WARNING!
DALAM PART INI TERDAPAT MATURE CONTENT BERUPA KEKERASAN DAN SEKSUALITAS.
PEMBACA DI BAWAH UMUR DIHARAP BIJAK!
BERSIFAT FIKTIF BELAKA.
***
"Goo Eunbyul, jalang sialan! Berani-beraninya menjalin hubungan rahasia dengan Lee Taehyung. Kita harus segera menyingkirkannya sebelum itu terjadi."
"Oke!"
Goo Eunbyul menghela napasnya untuk kesekian kali. Membiarkan camilan buahnya begitu saja, juga buku-buku pelajarannya di atas meja belajar. Bukan di ruang rahasianya. Baru empat belas hari ditinggalkan sang kekasih, namun rasanya seperti berbulan-bulan. Hidupnya terasa kosong? Hampa? Entahlah, yang jelas membuatnya tak terlalu bersemangat dalam beraktivitas. Meski ada kesempatan untuk keluar dari kastil, dia bahkan lebih memilih tinggal di dalam paviliun. Entah sekedar tiduran atau membaca buku. Tapi kini, semangat membaca bukunya benar-benar telah hilang.
"Ryujin-a!" Teriak Eunbyul dari dalam kamar. Tak berselang lama, pelayan pribadinya itu muncul dari balik pintu.
"Ye. Ada yang bisa saya bantu, Agashi?"
Eunbyul menggeleng. Menidurkan kepalanya di atas meja. "Akhhh! Aku bosan sekali."
Ryujin hanya bisa menganggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung sendiri dengan tingkah aneh sang majikan, padahal baru tiga puluh menit yang lalu dia menolak tawaran dari Yang Mulia Ratuku untuk ikut keluar bersama-- melihat-lihat kondisi rakyatnya. Tapi kenapa sekarang malah bosan?
"Jadi... Agashi ingin apa?" Tanya Ryujin hati-hati. Takut menyinggung.
Eunbyul menghela napasnya. "Tidak tahu..."
"...yang jelas. Aku rindu padanya?"
"Padanya? Siapa?"
"Ah! Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang," kilah Eunbyul. Hampir saja membongkar rahasianya sendiri.
"Seseorang? Siapa? Apa saya juga mengenalnya?"
"Ck! Kenapa kalau mengenalnya? Toh dia tak mungkin kenal denganmu."
Ryujin tersenyum kecut. Mulut pedas nona mudanya sudah kembali ternyata.
Hari ke dua puluh setelah kepergian Lee Taehyung ke Mammamoo. Goo Eunbyul tampak lebih cerah dari sebelumnya, setelah mendapat surat dari sang kekasih yang diberikan melalui Choi Mingyu. Meski pria itu hanya menulis beberapa baris yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan sangat sangat merindukan dirinya. Agaknya lumayan mengobati rasa rindunya. Dan berita baiknya yang lain, seris dari icha-icha paradise yant terbaru telah muncul. Maka dengan kecepatan penuh, sepulang dari akademi, Eunbyul pergi ke toko buku langganannya, E&T Story. Tak lupa dengan penyamarannya seperti biasa. Untung hari ini Ryujin tak mengawalnya dua puluh empat jam. Wanita itu tadi pagi ijin, katanya ibunya sedang sakit.
"Ahjussi!" Panggil Eunbyul seraya menaik turunkan alisnya-- memberi kode yang langsung dipahami si Ahjussi. Pria itu membalas dengan membentuk huruf O dengan ibu jari dan telunjuknya.
Eunbyul pun segera menuju ruang baca khusus yang biasa dia sewa. Hingga beberapa saat kemudian, si ahjussi datang dengan membawa sebuah buku.
"Gomawo, Ahjussi! Ahjussi memang yang terbaik," puji Eunbyul sambil mengacungkan dua jempolnya.
Seperginya Ahjussi, Eunbyul membuka plastik pembungkus buku itu dengan sangat hati-hati. Seolah takut merusak sampul dari si buku. Mata Eunbyul berbinar. Hidungnya mengendus-endus aroma khas buku yang kertasnya masih baru-- yang bercampur dengan lem kayu sebagai perekatnya. Menjadi candu baginya, selain aroma tubuh sang kekasih.
Icha-icha Paradise Seris Ke-10 dengan sub judul, Kejatuhan Sang Selir Xing. Yang ternyata mengisahkan bahwa, perselingkuhan antara si selir dan jenderal perang Ming itu akhirnya terungkap meski telah ditutupi dengan serapi mungkin. Seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Sungguh Eunbyul tidak terima dengan jalan cerita ini karena di akhir cerita... Selir Xing dijatuhi hukuman bunuh diri, berupa gantung diri di hadapan rakyat Shu Huan. Padahal selama ini kaisar Chongzi sendiri yang menyuruh Selir Xing untuk berhubungan seks dengan jenderal yang menjadi tangan kanannya. Itu karena kaisar Chongzi telah merasa bersalah, merebut Xing dari sahabatnya sendiri-- yang dibunuhnya di medan perang-- demi merebut hati Xing. Butuh waktu lama untuk memenangkan hati Xing. Namun saat Xing telah sepenuhnya jatuh cinta padanya, dirinya malah di diagnosis terkena penyakit kelamin-- akibat ketidak hati-hatiannya selama berhubungan seks dengan para wanita. Akhir cerita yang menurut Eunbyul tidak adil bagi selir Xing yang tak tahu apa-apa. Dia hanyalah wanita malang yang terjebak dalam intrik perebutan antara kekuasaan dan cinta.
Sementara di tempat lain, terlihat seorang wanita tua yang sakit-sakitan diikat kedua tangannya juga disumpal mulutnya. Lalu ada wanita muda yang menangis-- meraung-meraung saat melihat kondisi dari sang ibu tercinta.
"Tolong-tolong... Jangan sakiti ibu saya. Dia tidak bersalah, Agashi."
Wanita muda itu-- Min Ryujin merintih kala Shin Naeun, lady sulung dari kerjaan Kakao menjambak rambutnya hingga mendongak. Saat itu pula dia bisa melihat ketujuh lady yang lain tersenyum-- mengejek ke arahnya. Ya, merekalah dalang di balik penyulikan sang ibu juga dirinya.
"Jadi... Apa yang bisa kau lakukan untuk kami?" Naeun tak memberi pilihan lain. "Ya, itu sih kalau kau ingin keluar dari sini hidup-hidup dan rahasiamu sebagai penulis cerita kotor tak terbongkar."
Tubuh Ryujin bergetar. Bagaimana bisa mereka tahu, kalau dirinyalah sang penulis icha-icha paradise. Ah, atau lebih tepatnya, penulis pengganti dari sang ayah yang merupakan penulis asli dari cerita itu.
Susah payah Ryujin menelas salivanya. Tidak memiliki pilihan selain tunduk dan patuh pada mereka. "Saya akan lakukan apapun keinginan Agashi, asalkan kalian tidak menyakiti ibu saya. Beliau tidak bersalah sama sekali."
Naeun dan ketujuh saudaranya tersenyum puas. "Oke! Kita lihat seberapa bagus kau dalam menjalankan tugas kami."
Maka pada makan malam sebagai perayaan kecil-kecilan atas pertunangan antara pangeran Bogum dan puteri Jisoo dari kerajaan Waiji, terjadi sebuah insiden tak terduga. Lady Park Bora tiba-tiba tumbang setelah memakan hidangan yang tersedia. Membuat semua orang panik, terutama selir Park yang terus-terusan bersumpah akan membalas perbuatan si pelaku-- yang meracuni putri semata wayangnya.
Dan kini waktunya interogasi. Meski tak merasa melakukan apapun, entah kenapa Eunbyul merasa cemas. Bahkan tubuhnya terasa tidak enak. Peluh membasahi pelipis, leher, juga kedua telapak tangannya. Kepalanya kadang berdenyut, juga sesekali merasakan mual.
Perasaan aneh macam apa ini?
"Lady Goo Eunbyul, apa yang kau lakukan seharian ini?" Kini giliran Eunbyul untuk ditanyai Yang Mulia Raja. Dalam kasus ini, memang Raja sendiri yang turun tangan untuk menanganinya karena dugaan pelaku yang berasal dari anggota kerajaan sendiri. Sebelum kejadian ini diketahui rakyat, lebih baik menemukan pelakunya terlebih dahulu lalu menjatuhi hukuman agar stabilitas kerajaan tak tergoncang.
"Hmm... Seharian ini saya tidak keluar dari paviliun, Yang Mulia Rajaku. Saya tidak kemana-mana." Eunbyul menautkan kedua tangannya. Dia berkata jujur. Tapi entah kenapa, perasaan malah semakin tidak nyaman.
"Tapi dari jam tiga sampai enam sore, kau tidak terlihat di kamarmu oleh pelayan yang membawakan makanan."
"Oh itu... Saya..."
Sial! Dia harus menjawab apa? Tak mungkin kalau dirinya berkata bahwa waktu itu berada di dalam kamar rahasianya. Karena selama ini tak ada yang tahu keberadaan ruang itu selain dirinya dan Ryujin. Meski nyatanya Ryujin tak pernah tahu isi dari ruangan itu.
Tunggu! Iya, Ryujin. Mungkin wanita itu bisa menjadi alibinya tanpa harus membongkar keberadaan kamar rahasia.
Maka dari itu, dipanggilah Ryujin sebagai saksi. Eunbyul menatap Ryujin dengan wajah pucatnya. Tersenyum penuh harap pada sang pelayan agar bisa menyelamatkan dirinya dari situasi sulit ini.
Namun jawaban yang keluar dari mulut Ryujin justru menjadi bom bagi Eunbyul...
"Maaf, tapi di waktu itu saya tidak bersama dengan Lady Goo. Yang saya tahu, Lady Goo kembali masuk kamar setelah pukul enam."
Tenggorokan Eunbyul terasa tercekat. Memang benar dirinya sempat keluar untuk mencari udara segar. Tapi tak lama, mungkin hanya sekitar sepuluh menit lalu kembali ke kamar.
"Dasar pembohong!" Teriak selir Park dengan wajah penuh amarah. "Tunggu apalagi? Cepat geledah kamar wanita sialan itu!"
Dan semuanya terjadi begitu saja. Saat ternyata ditemukan buah phaleria macrocarpa di salah satu almari penyimpanan. Eunbyul tak bisa menyangkal karena itu memang miliknya. Dia dapat saat perjalanan pulang dari hutan larangan beberapa waktu lalu-- yang ia olah sendiri untuk menjadi obat. Namun siapa sangka, kalau zat yang meracuni lady Bora ternyata berasal dari buah yang sama. Lebih tepatnya dari biji buah yang memiliki nama lain mahkota dewa itu.
Semuanya jelas bagi mereka. Goo Eunbyul adalah pelaku yang meracuni Lady Park Bora, dibumbui dengan motif pertengkaran yang terjadi diantara mereka belum lama ini. Lady Goo Eunbyul menyimpan dendam, itu yang semua orang tuduhkan. Sementara wanita itu hanya bisa menangis-- tak berdaya-- tak ada yang memercayai bahkan saudara kembarnya sendiri. Ratu Gong, Raja Gong, Ryujin, dan Goo Wooshik; semuanya memalingkan kepala darinya. Mungkin merasa marah sekaligus malu atas dirinya.
Hukuman sudah di tetapkan. Goo Eunbyul telah dicopot gelarnya sebagai Lady dari kerajaan kakao. Dihapus derajatnya sebagai keturunan bangsawan. Menjadi wanita biasa. Dan terakhir diusir, diasingkan ke salah satu pulau di bagian paling selatan daro wilayah kakao.
Sekuat apapun berpikir, Eunbyul tetap tak bisa menemukan jawaban atas ketidakadilan yang diterimanya ini. Maka dalam sepanjang perjalanannya menuju tempat pengasingan yang hanya dikawal oleh Ryujin dan dua orang pengawal pria, tak ada sepatah kata yang terucap. Rasanya... Semua terlalu melelahkan. Belum lagi rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi-jadi sejak terakhir kali.
"Maafkan saya, Agashi..." Sebanyak apapun Ryujin berujar maaf, Eunbyul tetap membisu. Membuat Ryujin rasanya mau mati saja karena telah menghianati sang nona yang selama ini memperlakukannya dengan sangat baik, seperti keluarga sendiri.
Eunbyul sendiri merasa ucapan maaf Ryujin tak ada gunanya. Apakah hanya dengan maaf dapat mengembalikan semuanya? Tentu saja tidak. Sebaliknya, dia merasa wanita itu sangat egois. Meminta maaf hanya untuk melegakan perasaannya sendiri? Cih! Tidak semudah itu.
Dan rasanya, semesta seolah-olah turut membenci Eunbyul. Belum mencapai separuh dari perjalanan, hujan lebat mengguyur hutan-- yang menjadi rute perjalanan mereka. Meski sudah mengeluh sakit dan minta beristirahat, nyatanya kedua pengawal pria itu tak memberi ijin Eunbyul barang bernapas sejenak. Mereka terus melanjutkan perjalanan, menyusuri tebing agak curam yang di bawahnya ada aliran sungai.
"Auww!!" Ryujin hampir saja terpeleset--jatuh, jika Eunbyul tak segera menarik lengannya. Membuat suasana menjadi sejenak canggung, sebelum akhirnya kembali senyap. Membuat Ryujin semakin dirundung rasa bersalah.
"Akhhhh!" Eunbyul terduduk lemas. Tak lagi sanggup menahan rasa sakit dari perutnya.
"Nona!! Apa yang terjadi? Bagian mana yang sakit?" Tanya Ryujin panik. Berusaha menolong sang nona. Sementara kedua pengawal pria hanya berpandangan dan saling lirik.
Ryujin meyingkap gaun Eunbyul yang sudah sangat basah. Ada darah yang mengalir dari kakinya yang telah putih-- memucat.
"Apa ini periode, anda?" Tanya Ryujin yang dibalas gelengan kuat. Namun kemudian mengangguk ragu kala ingat bahwa sudah berhari-hari periodenya telat.
"Kalau begitu, mari kita cari tempat untuk istirahat." Belum sempat Ryujin membantu Eunbyul berdiri, kedua pengawal tadi telah menghunus pedangnya. Satu untuk Eunbyul dan satunya untuk Ryujin.
"Berani-beraninya kalian menghunus pedang pada tuan puteri! Letakkan pedang kalian!" Teriak Ryujin. Namun hanya dibalas kekehan oleh kedua orang itu. Justru semakin menekankan pedangnya pada leher Ryujin.
"Apa mau kalian?!" Tanya Ryujin.
Namun bukannya menjawab, kedua pengawal itu justru menyeret Ryujin agak jauh. Memperkosanya secara bergiliran di depan Eunbyul yang sedang terbaring lemah-- berusaha berteriak untuk menghentikan aksi bejat keduanya.
Dan saat Ryujin memekik kesakitan karenan mahkotanya baru saja di renggut, entah mendapat kekuatan dari mana Eunbyul sehingga bisa bangkit, mengambil batu berukuran sedang lalu memukulkan ke salah satu dari pria itu.
Si pria yang baru saja mengerjai Ryujin memekik kesakitan. Kepalanya bocor karena batu tadi. "Wanita sialan!" Murkanya pada Eunbyul dan langsung menggampar Eunbyul. Sementara pria yang satunya hanya melihat dan justru bergantian mengerjai Ryujin.
Terjadi pertarungan tak seimbang antara Eunbyul dan pria itu. Hingga akhirnya si pria berhasil mendorong Eunbyul dan membuatnya terperosok-- hampir jatuh dari jurang kalau saja tangannya tak cekatan mencengkram akar pohon. Membuat pria itu tersenyum penuh kemenangan.
Ternyata tugasnya untuk menyingkirkan wanita Goo itu lebih cepat dari perkiraan. Agak sayang sebenarnya karena tak bisa merasakan tubuh mantan lady kerajaannya itu. Tapi ya mau bagaiamana lagi, wanita itu terlanjur kotor.
Dan dengan diiringi raungan putus asa dari Ryujin, akar pohon yang menjadi pegangan Eunbyul patah. Tubuh wanita itu semakin terpelosok jatuh ke bawah. Membuat gelar baru di depan namanya...
Mendiang Lady Goo Eunbyul.