluk, hanya kau yang ingin aku cintai. Hanya kau saja yang selalu aku nanti dan aku rindukan. Tak ada yang lain" gumam Marco dengan tatapan mata yang kosong
Tapi cinta ini tak akan pernah mudah, tapi cinta ini tak akan pernah cepat. Ku harap kau akan mau bersabar untuk cinta kita.
Marco melepaskan pelukannya, dia meraih selembar handuk.
"Aku akan mandi, gadisku silahkan menghibur diri sendiri ya. Jangan manyun lagi!" Cubit Marco di pipi lembut Chi.
"Ciuumm.." rengek Chi manja sambil memonyongkan bibirnya. Marco mencium bibir kekasihnya sekilas. Tapi gadis itu memeluk tubuhnya erat. Marco mengelus punggung Chi dan menikmati aroma tubuh gadisnya. Aroma yang selalu dia kenang. Aroma manis tubuh Chi.
"Kakak harus mandi sayang.." bisik Marco meminta Chi melepaskan pelukannya, gadis itu mengangguk enggan. Dia terpaksa melepas badan lengket Marco.
Marco menatap wajah gadisnya sekali lagi. Sudah pukul empat pagi. Marco pergi ke kamar mandi sementara Chi memperhatikan layar ponselnya. Ada banyak pesan dari Suzu dan Rose. Gadis itu sampai lupa pada kedua temannya yang sudah jahat hari ini. Tapi jahat yang dia sukai. Karena Suzu dan Rose, dia dan Marco bisa melewati malam bersama seperti ini.
Chi menatap punggung Marco yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Gadis itu memijat leher belakang nya dan tersenyum tipis.
Menemukan kosan ini, bertemu Marco disini, melewati ciuman hangat pertama kali. Memiliki kekasih tampan rupawan. Semua itu seperti mimpi untuk nya.
Mulai sekarang tak ada lagi hari sepi, Chi begitu nyaman karena Marco lah yang menjadi kekasih pertamanya. Kekasih yang sudah seperti kakak sendiri. Mereka sudah melewati banyak hal bersama dan termasuk malam ini.
Tidak apa kan kalau mereka tidur bersama dan membuat malam malam indah seperti pasangan lainnya? Kerinduan yang bertumpuk, waktu yang menjeda, semua itu membuat gelora di hati Chi kian membara. Dia begitu merindukan Marco, pria pertama yang mengisi hari dan hatinya.
"Kakak.." lirih Chi dalam mimpinya yang indah..