Chereads / Goo Eunbyul, Road To Kingdom / Chapter 2 - The Worlwide Prince

Chapter 2 - The Worlwide Prince

Pangeran Taehyung, pangeran Taehyung, pangeran Taehyung!

Goo Eunbyul kembali menguap kala mendengar ocehan dari sekelompok teman sekelas-- yang semuanya wanita. Tentu saja karena akademi ini khusus bagi lady dan wanita bangsawan. Membicarakan apa lagi kalau bukan si pangeran tampan dari kerajaan sebelah-- yang diklaim paling tampan seantero daratan Taeso. Eunbyul menggaruk telinganya, seperti, seriously! Mereka sangat berlebihan. Taeso itu daratan yang sangat luas dan terdiri dari 5 kerajaan dan beberapa negara bagian. Bagaimana bisa menyatakan pria itu adalah yang tertampan kalau saja mereka belum pernah menyambangi seluruh kerajaan, lalu mengumpulkan dan membandingkan semua pria yang ada?

Tapi ya dasar para wanita. Matanya pasti akan berubah hijau kala melihat; setumpuk harta entah berupa uang atau perhiasan, dan juga pria tampan. Terlebih dengan kekuatan mulut mereka, bisa dipastikan kabar akan adanya pria tampan itu-- langsung menyebar-- mengalahkan kecepatan prajurit yang bertugas membawa berita dari satu kerajaan ke kerajaan lain.

"Aku tidak bohong, pangeran Lee Taehyung sangat sangat sangat tampan! Dia itu sepertinya bukan manusia."

"Bukan manusia?"

"Iya. Ku rasa dia malaikat."

"Huuuuu!" Bunyi sorakan menggema.

"Aku serius! Temannya teman sepupuku bahkan sampai pingsan saat melihatnya tersenyum."

"Oh, Dewa! Setampan apa ya dia. Aku jadi tak sabar untuk bertemu dengannya."

"Apalagi aku! Ya Dewa, hanya mendengar tentangnya saja sudah membuatku gemetar. Dan dengar-dengar juga... Dia itu kandidat terkuat menjadi pangeran mahkota Bighit. Bayangkan saja! Tidak hanya tampan, pandai, tapi juga calon raja terkuat. Beruntung sekali wanita yang bisa mendapatkannya."

"Benar sekali! Aku bahkan rela deh, untuk jadi selir ke seratusnya."

"Ck! Murahan!" Dengus Eunbyul dibarengi gebrakan di meja belajarnya. Tak tahan dengan celotehan mereka. Membuat seluruh atensi perkumpulan wanita penggosip itu menatap tajam dirinya. "Apa lihat-lihat?! Tidak pernah melihat lady secantik diriku, ya?"

Beberapa wanita ada yang menggeleng. Bahkan ada yang terang-terangan mencemooh Eunbyul. Sedangkan sisanya memilih diam, tak ingin berurusan dengan salah satu putri kerajaan itu. Bagaimanapun, semengesalkan apapun, wanita itu tetap memiliki kasta yang lebih tinggi.

"Memangnya anda tahu apa tentang pria? Katanya seorang lady, tapi seorang pria pun tak ada yang mendekat. Berbeda sekali dengan kakak-kakak anda yang selalu di kelilingi pria tampan." Sontak sindiran itu mengundang tawa. Pun membuat Eunbyul geram. Jika saja Ryujin tak segera mencegahnya, mungkin dia sudah membotaki rambut dari anak menteri perdagangan itu.

Goo Eunbyul menepis tangan Ryujin. Menyingkirkan anak rambutnya ke belakang telinga, lalu berucap angkuh, "Tentu saja! Aku kan lady kerajaan ini. Tak boleh berdekatan dengan sembarangan pria. Yah, hanya yang selevel."

Sombong? Tentu saja. Untuk apa status puteri rajanya kalau tak digunakan disaat seperti ini. Seandainya raja Gong Yoo sekejam raja-raja sebelumnya, mulut wanita itu pasti sudah putus-- ditebas pedang karena telah berani menghina anggota keluarga kerajaan. Sayangnya raja tak sebengis itu. Akibat peradaban barat yang sedikit demi sedikit masuk, kerajaan kakao saat ini menganut asas demokrasi dimana rakyat mendapat kebebasan berpendapat-- dengan batasan tidak sampai mengganggu stabilitas kerajaan.

"Siapa nama pangeran itu? Teh? Tetet? Tae--"

"Taehyung! Yang mulia pangeran, Lee Taehyung," potong salah satu mereka. Tak rela jika nama pria kesayangannya disamakan dengan teh.

"Nah itu. Memangnya hanya dia, pria satu-satunya di muka bumi ini? Ayolah... Aku tahu kelas kalian memang di bawahku, tapi please, jangan merendahkan harga diri kalian hanya untuk selangkangan seorang pria." Eunbyul mengakhiri ucapannya dengan seringaian. Dalam hati senang karena baru saja memamerkan sedikit pengetahuan dan keterampilan bahasa asingnya-- bahasa barat-- yang tentu saja membuat beberapa dari mereka merasa terintimidasi. Oke, berterimakasihlah pada Lady Jang dan buku-bukunya yang memberi pelajaran bahwa wanita itu bukanlah budaknya pria. Rela jadi selir ke seratus, katanya? Ck! Memang apa peran pria itu hingga layak mendapat seratus wanita untuk memuaskan urusan ranjangnya.

"Anda ini bicara apa sih, Lady?"

Eunbyul menggeleng. Susah memang berbicara dengan wanita polos seperti mereka-- atau bodoh? Untuk urusan pria maksudnya.

"Anda boleh berkata seperti itu kalau sudah bertemu dengan pangeran Lee Taehyung!"

"Berani bertaruh... Paling anda juga akan bersujud-sujud minta dinikahi pangeran Taehyung....

"... Ya, itupun kalau pangeran Taehyung juga mau melirik Anda. Ups!" Anak dari menteri perdagangan itu membuat gerakan menutup bibirnya dengan telapak tangan. Padahal dia memang sengaja memancing emosi Eunbyul. Wanita ini adalah sepupu dari salah satu saudari tiri Eunbyul. Dapat keberanian dari mana untuk mengolok-olok lady kerajaan kalau bukan dari sepupunya.

"Oke! Lihat saja, akan ku sumpal mulutmu setelah berhasil menahlukkan pria itu!"

Eunbyul pergi dengan perasaan paling dongkol selama beradu argumen dengan wanita itu. Sementara yang ditinggalkan justru tertawa terbahak-bahak. Meremehkan seorang Lady Goo Eunbyul yang bahkan tak memiliki kekuatan untuk mengalahkan ke delapan saudarinya. Pikir mereka, malang sekali nasib puteri raja satu itu. Jangankan menahlukkan hati pangeran Taehyung yang terkenal beku dan dingin, mempertahankan gelarnya sebagai lady saja belum tentu mampu.

"Ryujin! Di mana aku bisa mendapatkan semua informasi tentang Lee Taehyung?"

Ryujin berjengit. Mendekati sang lady dengan raut bingung.

"Maksud anda... Pangeran Lee yang tampan itu?"

"Tampan, katamu? Ck! Setampan apa sih dia sampai seorang budak sepertimu juga tahu tentangnya?"

Ryujin hanya menggaruk rambut belakangnya yang tak gatal. Dibilang tersinggung dengan ucapan Eunbyul iya, tapi memang kenyataannya seperti itu. "Eh, tidak tahu juga Agashi. Saya hanya sekilas pernah mendengar dari pengawal Lady Yoojung."

"Lady Min Yoojung?" Dahi Eunbyul berkerut. "Jangan bilang dia juga mengincarnya?"

Ryujin tersenyum kikuk. "Mungkin... bahkan mungkin semua puteri di daratan ini juga menginginkan pangeran Lee sebagai pendampingnya."

"Ah, sialan! Kalau begini sainganku banyak."

"Hah? Agashi juga menginginkannya? Bukannya tadi anda bilang--"

"Kekuasaannya," potong Eunbyul cepat. "Aku hanya ingin kekuasaannya. Dengan begitu, tak ada yang bisa meremehkanku! Lagi pula, siapa juga yang ingin menghabiskan waktu di tempat kecil dan pengap seperti ini."

"Tapi Agashi..."

"Kau juga meragukanku?"

Ryujin menggeleng cepat, lalu mengangguk. Maksudnya, bukankah itu terlalu beresiko? Mempertahankan tahtanya sebagai lady saja sudah beberapa kali mengancam nyawa. Apalagi mengincar tahta yang lebih tinggi? Pasti saingannya juga banyak dan berat. Yah, Ryujin hanya bisa mendoakan dalam hati agar tak terjadi sesuatu yang buruk pada sang lady.

"Pangeran Lee Taehyung, aku sudah tak sabar bertemu denganmu," gumam Eunbyul dengan senyuman dua jari. Jemarinya bergemeletuk di atas meja menunggu saat itu tiba. Setelah berhasil mengelabui Ryujin dan menyelinap keluar dari kerajaan, Eunbyul langsung menuju kedai kopi tak jauh dari pasar pusat setelah mendapat informasi bahwa tempat itu adalah favorit si pangeran Lee. Cukup sederhana ternyata selera si pangeran-- yang katanya tertampan nomer satu itu-- setelah Eunbyul memindai kedai bertingkat dua yang letaknya sangat strategis. Di simpang lima menuju kerajaan Kakao, Bighit, Esem, Waiji, dan Jwaipi.

Menunggu selama lima belas menit membuat Eunbyul hampir mati kebosanan. Sejauh ini kondisi kedai masih sama-- kondusif-- tak ada tanda-tanda kehadiran orang penting.

Sial! Jangan-jangan dia salah informasi. Eunbyul mulai cemas. Menyelinap keluar dan penyamarannya terasa sia-sia.

Hingga akhirnya teriakan para wanita menyita obsidian Eunbyul. Dari atas, dia bisa melihat kerumunan wanita yang err-- tak dapat dihitungnya-- berebut ingin masuk ke kedai. Eunbyul bahkan baru sadar kalau sudah ada beberapa pria berpakaian serba hitam yang mencoba menghalang-halangi para wanita. Tanpa sadar bibir mungilnya berdecih. Melihat tingkah gila dan kekanak-kanakannya mereka membuat Eunbyul malas.

Rasanya sudah tak berselera terhadap si pangeran Lee itu. Eunbyul itu percaya bahwa dirinya memiliki selera yang unik terhadap pria. Seleranya jauh berbeda dengan para wanita yang masih berteriak histeris-- menyebut satu nama-- memekikkan telinga. Terlalu populer, berarti sudah mainstream. Sedangkan Eunbyul menginginkan pria anti-mainstream.

Goo Eunbyul memutuskan menyerah atas rasa penasarannya terhadap pangeran dari kerajaan Bighit itu. Mengambil jalan privat untuk keluar dari kedai karena tempat itu sudah penuh sesak dengan para wanita yang ingin menyaksikan secara langsung ketampanan Lee Taehyung.

Sayangnya, nasib buruk justru menghampiri Eunbyul. Menari-nari seolah mengolok hari Eunbyul yang bisa dibilang tak berjalan mulus. Bukannya menemukan pintu keluar, dirinya justru menemui jalan buntu. Mengumpat pelan dan menyumpah serapahi pegawai kedai yang salah memberinya petunjuk. Tidak cukup sampai disitu, dirinya malah mendengar suara aneh dari salah satu pintu yang dilewatinya. Seperti suara mendesah-- suara wanita yang kejepit? kesakitan? err entahlah, dia tak yakin. Langkah Eunbyul mendekat, ternyata tak hanya suara wanita. Sepertinya ada suara erangan pria juga. Kepalang penasaran, Eunbyul bahkan mengabaikan norma kesopanan kala melihat ada celah kecil di pintu bagian bawah. Maaf dewa! Biarkan sekali saja dirinya untuk mengintip.

Eunbyul menelan salivanya dengan cepat dan itu terjadi beberapa kali. Baru tahu dan sadar...

Jadi itu yang dinamakan dengan bercinta?

Sepertinya rasanya... enak.

Oh sial! Tubuhnya mendadak panas, namun matanya tak bisa lepas dari kegiatan dua pasang manusia di dalam kamar itu. Setidaknya sampai pandangannya berubah gelap dan seseorang menyumpal mulutnya.