Malam mulai menyapa, hawa dinginnya mulai menyeruak ke seluruh kamarku. seketika aku teringat dengan ayah. Katanya mau berbicara tentang sesuatu. Apakah ayah akan menjodohkanku, iya mungkin saja, mungkin ayah akan menjodohkanku dengan khiar. Kan aku sama khiar hanya sebatas saudara sepupu, bukan saudara sepersusuan. Jadi nggak papa kan kalau aku sama khiar nikah.
Hish... Apa sih aku ini, dikit dikit Khiar,dikit dikit Khiar, Khiar... terus. Nggak bosen apa. Dari pada di kamar hanya berkutat dengan pikiran yang selalu menuju ke Khiar. Lebih baik aku bertanya langsung saja pada ayah. Aku memilih keluar kamar, dan mencari ayah dan ibu. aku menelusuri setiap sudut rumah, berharap menemukan sepasang kekasih ya orangtuaku maksudnya. "Hmmm.. ayah dan ibu di mana sih , kok diruang keluarga nggak ada.." omelku. Seketika aku terdiam melihat sepasang kekasih yang masih bercengkrama, aku sangat bahagia melihatnya." Tuh kan, kalau udah nikah itu enak ya, bisa mesra mesraan gitu, nggak dosa lagi, malah dapat pahala" gerutuku pada diri sendiri. Serasa aku mulai gila bicara sendiri, ngomel sendiri. Dan aku tau, ini pasti penyebabnya adalah Khiar.
Aku masih tetap mematung di pintu belakang, masih melihat kemesraan mereka, aku takut mengganggu mereka jika aku kesana. Tapi… kalau aku nggak kesana, ya aku nggak bakal ngerti dong, apa yang akan di omongin sama ayah. Hmm, ya sudahlah.
"assalamu'alaikum ayah, ibu" sapa ku pada mereka
" wa'alaikummussalam warohmatullahi putri ku.." jawab keduanya
"ekhmmm.. ara ganggu nggak nih, kok dari tadi ara perhatiin romantis banget sih" ledek ku
" ya nggak lah ra, masak sama anak nya sendiri di bilang penganggu," jawab ayah
"iya ra, kamu nggak ganggu kok, sini ra duduk di sebelah ibu." Sambung ibu sambil menunjuk kursi sebelahnya.
"iya bu, oh iya yah, katanya ada yang mau di omongin sama ayah. Emang nya tentang apa yah?" tanya ku
"jadi gini ra, sebelumnya ayah minta maaf sama ara. Ayah di tugaskan untuk membantu tenaga medis di gaza, palestin. Untuk beberapa bulan di sana, bersama ibu mu juga" jelas ayah ku
"hah.. apa yah, di Gaza??, bukannya di sana itu masih sering terjadi peperangan" jawab ku penuh ketakutan
"iya nak, itu benar. Maka dari itu ayah ingin kesana, membantu saudara saudara kita yang ada di sana. Ya sebenarnya ini sukarelawan. Dan ayah memang ingin membantu di sana. Tenang ra, hanya untuk beberapa bulan" sambung nya lagi
"terus kenapa ibu juga harus ikut ke sana" tanyaku
"maafin ibu ra, ibu ikut kesana karena ingin membantu saudara saudara kita juga di sana. Dan di sana masih membutuhkan tenaga medis banyak. Sedangkan tenaga medis di indonesia hanya 3 orang yang mau ke sana. Jadi ibu ingin ikut kesana. Kasihan juga kan ra disana, lagian ibu kan juga memiliki ilmu tentang kemedisan. Jadi nggak ada gunanya kalau nggak di manfaatin" jelas ibu ku panjang lebar
" iya bu, aku ngerti semu itu. Tapi ntar kalau terjadi apa apa sama kalian gimana. A.. aaku.. takut.." ucap ku gemetar, dan menahan air mata
"kamu nggak usah takut ra. In syaa Allah nggak akan terjadi apa apa. Kamu harus yakin kan ada Allah yang selalu menjaga kita." Tenang ayah
"iya yah.. terus aku disini sama.. sii.apa?" ucap ku terbata
"gini ra, ayah sudah mempersiapkan itu semua, ayah memtuskan untuk memindahkan kamu ke pesantren sahabat nya ayah. In syaa Allah di sana kamu akan terjaga" jawab ayah
"tapi kan sebentar lagi ujian kelulusan. Dan ara kan sudah kelas 12. Jadi kalau pindah terus ujiannya ara gimana?" jelas ku
"jadi gini ra, ayah kamu sudah merencanakan itu semua. Keberangkatan kami ke palestin kan sesudah kamu ujian. Jadi kamu pindah ke pesantren juga setelah ujian mu itu selesai." Jelas ibu
"oh.. gitu, ya udah lah, ara nurut aja sama ayah dan ibu. Kan ridho Allah tergantung ridho orang tua. Jadi ara nurut aja apa kata ayah dan ibu" jawab ku
" Alhamdulilah kalau gitu, makasih ya ra " ucap ayah
"ya udah, kalau gitu ara ke kamar dulu ya, ara udah ngantuk banget. Hehe, assalamu'alaikum" pamit ku.
Aku langsung bergegas menuju kamar ku. Sungguh aku tak kuat menahan rasa sesak ini. Bagaimana tidak, orang tua ku, harta satu satu nya yang ku miliki akan pergi jauh ke sana. Seakan aku takut jika mimpi ku itu menjadi nyata. Tapi aku harus yakin sama Allah, bahwa apapun itu yang terjadi pasti yang terbaik menurut-Nya untuk ku.
Aku mencoba menenangkan diri ku dengan mengambil air wudhu. Dan ku raih mushaf ku, untuk menenangkan diri. Sekitar 30 menit lamanya , aku bermunajat pada-Nya. serasa hati ini lebih tenang, semua ku pasrahkan pada sang ilahi. Semoga apa yang ada di pikiran ku bukanlah kenyataan. Setelah semuanya tenang aku memlih untuk memejamkan mata ku. Semoga hari esok lebih baik dari pada hari ini.
***
Hari demi hari telah terlewati, akhir akhir ini aku di sibukkan dengan kegiatan ku di kelas 12, mulai dari jam tambahan, tugas, dan lain sebagainya. Ya mau nggak mau aku harus pandai dalam membagi waktu ku, dan harus pandai juga dalam menjaga kesehatan. Karena seminggu lagi akan di adakan Ujian Nasional. Ya sebuah penentuan lulus atau tidaknya kita dalam menempuh pendidikan selama 3 tahun. Aku agak sedikit takut sih menghadapi ujian ini. Tapi ayah dan ibu ku selalu menasehati, jangan takut, yang penting kamu faham, tenang, kuasai dan berdo'a pada Allah untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
" Ra, bentar lagi ujian, dan pasti setelah itu kita akan jarang ketemu. Apalagi kamu mau lanjut di pondok kan" ucap ifah
"jangan sedih gitu dong fah, pasti kita masih bisa ketemu kok, ntar kamu juga boleh nyambangi aku di tempat ku mondok" jawab ku
"iya juga sih, fa. Tapi kamu janji ya, nggak bakal lupain aku" pinta iffa
"iya janji, iffah sayang,udah yuk kerjain lagi latihan soal nya. supaya besok mendapatkan hasil yang memuaskan" ujar ku
"siap,ra"
Ya.. saat ini aku dan teman lainnya masih mengerjakan soal soal latihan ujian. Mual nggak mual harus di telen tuh semua latihan latihan itu. Bayangkan saja, akhir akhir ini kita di suguhi soal soal ujian terus. Mulai dari perhitungan yang amat rumit, se rumit cinta ku pada nya.. eaa.. terus juga latihan soal bahasa asing, bahasa indonesia. Ya intinya selama akhir akhir ini kita harus bener bener menelan itu semua, eh maksudnya memahami itu semua.
Aku sih merasa senang ,karena sebentar lagi akan lulus dari SMA, dan dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, akan tetapi di sisi lain aku juga masih merasa khawatir dan tak rela. Karena sebentar lagi orang tua ku akan berangkat ke palestin. Semoga saja orang tua ku bisa kembali kesini dengan selamat dan berkumpul lagi dengan ku. Dan soal cinta ku, ya sama seperti dulu. Masih terpaut dengan satu nama, yaitu Khiar Khatam Ramadhan. Padahal ya. Masih saudara sepupu, tapi kalau memang dia jodoh ku ya nggak papa, aku sangat bersyukur. Bagaimana tidak, dia mempunyai paras yang tampan, menjaga pandagan, dan pastinya sholeh. Perempuan mana coba yang nggak mau sama dia.Tuh kan malah ngelantur pikiranya malah nyangkut ke khiar lagi, astaghfirullah. Udah lah fokus dulu sma UN, dan PTN dulu. Urusan cowok akhir akhiran aja.
"assalamu'alaikum ra"sapa khiar
"wa'alaikummussalam eh khiar" jawab ku
"ekhmmm... jadi ara aja nih, yang di sapa.. aku nggak, ok kalau gitu." gerutu iffah
" eh maaf maf, aku ulangin deh assalamu'alaikum iffah" potong khiar
"nah gitu dong, di sapa. Jadinya kan aku berasa di anggep, coba kalau tadi. Berasa kayak butiran debu yar di mata mu" omel iffah
"uluh uluh.. iffah, baperan amat sih, hehe. Lagian kan khiyar juga sudah minta maaf sama kamu" ledek ku
"hehe, iya fah, maafin aku ya, tadi aku nggak bermaksud kok" jelas nya lagi
"hmm, it's ok" jawab ifa
"oh iya, kalian ini mau pulang ke rumah, atau mau ke aula,di sana ada sosialisasi tentang PTS" tanya khiar
"aku nggak dulu yar, aku mau langsung pulang aja, nggak tau kalau iffah, fah gimana kamu mau iku nggak?" tanya ku
"Hmm, nggak ah. Kamu juga nggak ikut kan, yaudah aku juga ikut kamu, hehe" jawab iffah
"dasar tukang ikut"ledek khiar.
"apa kamu bilang…!"bentak iffah
"hahaha, aku nggak bilang apa apa kok, ya udah aku pergi dulu ya ra, fah assalamu'alaikum"pamitnya
"iya, wa'alaikummussalam" jawab ku
" ya udah yok fah, kita pulang"ajak ku
Aku dan iffah segera menuju ke parkiran dan langsung melajukan motor menuju ke rumah. Entahlah aku ingin cepat cepat sampai di rumah. Aku ingin menghabiskan waktu bersama orag tua ku. sebelum keberangkatannya ke palestin. Alhamdulillah tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai kerumah.
"assalamu'alaikum ibu"salamku
"wa'alaikummussalam warohatullahi, sudah pulang nak" jawab ibu
"iya bu, alhamdulillah, loh kok tumben ibu masak banyak ?" tanya ku
"iya ra, nanti tanti Irma, om ryan mau main kesini" jawab ibu
" oh, gitu… cuman berdua ya bu…?" Tanya ku kembali
" tenang ra, pangeran ken mu ikut kok" ledek ibu
" Pangeran Ken….?" Jawab ku bingung. Dan seketika terlintas kejadian masa lalu itu.
" ihh.. ibu ,mah, jangan gitu sih, malu…" sambung ku
" loh kok malu, bukannya dulu kamu sendiri yang bilang, kalau khiar itu mirip sama Ken nya Barbie itu" ucap ibu
" ah.. ibu mah gitu, udah sih jangan di inget inget, malu kan aku jadinya.." jawabku
"haha.. ara, ara.. ya udah ibu nggak mau inget-inget lagi deh,. " tawa ibu
" hmm ibu mah,.. ya udah ara bantuin boleh nggak ?" Tanya ku
" Tentu boleh dong saying…"
""iya bu, aku bantuin, bentar dulu ya bu, aku mau ganti baju dulu"" jawab ku
Aku bergegas menuju kamarku, tak membutuhkan waktu lama untuk sekedar mengganti baju ku. setelah rapi semua, aku turun kembali dan langsung menuju ke dapur, untuk membantu ibu ku. aku melihat dengan seksama ,bagaimana cekatannya ibu dalam hal memasak. Pantesan aja ayah kesemsem sama ibu, selain cantik ibu ternyata juga pandai memasak. Aku harus mencotoh ibu, pandai memasak, sholehah, baik, hmm sungguh wanita sempurna.
"assalamu'alaikum " sapa ayah
"wa'alaikummussalam ayah, " jawab kami
"ayah udah pulang" sambung ku
" iya ra,loh kok tuimben sih, ibu masak banyak?" Tanya ayah
" iya yah, nanti om ryan sama keluarganya mau main kesini" jawab ibu
"oh.. gitu,. Ya udah ayah mau bersih bersih dulu" ujar ayah
" iya yah," jawab kami serempak