Chereads / Goo Eunbyul, Road To Kingdom / Chapter 5 - Hutan Larangan

Chapter 5 - Hutan Larangan

"Oho! Jadi apa yang dilakukan seorang pangeran kerajaan Bighit disini? Mencari komik dewasa padahal belum cukup um--"

Pria itu-- Lee Jungkook membekap mulut Goo Eunbyul. Menariknya ke tempat sepi untuk berbicara empat mata.

"Apa sih?" Eunbyul melepaskan bekapan Jungkook. Memandang pria yang terlihat gusar itu. Senyum licik tampil di bibirnya. Mimpi apa dia semalam hingga bisa bertemu dengan salah satu pangeran Bighit itu di sini? Lebih beruntungnya, pria itu tak mengingat atau mengenali dirinya-- wanita aneh yang beberapa waktu lalu terjatuh dan menjadi bahan tertawaan mereka.

Sepertinya dewi fortuna memang sedang berpihak padanya. Goo Eunbyul mendapat sebuah kunci rahasia... Pangeran Lee Jungkook, dia juga pangeran mesum meski masih di bawah umur. Huft, ternyata pencarian informasinya membuahkan hasil juga. Lee Jungkook, dia adalah bungsu dari pangeran Bighit. Putra raja dan ratu Bighit. Adik kandung Lee Taehyung. Umurnya delapan belas seperti dirinya.

"Aku akan membayarmu berapapun agar tutup mulut. Lupakan pertemuan kita hari ini dan jangan sampai siapapun tahu apa yang ku baca dan lakukan di sini!" Jungkook langsung pada intinya.

"Ah, jadi kau menyogokku?"

Jungkook sukses dibuat geram. Dia menarik kerah baju Eunbyul. Bersiap untuk memberi pelajaran. Namun yang hendak dipukul justru memajukan wajahnya. "Pukul saja. Lalu semua orang akan ku beritahu bahwa pangeran Lee Jungkook menyiksa dan hampir memperkosaku." Dan dengan mudah Eunbyul dapat mendorong Lee Jungkook. Membuat pria itu mengumpat.

"Lalu apa yang kau inginkan? Ingin ku bunuh?"

Eunbyul terpingkal-pingkal. "Pria lemah sepertimu ingin membunuhku," ejeknya. "Ingin ku patahkan lengan dan kakimu?"

Jungkook terkesiap mundur. Wanita di depannya itu terlihat mengerikan. Lengannya berkedut-- mengingat rasa sakit saat wanita itu memelintir tangannya. Dia menggeleng kuat. Tidak mau!

"Ya-ya-sudah... Apa maumu? Asalkan kau membiarkanku lolos." Jungkook merasa sudah tersudut. Lagi pula sudah tiga jam dirinya menyelinap keluar. Bisa gawat kalau pengawalnya menemukan dirinya di sini.

Eunbyul tersenyum penuh kemenangan. Ini dia yang ditunggu-tunggu...

"Hmm..." Eunbyul pura-pura berpikir. Kakinya maju beberapa langkah. Mengembangkan senyum paling manis yang dimilikinya. Membuat Jungkook justru salah fokus. Dia baru sadar kalau wanita ini cantik juga.

"...Kenalkan aku dengan kakakmu, Lee Taehyung," ucap Eunbyul. Lalu beberapa detik kemudian mengundang gelak tawa dari Jungkook.

Eunbyul mengernyit. "Apa yang lucu?"

Jungkook mencoba meredam tawanya. Sesekali memegangi perutnya yang terasa tergelitik. "Kau?" Tunjukknya pada Eunbyul. "Mau berkenalan dengan kakakku?"

Eunbyul mengangguk.

"Jangan bermimpi!"

"Mwo?"

"Wanita sepertimu? Puftt... Meminta emas atau berlian itu lebih cocok untukmu."

Eunbyul memukul tembok di sebelah kepala Jungkook. Membuat pria itu bungkam ketika tubuh si wanita telah menghimpitnya. Menatap dirinya dengan nyalang.

"Tidak, maksudku... Kenapa aku harus mengenalkanmu padanya? Lalu apa yang harus ku katakan padanya? Kau adalah salah satu fansnya? Aku saja tak mengenal dirimu."

"Lalu apa aku harus mengatakan pada orang-orang kalau seorang Lee Jungkook datang ke toko buku untuk membaca komik dewa--"

"Sudah ku bilang jangan membahasnya! Oke. Apapun itu selain minta di kenalkan."

Eunbyul menghela napasnya. Dan itu sukses membuat bulu kuduk Jungkook meremang sebab nafas wanita itu menyapu lehernya. Sadarkan bahwa posisi mereka saat ini sangat dekat. Dan yang lebih gila, adegan panas yang sebelumnya ia baca justru berkelebatan di kepalanya. Sial! Jadi ingin mempraktekkannya.

"Ya sudah, beritahu saja jadwal pangeran Lee di akhir pekan nanti!" Eunbyul menjauhkan tubuhnya. Membuat Jungkook terkejut juga kecewa?

"Heh?"

"Jadwal pangeran Lee di akhir pekan nanti." Eunbyul mengulangi.

"Pangeran Lee siapa? Aku juga pangeran Lee." Tunjuk Jungkook pada dirinya sendiri.

"Tentu saja pangeran Lee Taehyung."

"Ohhh." Entah kenapa Jungkook sedikit kecewa.

"Hutan larangan," jawabnya.

"Kami akan berburu di hutan larangan."

Datang ke hutan larangan mungkin bukan opsi yang baik bagi rakyat biasa. Tidak semenyeramkan namanya, hutan ini sebenarnya tempat perburuan paling populer di daratan Taeso. Seperti namanya, hutan ini dilarang dimasuki oleh rakyat biasa. Hanya para bangsawan kerajaan yang diperbolehkan untuk menyewa hutan sebagai tempat berburu. Kenapa harus menyewa? Sejatinya hutan larangan itu hutan paling hijau dengan berbagai macam flora dan fauna yang menempati. Letaknya berada di tengah-tengah hutan starship milik kerajaan kakao dengan hutan pledis milik bighit. Jadi bukan milik kerajaan atau negara bagian manapun. Ya, bisa dibilang hutan itu yang membatasi kerajaan kakao dengan bighit. Meski dilapangan, ada tebing curam sepanjang sepuluh meter dengan jembatan kayu sebagai penghubung antara hutan starship dengan hutan larangan.

Dan kini Goo Eunbyul berada di sini. Di ujung jembatan menuju hutan larangan. Aksi yang dibilang sangat nekat hanya demi bertemu pangeran tampan-- Lee Taehyung. Sudah berapa kali dirinya merapalkan mantera bahwa dirinya baik-baik saja meski pada kenyataannya kedua kakinya gemetar hebat. Lemas sekali seperti jeli.

"Ahh! Aku tidak bisa," monolognya. Hanya sepuluh meter, tenapa kenapa terasa berpuluh-puluh kilo. Apalagi ketika melihat ke bawah. Tebing curam dengan aliran sungai yang deras. Oke, sepertinya jika dirinya jatuh akan langsung mati.

"Tidak Goo Eunbyul! Kau harus bisa melewatinya. Demi pangeran Lee Taehyung. Demi kekuasaan. Iya! Demi kekuasaan!" Dengan dorongan itu, kaki Eunbyul akhirnya melangkah. Masing-masing tangannya berpegangan erat pada seutas tali dampar di kanan dan kiri. Sebisa mungkin hanya menatap depan dan tak melihat ke bawah.

Sebenarnya... Ada jalur yang lebih aman dari ini. Namun seperti yang dijelaskan. Memasuki hutan ini haruslah memiliki ijin khusus. Biasanya harus melalui surat rekomendasi dari kerajaan masing-masing. Mana bisa Eunbyul mendapatkan ijin itu? Yang ada Yang Mulia Rajaku tidak akan memberi ijin.

Tubuh Eunbyul ambruk ke depan sesaat setelah berhasil melewati jembatan maut itu. Kakinya kembali lemas seperti jeli dengan peluh bercucuran di pelepisnya. Napasnya naik turun. "Akhirnya..."

Oke. Dia harus bergegas jika ingin bertemu dengan rombongan pangeran itu.

Bibir mungil Eunbyul tertarik ke atas. Rasanya perjuangannya tidak sia-sia kala melihat sekelompok pria berkuda dengan perlengkapan berburu masing-masing. Ada yang membawa tombak, belati, dan lihatlah pangeran Taehyung! Pria itu membawa busur dengan anak panah dibelakang punggungnya. Kudanya berada di tengah, memimpin pasukan dari kerjaan bighit. Oh! Ada si pangeran lemah-- Lee Jungkook juga ternyata.

Lalu tak lama kemudian datang sekelompok pasukan berkuda dari arah kiri. Eunbyul menajamkan atensinya. Dibelakang mereka ada lima tandu yang masing-masing di angkat empat prajurit. Siapa mereka?

Beberapa penunggang kuda yang baru datang itu turun dari kudanya. Begitu juga dengan para pangeran Bighit, tak terkecuali Taehyung. Mereka saling bersalaman dan bahkan ada yang berpelukan. Akrab sekali.

Lalu yang membuat kedua tangan Eunbyul mengepal sempurna. Kedatangan wanita itu-- wanita bergaun biru laut yang tiba-tiba memeluk Lee Taehyung. Wanita kelewat cantik yang ternyata adalah tunangan si pangeran. Koo Irene. Ternyata benar bahwa wanita itu titisan dewi.

Untuk alasan yang tidak jelas, ulu hati Eunbyul kembali sakit. Mengetahui fakta bahwa para pangeran bighit itu tidak berburu sendirian, melainkan bersama para pangeran dan putri dari kerajaan esem.

Ah, sial sekali! Kalau begini bagaimana caranya untuk mendekati Lee Taehyung.

Terompet penanda dimulainya perburuan dibunyikan. Para kesatria penunggang kuda itu lantas menjalankan tugas masing-masing. Eunbyul jadi bingung apa yang harus dilakukannya. Moodnya terlanjur buruk hanya dengan melihat senyum pria itu untuk sang wanita. Apalagi ketika wanita itu mencium bibir si pria di hadapan semua orang. Eunbyul iri setengah mati.

Namun karena sudah terlanjur di sini, Eunbyul memilih untuk berburu tanaman obat saja. Berbekal sesobek peta yang ia temukan di ruang rahasianya juga buku tentang tanaman obat. Tak terlalu buruk karena perjalanannya menambah pengetahuannya. Kalau saja dirinya bukan lady, mungkin sudah bercita-cita menjadi tabib atau bahasa baratnya, dokter. Menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit, sepertinya menarik dan menantang.

Syuuuuuuutt!

Satu anak panah melintas beberapa senti dari pipinya. Eunbyul terjengkang ke belakang. Jantungnya berdetak tak karuan. Hampir saja kepalanya tetancap anak panah tajam itu kala dirinya ingin mengambil gingseng liar yang sangat langka.

Baru saja ingin memaki, terdengar suara serapah. Eunbyul langsung bersembunyi di balik batu besar. Tak jauh dari tempatnya, seekor kijang berlari menjauh. Ternyata anak panah itu meleset dari tergetnya. Dan pelakunya salah satu dari pangeran bighit yang kini menghentikan kudanya.

"Medannya sangat terjal, lebih baik kita berjalan saja," usul salah satu dari mereka. Serempak diiyakan lalu masing-masing berlarian-- meninggalkan kudanya-- mengejar target.

Bunyi patahan kayu menghentikan aktivitas ke tujuh pangeran itu.

"Kalian dengar sesuatu?" Lee Jungkook bertanya.

Eunbyul memukul kepalanya. Merutuki kecerobohannya kala menginjak ranting kering. Eunbyul hampir melongokkan kepalanya namun langsung berbalik dengan cepat kala Lee Jungkook justru berjalan ke arahnya.

"Tidak ada apa-apa Lee Jungkook," sergah seseorang dengan suara rendah dan berat. Terkesan tegas dan berwibawa. "Fokus saja pada hewan buruan atau kita akan kalah dalam perburuan ini!"

"Baiklah. Ayo!"

Eunbyul kembali bernapas dengan lega. Hampir saja. Namun suara teriakan kembali membuat tubuhnya menegang.

"Akhhh!"

"Lee Hoseok! Kau tidak apa-apa?"

"Tolongggg!!! Panas! Ini panas sekali!"

Eunbyul mencari ke sumber suara. Ternyata ada salah satu pangeran yang terjatuh tersungkur. Tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya dia sangat kesakitan.

"Oh, omo! Apa yang terja--"

Jantung Eunbyul rasanya hampir berhenti. Sebuah bilah pedang tepat berada di depan lehernya. Tubuhnya terduduk lemas.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Eunbyul memberanikan diri mengangkat pandangannya-- ke arah pria yang menghunus pedang itu padanya. Salah satu pangeran bighit yang entah siapa namanya. Tentu saja, bagaimana dia bisa mengingat sesuatu dalam keadaan hidup dan mati begini.

"Jangan-jangan kau yang menaruh ranjau," tuduh pria itu lagi.

Eunbyul menggeleng kuat.

"Namjoon hyungnim! Ada apa?" Terdengar teriakan seseorang.

Pria yang dipanggil Namjoon itu memberi isyarat pada Eunbyul agar berdiri lalu menggiringnya.

"Aku menemukan pelakunya. Sepertinya dia yang meracuni Hoseok." Namjoon menendang kaki Eunbyul hingga wanita itu jatuh bersimpuh di hadapan para pangeran Bighit.

"Kurang ajar!" Seseorang baru saja menghunus tombaknya pada Eunbyul jika saja tak ada yang menghentikan.

Eunbyul hanya bisa menangis dalam keadaan ini. Sungguh! Dia tak tahu harus apa.

Suara langkah membuat jantung Eunbyul berpacu tiga kali lipat. Mungkin waktu kematiannya akan tiba.

Sejemang kemudian, kepalanya terangat. Seseorang merenggut dagunya dengan kasar. "Katakan! Apa penawarnya?" Suara itu... Suara Lee Taehyung. Tak ada lagi kesan seksi. Adanya suara sarat akan ancaman.

"Aku-- tidak tahu," balas Eunbyul jujur. Ya memang dia tidak tahu apa-apa. Suaranya bergetar karena menahan takut juga sakit di dagunya.

"Cepat geledah barang-barangnya!" Perintah Taehyung. Selanjutnya Eunbyul hanya bisa merasakan lemas di tubuhnya kala tasnya direbut, di keluarkan semua isinya. Bahkan tubuhnya di gerayangi. Ingin sekali marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

"Hanya peta dan buku obat-obatan." Seseorang melapor.

"Di mana kau sembunyikan penawarnya?" Taehyung kembali mencengkram dagu Eunbyul.

"Sudah ku bilang aku tidak tahu," elak Eunbyul.

"Tidak ada cara lain! Telanjangi dirinya," putus Taehyung. Membuat salah satu dari mereka protes.

Lee Jungkook, baru saja menyuarakan ketidak setujuannya atas keputusan sang kakak. Tentu saja karena dirinya mengenali wanita itu. Wanita gila yang beberapa waktu lalu menanyakan jadwal mereka dan akhirnya sampai di sini. Apakah wanita itu sungguh sudah tergila-gila pada kakaknya sampai membuntuti sejauh ini? Fiks, dia wanita tergila yang pernah ditemuinya.

"Ah, maksudku daripada mengurusi wanita itu... Bukankah lebih baik kita segera membawa Hoseok hyungnim ke camp. Dengan begitu lukanya segera diobati," ralat Jungkook ketika mendapat pelototan dari Taehyung.

"Mungkin saja wanita itu tak akan mengaku. Jadi lebih baik kita utamakan keselamatan hyungnim, iya kan?" Jungkook masih mencari pembelaan.

"Kurasa Jungkook benar." Pria yang paling pendek buka suara. "Kita harus membawa hyungnim ke camp. Atau membawa tabib ke sini."

"Bagaimana dengan wanita ini?" Namjoon sebagai penangkap masih merasa tidak terima.

"Ikat saja! Nanti kita bawa ke kerajaan dan kita adili." Taehyung berujar final.

Mendengar kata diadili membuat Eunbyul menelan salivanya dengan cepat. "Tunggu," serunya.

"Aku memang tidak tahu apa-apa maupun penawarnya. Tapi kalau boleh, aku ingin melihat kondisinya... Barang kali aku bisa memberi pertolongan pertama." Ucapan Eunbyul makin melirih seturut tatapan mereka yang menajam.

"Aku bersumpah! Bukan aku pelakunya! Dan jika aku bisa memberi pertolongan pertama, tolong lepaskan aku. Sebaliknya, jika terjadi apa-apa dengan pangeran itu-- kalian boleh--" Susah payah Eunbyul menelan salivanya. "Menebas kepalaku."