Chereads / Goresan untuk Almeera / Chapter 6 - Perpisahan

Chapter 6 - Perpisahan

Sang fajar mulai memancarkan sinar nya. Burung burung mulai berkicauan bernyanyi indah menyambut hari yang begitu cerah ini. Hiruk pikuk di kota pun mulai terjadi. Aku masih terdiam memandangi pantulan diri ku di cermin . Ya hari ini aku akan memulai kehidupan baru ku di pesantren.

" Gimana ra, udah siap..?" Tanya ibu yang tiba-tiba masuk ke kamar

" In syaa Allah bu," jawab ku

" Jangan sedih dong ra, nanti ibu sama ayah ikut sedih kalau kamu gini" ucap ibu

" iya bu, ara nggak sedih kok" ucap ku dengan senyuman

" ya udah yuk, ke bawah semuanya sudah menunggu" ajak ibu

Aku pun mengangguk dan mengikuti langkah ibu. Setelah sampai di ruang tamu, mata ku terbelalak lebar. Ternyata di sini ada tante Irma , om ryan, iffah, dan tentunya khiar.

" Ara.... Jangan lupain aku ya, pokoknya kamu nggak boleh lupa sama aku, awas aja kalau lupa sama aku, aku bakalan marah sama kamu. Belajar yang pinter disana, fokus sama hafalan dulu, jangan mikiri tentang cinta dulu. Ntar kalau aku ada waktu, aku akan menyambangi mu" ujar iffa sambil memelukku

" mana mungkin aku melupakan mu fah, kamu itu sudah ku anggap seperti saudara ku sendiri. Siap iffah, aku akan selalu ingat dengan pesan mu" jawab ku dengan menahan air mata.

" ya udah yuk, kita berangkat, nanti telat loh" ucap om ryan

" ya udah ra, aku pulang dulu ya, masih ada keperluan penting, maaf nggak bisa ikut anterin kamu,tapi janji deh jika ada waktu luang aku akan berkunjung ke pondok mu" pamit iffah

"iya fah.. makasih ya, selama ini telah menjadi sahabat ku" jawab ku

"terima kasih kembali ara.. semangat, hati-hati ya di jalan, assalamu'alaikum" salam iffah

"iya fah, kamu juga, wa'alaikummussalam warohmatullahi" jawab ku

Aku mulai mengangkat barang bawaan ku dan memasukkan nya ke dalam mobil. Selamat tinggal rumah tercinta ku, aku akan sangat merindukan mu. Aku memilih untuk duduk di bagian belakang, karena menurutku itu tempat yang paling luas dan nyaman.

" Ra, semangat nuntut ilmunya ya.." ucap khiar memecah keheningan

"iya yar, kamu juga ya.."jawab ku

" jangan lupa, jaga hati, jaga pandangan. Di sini masih ada hati yang harus kamu jaga" ucap nya

" hati yang harus di jaga…?" jawab ku bingung

" iya.. kan kamu harus jaga hati mu untuk ku, siapa tau ntar kamu jodoh ku" jawabnya dengan jail

"hah.. apaan sih.. jodoh sama kamu..? " jawab ku kaget.. " hmm ogah lah, aku mau cari calon di sana, siapa tau ada gus gus yang kecantol sama aku.. haha" sambung ku dengan penuh tawa. Sejujur nya sih aku senang mendengar itu semua, tapi ya gimana, masak aku harus senang di hadapannya khiar, ya mending ku pendam sendiri saja, biar Allah lah yang menentukan, pada siapa hati ini akan berlabuh.

"emang ada, gus yang mau sama kamu..?" ledeknya

" enak aja.. ya pasti..... nggak adalah.. hahaha" tawa ku

" haha, ara ara.. kamu tuh emang imut, bakal kangen deh sama tingkah laku mu yang kekanak kanak an itu." Ujarnya

" makasih.. aku kan memang ngangenin.. haha" jawab ku

Yang tadinya suasana mobil hening, menjadi rame karena tawa ku dan tawa khiar. Orang tua ku dan yang lainnya sesekali ikut tertawa. Karena mendengar celotehan ku dengan khiar. Seperti inilah aku jika sudah sama khiar. Nggak tau tempat, nggak tau waktu yang penting bahagia.

" ara…" seru ayah dari arah depan.

Aku pun menghentikan tawa ku. "iya yah.." jawab ku

"kamu cari ilmu yang bener ya, jangan mikirin laki-laki dulu, fokus sama hafalan mu dulu, dan nggak boleh nyusahin orang lain" jelas ayah

" iya yah.. In syaa Allah, aku akan selalu mengingat pesan ayah" jawab ku

" Ayah sama ibu juga , harus jaga diri di sana, nggak boleh lupain ara, dan jangan lama-lama di sana" sambungku

" iya ra,, Ayah dan ibu nggak nggak lama kok di sana , hanya beberapa bulan. Setelah itu kita langsung pulang " jawab ibu

Suasana mobil yang tadinya rame, seketika menjadi hening. Setelah percakapan singkat tadi. Begitu pula dengan suasana hati ku. Mood ku seketika hancur ketika mengingat tentang hal itu. Entah lah, aku masih sangat khawatir pada mereka yang akan ke palestin. Dan aku takut jika mimpi ku menjadi kenyataan. Aku memilih untuk menyandarkan kepala ku di jendela mobil. Sambil memandangi pemandangan kendaraan yang sedang berlalu lalang.

" jangan terlalu dipikirin ra, kamu harus percaya sama Allah. Pasti Allah akan menjaga orang tuamu" tenang Khiar.

" iya yar" jawab ku

" ya udah.. emmm, mau denger ya Asyiqol nggak..?" Tanya nya

" mau,, mau.. tapi kamu yang sholawatan, jangan lewat mp3" jawab ku dengan antusias.

" ok, tapi kamu harus janji nggak boleh sedih lagi" ucap nya

" iya… iya… mas khiyar, udah buruan ya asyiqol nya" jawab ku

"hahaha,,, kamu tuh ya,,, " tawanya

Dia pun mulai melantunkan sholawat ya Asyiqol itu. Dia selalu tau cara mengubah mood ku. Dari kecil aku selalu mendengarkan sholawat ini darinya, ketika aku sedang sedih ataupun gelisah. Aku mendengarkannya dengan seksama, sungguh indah suaranya. Hati ku seketika menjadi tenang, dan mood ku kembali bagus. Suaranya yang merdu itu mulai menghipnotisku dan mengantarkan ku dalam dunia mimpi.

***

" ra, bangun nak, sudah sampai" ujar ibu ku

" emmmm… sampai di mana bu?" jawab ku bingung

" sampai di pesantren ra," sambung ayah

" oh.. hehe iya ara lupa" jawab ku

" faktor U mungkin, ra.. haha" ledek khiar

" apa… kamu bilang…!!!" geram ku

"husst.. khiar, jangan gitu, mending bantuin bawa kopernya ara" lerai tante Irma

" nah tuh.. dengerin …!" bentak ku

"ara… sudah sudah" lerai ibu

Kami pun mulai melangkahkan kaki masuk ke pesantren ini. Ya "Pesantren Al-Falah" namanya. Pesantren ini milik sahabatnya Ayah. Kami disambut dengan ramah di sini. Pandangan ku menyusuri sekitar pesantren ini. Luas , nyaman, itulah yang ada di pikiran ku. Aku mengikuti langkah ayah ku, menuju ke suatu rumah di dalam pondok ini, ku rasa ini rumah sahabat nya ayah.

" Assalamu'alaikum…" salam ayah

" wa'alaikummussalam.. , silahkan duduk dulu, saya panggilkan abah sebentar" ucap ramah seorang perempuan. Ku rasa umurnya lebih tua dari ku.

Tak bebrapa lama, munculah 3 orang dari dalam, kurasa dia adalah abah itu.

" Zaenal, sudah lama kita tak berjumpa" ucap seorang laki-laki yang seumuran dengan ayah

" Ahmad, bagaimana kabarmu sekarang..?" jawab ayah ku

" Alhamdulillah, bi khoir kamu sendiri..?", jawabnya

" Alhamdulillah, baik" jawab ayah ku.

" oh.. iya, apa ada yang bisa saya bantu, kok tumben sekali kamu berkunjung ke sini..?" tanya nya

" jadi gini Mad, akau akan menitipkan anak ku di sini selama aku dan istri ku bertugas di Palestin kira-kira ya 3 bulan sampai 4 bulanan, tapi kalau anak ku sendiri yang betah di sini ya, nggak papa sekalian lanjut di sini saja." Terang ayah ku

" in syaa Allah kami akan menjaga anak mu seperti anak kami sendiri, dan semoga betah di sini" jawabnya

" iya terima kasih mad," jawab ayah ku

Ayah dan yang lainnya pun berbincang, sesekali mereka tertawa, mungkin karena mengingat masa lalunya yang lucu. Aku hanya dapat berdiam diri di tempat duduk ku dan mood ku terasa semakin buruk. Tak terasa suara adzan pun mulai berkumandang, menandakan waktu sholat dhuhur telah masuk. Abah zaenal mengajak kami untuk menunaikan sholat dhuhur berjama'ah di masjid pesantren ini. Jarak rumah nya abah dan masjid cukup jauh. Sesekali aku melihat suasana pesantren ini, sangat asri dan nyaman, pandangan ku menelusuri setiap ruangan yang aku lewati. Ku rasa itu adalah kelas-kelas yang di gunakan untuk sekolah.

Usai sholat ayah, ibu dan keluarga ku pamit. Sungguh aku belum siap di tinggal orang tua ku terbang ke negeri orang. Tapi ya, mau giamana lagi aku tak mampu menghalanginya. Karena bagaimana pun itu sudah kewajiban mereka untuk membantu saudaranya yang membutuhkan.

" Ara.... jaga diri baik-baik, ingat fokus dulu sama hafalan mu, jangan bandel, jangan nyusahin orang dan yang paling utama jaga akhlakmu" pesan ayah

" iya yah, ayah sama ibu juga, harus jaga kesehatan, terus harus selalu hubungi ara, dan kalau udah sampai disana langsung hubungi ara." Jawab ku

" iya ra, in syaa Allah kami akan selalu menghubungi mu" ucap ibu

" Ra, jangan cengeng dong... harus selalu senyum. Dan yang paling penting Jangan lupain calon imam mu ya..?" timpal Khiar

" Hah... Calon imam..?" jawabku bingung

"emmm.. iya maksudnya, jangan lupain aku. In syaa Allah aku yang akan menjadi imam mu" jawab khiar

" Hah.... kamu...? hahaha, semoga saja tidak.." jawab ku

" Haha, tapi kalau jodoh mau giamana..?" ledeknya . " Nah gitu dong senyum, jangan sedih, dan jangan berfikiran yang aneh aneh, sukses selalu, dan jangan lupain aku" sambungnya sambil memberikan sebuah kotak kecil pada ku.

" iya yar, in syaa Allah, aku akan selalu mengingat semua pesan mu. Makasih juga sudah ngasih ini" jawab ku

" Jangan di buka dulu, buka nya nanti kalau aku sudah pulang dari sini" pinta nya

" iya, iya mas khiar...." kesal ku.

" ya udah, kami pamit dulu ya Mad, maaf selalalu merepotkan kamu. Titip Ara ya,, kalau dia nakal jewer saja" ucap ayah ku

" Ah kamu ini. Aku sama sekali tak merasa di repotkan, in syaa Allah kami akan menjaga anak mu dengan sebaik mungkin." Jawab nya

" ya udah, kami permisi dulu. Assalamu'alaikum" ucap ayah ku

" Wa'alaikummussalam warohmatullahi" jawab kami