"Aku bersumpah! Bukan aku pelakunya! Dan jika aku bisa memberi pertolongan pertama, tolong lepaskan aku. Sebaliknya, jika terjadi apa-apa dengan pangeran itu-- kalian boleh--" Susah payah Eunbyul menelan salivanya. "Menebas kepalaku."
Beberapa detik mereka saling berpandangan. Bergantian menatap Eunbyul juga sang saudara yang terkapar lemah.
Taehyung memberi ijin. Sebagai gantinya, Eubyul harus mati jika ada yang salah atau mencoba kabur.
Eunbyul mulai berpikir cepat. Mengamati kondisi sang pangeran dan menduga-duga penyebab dari luka bakar di sekitar lengan kirinya.
"Heracleum mantegazzianum," gumam Eunbyul setelah memindai tanda-tanda yang muncul. "Panas, luka bukar di kulit, dan sinar matahari. Tidak salah lagi, pangeran ini terkena getah tanaman giant hogweed."
"Jangan bicara yang tidak kami ketahui. Lakukan saja apa yang kau tahu atau kami akan membunuhmu!" Desak seseorang.
"Tidak! Jangan biarkan pangeran ini terkena sinar matahari. Dan ck! Aku ini juga sedang berpikir apa yang harus ku lakukan."
Eunbyul kembali mengingat-ingat tentang buku tanaman beracun yang pernah dibacanya. Beberapa detik kemudian, dia merobek bawahan gaunnya yang sudah kotor. Membuat beberapa pangeran itu harus memalingkan wajahnya ketika tak sengaja melihat betis mulus Eunbyul.
Sialan! Umpat mereka dalam hati. Kaki wanita itu indah. Kurus, putih dan halus.
"Berikan aku air," pinta Eunbyul. Lalu mencuci lepuhan di tangan si pangeran. Membuat pangeran itu mengerang kesakitan. Baru membungkusnya dengan kain tadi.
"Harusnya ini di cuci dengan sabun." Eunbyul berkomentar. "Lepuhan ini akan sembuh sangat lambat dan dapat berkembang menjadi phytophotodermatitis... Sejenis ruam kulit yang menyala di bawah sinar matahari. Jadi lebih baik segera bawa ke tabib, namun jangan sampai terkena sinar matahari."
Keenam pangeran itu menatap Eunbyul dengan tatapan tidak yakin. Membuat Eunbyul kembali mendesah, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam bukunya. Jarum akupuntur.
"Ini akupuntur pereda rasa sakit. Aku tidak yakin tidak bisa menyegah lepuhan yang lebih parah, tapi setidaknya dia tak terlalu merasakan kesakitan."
Eunbyul menatap Taehyung. Seolah menunggu persetujuan. Sementara yang ditatap justru menatap satu demi satu pangeran lainnya, meminta pendapat. Hingga suara erangan Hoseok semakin keras, lantas Taehyung memberi persetujuan.
Dalam hati Eunbyul merapalkan doa, semoga tidak salah tusuk, semoga... Karena jujur, ini pertama kalinya dia menggunakan jarum akupuntur. Itu karena dirinya merasa tak punya pilihan lain. Para pangeran itu belum sepenuhnya percaya atas dirinya.
Rasanya seperti berjudi. Tegang sekali.
Hingga akhirnya Eunbyul menusukkan dua jarum. Entah berhasil atau tidak, setidaknya pangeran itu tak lagi merintih kesakitan. Nafasnya pun kembali teratur.
Eunbyul terduduk. Kakinya terasa lemas. Sementara para pangeran itu mulai mengambil alih tubuh Hoseok untuk di bawa ke camp mereka. Tinggallah dirinya dan Lee Taehyung.
Keduanya masih terdiam, sampai salah satunya berdehem.
Eunbyul mengangkat kepalanya. Terkejut. Baru sadar jika pangeran itu masih berdiri di depannya. Dia menghela napasnya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. "Ada apa lagi," tanyanya.
Pria itu lagi-lagi berdehem sebelum akhirnya mengulurkan tangannya.
Dahi Eunbyul berkerut. Namun pria itu berisyarat agar dia menerima uluran tangannya. Perlahan namun pasti, Eunbyul menerima uluran tangannya. Merasakan hangat dan lembut telapak tangan si pangeran.
"Terimakasih dan maaf," ucap Lee Taehyung.
Membuat Eunbyul terkekeh. Apakah ini pria yang sama dengan yang tadi-- ingin menelanjanginya.
"Ada yang lucu," tanyanya.
"Ada," jawab Eunbyul.
Dahi pria itu berkerut. "Apa?"
"Hanya itu?"
"Apanya?"
"Ucapan terimakasih dan permintaan maafmu?"
Wajah Taehyung berubah datar. Menatap curiga ke arah wanita tak dikenal itu.
Eunbyul berdecak. "Sudah ku bilang aku bukan pelakunya. Saudaramu itu pasti terkena getah tanaman giant hogweed. Tanaman berbunga yang sepertinya kalian lewati di sekitaran hulu sungai. Asal kalian tahu, meski bunganya bagus. Itu tanaman yang beracun."
Pria itu masih memberikan tatapan curiga.
"Pulang nanti kau bisa cari informasi sendiri mengenai bunga itu!"
Eunbyul mulai mengumpulkan barangnya yang berceceran. Seorang diri. Pria di hadapannya itu ternyata sangat-sangat tidak peka. Bukannya menolong, hanya melihat saja.
"Sudah kan? Aku pulang," pamit Eunbyul. Namun pria itu mencegahnya.
"Ngomong-ngomong, siapa kau? Bagaimana bisa sampai ke tempat ini?"
Aish, Lee Taehyung sialan! Eunbyul pikir urusan mereka sudah berakhir.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kau seperti tidak asing." Pertanyaan itu sukses membuat Eunbyul beku. Mengerjapkan matanya berkali-kali sambil menampilkan senyum aneh-- mengira jika pria itu mengingatnya.
"Aku? Aku hanya wanita yang tersesat. Yah, benar. Aku sedang ada penelitian tentang tanaman obat di hutan sebelah." Eunbyul menunjukkan buku tebal miliknya. "Dan yah, entah bagaimana aku bisa sampai di sini." Dia menunjukkan tawa palsunya.
"Kau mengambil jurusan kesehatan?"
"Iya," jawab Eunbyul asal.
"Namamu siapa?"
"Byul. Ya, Byul."
"Nama lengkapmu?"
"Untuk apa?"
"Asalmu?"
"Rahasia. Tunggu! Kenapa kita jadi bermain kuis. Maaf, sepertinya aku harus mengingatkanmu akan janjimu. Aku sudah berhasil memberi pertolongan pada suadaramu, jadi lepaskan aku. Oke?"
Eunbyul melangkah. Namun lagi-lagi pria itu menghadangnya.
"Akan ku minta salah satu pengawal untuk mengantarmu."
"Tidak usah! Err-- aku tak ingin merepotkan."
"Pasukan kami banyak. Jadi tidak akan repot."
"Ku bilang tidak perlu. Jadi permisi..."
Eunbyul bergeser ke kiri, mencoba melewati Taehyung. Namun pria itu kini menahan lengannya. Membuat keduanya bertatapan dan menimbulkan geleyar aneh dalam diri Eunbyul.
Pria itu-- sangat amat tampan jika dilihat dari jarak sedekat ini. Jakunnya bergerak naik-turun, sangat seksi menurut Eunbyul. Dan bibirnya errr--bagaimana ya rasanya?
Dan belum sempat pria itu membuka bibirnya-- ingin berbicara, Eunbyul sudah menempelkan bibirnya ke bibir pria itu. Sukses membuat mata si pria membulat, sementara matanya terpejam. Mencoba meresapi rasanya yang namanya ciuman. Yah sebenarnya tidak bisa dibilang ciuman juga sih. Kegiatan menempalkan bibir. Ya, hanya sebatas itu.
"Upss!" Eunbyul melepaskan bibirnya. Terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Sangat bodoh!
"Apa yang kau lak--"
Cup. Lagi-lagi Eunbyul mencuri kecupan di bibir pria itu sebelum melarikan diri. Membuat si pria hanya bisa mematung. Meraba bibir juga jantungnya.
Apa yang barusan terjadi? Dan apa yang terjadi pada dirinya?
Goo Eunbyul menidurkan kepalanya ke bangku. Sekali lagi menghela napas kala mengingat kejadian dua minggu lalu. Ya, aksi sok heroiknya untuk menolong salah satu pangeran bighit dan berakhir mencuri ciuman dari si pangeran idaman-- Lee Taehyung. Tidak hanya itu, sampai di kastil, sudah menunggu para rubah dan sang ratu. Memergoki aksi menyelinapnya dengan pakaian compang-camping juga kotor. Dituduh berbuat onar hingga di kurung selama dua minggu ini di pavilun dan hanya diijinkan keluar untuk ke sekolah. Dan hari ini adalah hari terakhir ujian pertengahan tahun sekaligus masa hukumannya.
Eunbyul jadi teringat dengan pangeran bighit itu. Apa lukanya sudah sembuh? Atau justru bertambah parah dan para pangeran itu tengah memburu dirinya. Eunbyul menggeleng kuat. Tak ingin jika itu terjadi. Tapi kalaupun sembuh, apa yang akan dilakukannya jika bertemu lagi dengan pangeran Taehyung.
"Kau serius?" Suara terkejut diiringi tangis yang dibuat-buat mengganggu kesenangan lamunan Eunbyul.
"Iya. Dari sumber terpercayaku... Pangeran Lee dan Puteri Koo akan segera meresmikan pertunangannya. Dan dalam waktu dekat akan segera melangsungkan pernikahan Bagaimana ini? Kesempatan kita untuk mendekati pangeran Lee semakin menipis."
"Hah! Aku juga masih belum rela. Fiks ketika hari itu tiba, akan menjadi hari patah hati di dunia."
Tubuh Eunbyul lemas mendengarnya. Jadi begini ya, akhirnya?
Eunbyul keluar dari akademi dengan wajah lesu. Seperti cucian kering yang belum disetrika. Beberapa kali di ejek karena ucapannya sembrononya tentang 'menahlukkan hati pangeran lee' karena nyatanya pria itu akan resmi bertunangan dalam tiga hari kedepan. Ia bahkan sudah tak memiliki energi untuk meladeni keisengan saudari tirinya Park Bora, yang meninggalkan dirinya-- jadi harus pulang ke kerajaan dengan berjalan kaki.
Lady yang tidak seperti lady kerajaan kalau orang-orang melihat. Apalagi dirinya itu tak terlalu populer di kalangan rakyat kakao. Sudahlah... Malah bagus kalau tidak ada yang mengenalinya, sehingga tak perlu malu. Kalaupun ada yang kenal, barang kali mereka justru berpikir positif-- Oh ternyata lady Goo itu puteri raja yang down to earth, sederhana, dan tak sombong. Yah, barang kali.
Eunbyul memilih jalan memutar. Meski lelah, nyatanya dia malah tak ingin segera sampai. Membayangkan keisengan apa lagi yang akan diterimanya. Lebih baik pulang terlambat dan mendapat hukuman kurungan sehingga tak perlu berjumpa dengan para rubah dan tuyul menyebalkan itu.
Langkah Eunbyul berhenti. Diatas jembatan penyeberangan, mengamati lalu lalang manusia dan kendaraan di bawah sana. Kota kakao, ternyata sudah semaju ini. Dulunya bahkan tak ada taman kota sebagai rekreasi gratis. Kereta kencana sudah dioperasikan sengan mesin, meski masih ada yang menggunakan manual yaitu kuda, dan bahkan masih ada tandu. Menurut berita, akan diluncurkan kendaraan yang memuat lebih banyak orang yang orang barat sebut dengan kereta-- yang dipelopori kerjaan bighit dan esem. Kalau dipikir-pikir, dua kerajaan itu memang memiliki peran yang lebih signifikan dalam membangun daratan taeso. Pantas saja jika Lee Taehyung ditunangan dengan Koo Irene. Jika rumor penyatuan dua kerajaan ini benar... Mereka bisa menjadi kerajaan di atas kerajaan.
"Sialan!" Umpat Eunbyul kala dua orang wanita menabrak dari belakang. Dan terus berlari tanpa meminta maaf. "Ah, menyebalkan," dengusnya. Di depan sana, sudah berkumpul banyak wanita. Berteriak histeris seperti menyambut bintang besar. Siapa lagi kalau bukan para pangeran dari bighit.
Eunbyul pun memilih jalan memutar. Melewati gang-gang sempit agar lebih cepat sampai ke kerajaan. Namun langkahnya harus terhenti kala melihat sosok pria misterius di ujung gang. Pria berpakaian serba hitam itu terus mengintip ke arah pintu gang. Membelakangi Eunbyul dan tak sadar akan kehadiran orang lain.
Menggulung lengan seragamnya. Eunbyul berjalan pelan ke arah pria itu, memasah sikap sedia jika pria itu menyerangnya.
Pria itu berbalik dan "Hiyakkk!" Eunbyul mengeluarkan jurusnya untuk menyerang pria itu. Meski terkejut, refleks pria itu ternyata sangat bagus. Serangan Eunbyul gagal dan malah pria itu menangkap kedua tangannya hanya dengan satu tangan dan membekap mulutnya.
Eunbyul lantas menggigit tangan pria itu dam menendang tulang keringnya saat lengah. Pria itu meringis namun tak sampai ambruk. Membuat Eunbyul kembali ke posisi kuda-kudanya.
Dan pria itu membuka maskernya. Oh Dewa! Ternyata pria itu Lee Taehyung!
Iya, Lee Taehyung! Untuk apa dia disini?
Baru saja mau berlari. Eunbyul merasakannya tas punggungnya ditarik.
"Mau pergi kemana kau marmut kecil..." kata Taehyung.
Eunbyul berbalik. Menampilkan senyuman bodohnya. Namun harus kembali menelan senyumannya ketika pria itu melanjutkan ucapannya
"Ah, atau harus ku ganti pertanyaanku. Mau kemana kau, lady Goo Eunbyul?"
Mata Eunbyul membulat sempurna. Menelan salivanya dengan susah payah.
Bagaimana dia tahu?