Chereads / Goresan untuk Almeera / Chapter 7 - Pesantren

Chapter 7 - Pesantren

Aku terus memandangi punggung ayah dan ibu ku, yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan . Aku lihat mobil yang ayah tumpangi mulai melaju dan menghilang dari penglihatanku. Aku tak kuat menahan air mataku lagi, aku berlari menuju ke suatu tempat. Di taman belakang rumah abah ini.

Aku meluapkan semua rasa yang tadi ku tahan. Aku takut jika sesuatu terjadi pada orang tua ku. Bukannya aku tak percaya akan ketetapan Allah. Tapi, aku hanya merasa takut saja jika mimpi yang ku alami waktu itu menjadi nyata.

" La Tahzan InnAllaha ma'ana Ra, jangan bersedih Allah selalu bersama kita. Kamu harus percaya sama Allah, bahwa Allah akan selalu menjaga orang tua mu disana." Ucap seseorang sambil memeluku dari arah belakang.

Aku hanya terdiam mendengar penuturan itu. Benar apa katanya jangan bersedih Allah selalu bersama kita. Aku mulai mengusap semua air mata ku, dan tersenyum padanya.

" Nah gitu dong senyum, kan cantik nya kelihatan" ujar perempuan tadi.

" oh iya.. kita kan belum kenalan, kenalin nama ku Mikayla Al Ghifari, aku putri dari abah Ahmad Al Ghifari, kamu boleh panggil aku mba kay ra." sambung nya.

"iya mba kay, makasih ya. " jawab ku.

"udah yuk, jangan sedih terus, mending kita jalan-jalan mengelilingi pesantren biar kamu nggak nyasar kalau di sini" ajak nya

" iya mba" jawabku

Aku dan Mba kay berjalan menyusuri penjuru pesantren. Luas dan asri lingkungan di sini. Langkah kami terus berlalu dari setiap ruangan menuju ruangan lainnya.

" Nah ini , adalah ruangan belajar santriwati ra, dari sini, sampai ruangan ujung sana" jelas mba kay

" Wah.. luas ya mba. ini kelas seperti sekolah umum itu ya mba..?" tanya ku

"iya ra, bagian sini kelas tingkat MTS dan di bagian sebelah sana itu MA. Tapi kalau untuk sore hari nya, kelas ini juga di pakai untuk sekolah TPQ penduduk disini ra" jelasnya lagi.

"oh.. gitu ya mba.." jawab ku..

"Emmm.. terus itu apa mba..?" tanya ku menunjuk dinding besar di belakang taman.

"oh.. itu, kalau itu pembatas antara santri putra dan santri putri, karena di belakang tembok itu adalah asrama santri putra." jawabnya

"jadi nggak pernah ketemu sama santri putra dong mba..?" tanya ku lagi.

"Hahaha ... tenang ra, masih bisa ketemu kok, tapi hanya ketika ada acara besar saja" jelasnya lagi

"oh... gitu ya mba.. " jawab ku

" iya ra, dan kalau kamu mau beli sesuatu untuk keperluan pesantren, di koperasi pesantren ra, sebelahnya ndalem tadi.." ucap nya

" ndalem...?" tanya ku bingung

" rumah abah ra, biasanya santri itu kalau bilang rumah nya abah, bilang nya ndalem ra.." jawabnya

"oh gitu.. hehe maaf ya mba, ara nggak tau" jawab ku

" iya ra nggak papa kok, ya udah sekarang aku anterin ya ke kamar kamu" ajaknya

" iya mba" jawab ku

Aku berjalan beriringan dengannya. Setiap langkah kami di iringi dengan gelak tawa kami. Sungguh aku sangat bersyukur mengenal mba kay. Orang nya ramah dan cantik. Banyak santriwati yang senyum dan tunduk terhadap mba kay. Mungkin karena rasa ta'dzim nya pada anak abah yai. Aku merasa minder berjalan beriringan dengannya. Tapi apa boleh buat, dia selalu menggandeng ku dan selalu menolak jika aku ingin berjalan di belakangnya. Aku mulai risih dengan berbagai tatapan dari santriwati lainnya. Ada yang menatap degan tulus dah ramah. Ada juga yang menatap dengan tatapan bencinya. Semoga saja aku tak memiliki musuh di sini. Karena tujuan ku kesini adalah untuk mencari ilmu, bukan untuk menambah musuh.

" Alhamdulillah, sudah sampai ra.." ucap mba kay

" ini, kamar mu ra, tempat kamu untuk beristirahat selama kanu tinggal di pesantren ini.." sambungnya

" iya mba, terus dikamar ini ada berapa orang mba..?" tanya ku

" 3 orang ra, dan kamar yang ini baru berisi 2 orang jadi kamu tidur di kamar ini" jelasnya.

"iya mba.." jawab ku

Tok..tok...tok.

"Assalamu'alaikum..." salam mba kay

" Wa'alaikummussalam warohmatullahi, Eh ning , enten nopo nggih..?" ucap seorang santri.

" Niki enten santri baru, namine Ara. Dia akan tinggal di kamar kalian, nggak papa kan nadia , fatin...?" tanya nya

" oh, nggeh mboten nopo nopo ning, Alhamdulillah bersyukur gadah rencang baru.." jawab santri yang satu nya

"oh, ya mpun bener, nek kados niku. Ara, mbak tinggal dulu ya, nanti kalau butuh sesuatu langsung ke ndalem aja" ucap nya

" Inggih mba," jawab ku

" Semoga betah ya ra... Assalamu'alaikum.." pamitnya

" wa'alaikummussalam warohmatullahi" jawab kami

" hay ara... kenal ke, nama ku Fathin Rizqiana. biasane podo manggil aku Fathin" sapa Fathin

" Nama ku Nadia kanza Azzahra, biasa di paggil incess" ucap santri yang satunya

" hidih .. biasa wae sih nad.. oj lenjeh lenjeh kok ui. maaf e yo ra, nadia emang seneng e koyo ngunu" jelas fathin

" hehe iya nggak papa kok" jawab ku.

"oh yo ra, nama ne saman sinten..?" tanya nadia

" Nama ku Almeera Azzahra Alfathunnisa, biasa di panggil ara" jawab ku

" Namane cantik yoo. kayak orang e" puji nadia

" iya cantik nad, badannya juga kayak model, nggak kayak kamu nad yang badanya seperti donat, hahaha" ejek fathin

" Ngomong op Tin.. Pisan maneh tak bucal kamu ten kali comberan" ancam nadia

" hehe sorri sorri nad. oh ya, ngapunten e yo ra, kalau kamu risih sama tingkah lakune kami" ucap Fathin

" hehe iya nggak papa kok," jawab ku

" ya sudah ayo masuk ra," ajak nadia

" Kamu tidur di kasur yang tengah nggak papa kan..?" tanya Fathin

" iya nggak papa kok" jawab ku

" ya udah, tak bantu ngrapihke barang barang mu yo, men rk telat anggone ten masjid" ucap Fathin

"iya makasih ya" jawab ku

Aku sangat bersyukur di pertemukan dengan orang orang baik ini. Nadia dan Fathin, meskipun baru mengenal ku tapi dia mau membantu merapihkan barang barang bawaan ku. Kuperhatikan mereka dengan seksama, Fathin yang memiliki tubuh yang lebih tinggi dari nadia. Kulitnya kuning bersih , dan mempunyai mata yang agak sipit. Sedangkan nadia, yang memiliki postur tubuh tak setinggi Fathin, dan agak berisi sedikit di bandingkan Fathin . Tapi mereka sama sama cantik dan sama sama mempunyai hati yang baik dan tulus.

" Alhamdulillah ra udah selesai, yuk ke masjid, ntar kalau telat kena takzir nanti" ujar fatin

" takzir...?" jawab ku bingung

" Takzir itu seperti hukuman ra, tepat e yo seperti sanksi iku" jelas nadia

" oh gitu... ya udah ayok ke masjid" ajak ku

"ok" jawab mereka serempak

Kami mulai melangkahkan kaki menuju masjid. Banyak santriwati yang sudah berada di masjid. Mereka sibuk dengan al qur'anya masing masing mungkin sedang fokus sama hafalannya. Tak butuh waktu lama untuk sampai masjid ini. Di sini banyak santriwati yang senyum dan ramah pada ku. Aku, Nadia, dan Fathin memilih duduk di dekat jendela, karena kata Fathin biar sempriwing gitu. Ada ada saja. Kutelusuri sekitar masjid ini, luas dan seperti nuansa dulu. Mungkin karena setiap bagian masjid ini terbuat dari kayu. Pandangan ku tiba tiba terhenti pada satu sosok. Pada satu sosok santri putra tentunya. Bukan karena kagum atau apa, tapi bingung saja, apa dia nyasar ke masjid asrama putri ini.

" Eh tin,nad itu santri putra nyasar ya, kok sholat nya di masjid sini" bisik ku pada mereka.

"Haha, ara.. saman ki ono ono wae, saman coba delengen bagian ngarep. enten satir e mboten..?" jawab Fathin

" Satir itu apa tin..?" tanya ku lagi.

" yakin ra, saman rk ngerti seng nama ne satir..? S-A-T-I-R ?" jawab nadia

aku hanya menggeleng, nadia dan fathin pun hanya tertawa. Bukannya memberi tahu ku, mereka malah semakin membuat ku bingung.

" heh apa sih.. satir itu? Kok malah pada ketawa sih, tauk ah..!" kesal ku

" Hayoo... lo tin, ara nya marah" ujar nadia

" Loh kok aku sih, kan tadi kamu yang mulai." sangkal fathin.

" Ra... jangan marah yo,maaf kami cuman canda kok ra, jangan masukin hati ya" sambung Fathin.

" Iya ra.. Maafin kene yo.. bener, ojo di masukke ati, tapi masukke lambung ae.. hehe" timpal nadia

" hust.. kamu ini.." sambung fathin

" Loh siapa yang marah, hehe aku nggak marah kok, cuman kesel aja gitu" jawab ku

" yo podo ae atuh neng... Kesel karo jengkel iku" ujar nadia

aku hanya tersenyum pada nya mendengar kata kata itu, sebenarnya ya aku cuman kesel sama mereka, masak kita tanya benar benar, malah di jawab dengan tawa. Kan sebel jadinya.

" jadi gini ra,Asrama putra sama asrama putri emang di pisah. Tapi, kalau untuk sholat jama'ah atau kalau ada kajian di masjid ya di gabung ra. Dan itu di depan sana kan enten satir. Satir iku pembatas ra, ya kayak buat batesi antara santri putra dan santri putri." jelas Fathin

" ohh gitu. hehe kirain laki laki yang tadi itu nyasar.." jawab ku

" hahaha,, yo nggak lah, kamu ki ono ono wae" sambung Nadia.

Tak Terasa lantunan indah adzan maghrib pun mulai terdengar. Semua suara bising tadi sedikit demi sedikit mulai hening. Yang tadinya sedang bersenda gurau, mulai berhenti dan fokus mendengarkan panggilan Allah ini. Usai Adzan ini selesai semua santri langsung membaca Asmaul khusna. Aku pun hanya mengikuti alunan alunan asmaul khusna ini. Ya meskipun tak sekeras Fathin dan nadia. Setelah selesai melantunkan Asmaul khusna, iqomah pun di kumandangkan, Menandakan waktu sholat akan segera di mulai. Semua santri berdiri dan siap melaksanakan sholat maghrib ini. Dengan Khusyuk semua santri mengikuti gerakan imam, Hingga salam.

Usai sholat, banyak santri yang langsung membuka mushaf kecil nya dan mulai melantunkan kalam kalam Allah itu. Aku hanya mengikuti apa yang dilakukan mereka.

" Assalamu'alaikum ara..." sapa seseorang

" Wa'alaikummussalam warohmatullahi, eh mba kay, Bu Nyai " jawab ku

" Panggil umma aja ra" sambung ummi

" Eh iya bu., Eh umma.." jawab ku

" Gimana ra, udah bisa adaptasi belum di sini..?" tanya mba kay

" Alhamdulillah, udah bisa mba, Nadia sama Fathin juga baik banget mba sama aku" jawab ku.

" semoga betah ya nak, kalau butuh sesuatu langsung ke ndalem aja, jangan malu" nasehat umm

" eh Inggih umma" jawab ku

" ya,, udah ra, kalau gitu mba sama umma duluan ya, Assalamu'alaikum" pamit mba kay

" Iya.. wa'alaikummussalam warohmatullahi" jawab ku

Setelah percakapan singkat tadi, banyak tatapan santri yang bingung melihat ku. Mungkin karena terlihat begitu akrab pada Umma dan Mba kay. Dan segerombolan santriwati yang mentap ku sinis akibat kejadian tadi.

" Ra..." panggil nadia

" eh iya nad. kenapa..?" jawab ku

" kok, saman biso perek e nemen yo kaleh ummi lan ning kayla..?" tanya nadia

" husst. kamu ini.." sanggah fathin

" kan nggak papa kalau nanya, dari pada ntar salpah gimana?" lanjut nadia

" jadi gini tin, nad. Ayah ku sama abah Ahmad itu sahabat sejak dulu. jadi sudah seperti keluarga sendiri" jelas ku.

" Oh gitu.., tapi nggak ono hubungan tentang kamu mau di jodohin sama anaknya abah kan..?" tanya nadia.

" hust.. kamu ini, kan tadi mpun di jelaskan nadiaaa donat.." geram Fatih.

Aku semakin bingung dengan pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan nadia.

" Jodohin gimana maksudnya, Bukannya anak abah itu hanya mba kay , Ya masak aku mau dijodohin sama mba kay. kamu ini ada ada aja.." jawab ku

" Maafin Nadia ya ra, nih dia tuh sudah kelepek kelepek kaleh putrane Abah" jelas Fathin

" Hey, bukan aku tog kali ya tuh seisi santri putri juga podo tresno kaleh putrane abah" jelas nya

" Aku nggak faham apa maksud kalian, sudah lah, lebih baik lanjut tadarusnya atau hafalannya, sembari nunggu waktu isya" jelas ku

" Bener juga ya, ok deh ra" jawab nadia.

Aku dan Fathin hanya tersenyum melihat tingkah nadia, ya meskipun aku belum mengetahui tentang semua perbincangan tadi.

" Oh ya, hampir lali aku. Mangke setelah sholat isya biasanya muroja'ah ra, terus setorannya itu setiap ba'da shubuh" jelas Fathin

" Oh iya Tin, makasih ya udah ngasih tau" jawab ku

" Ok sama sama" jawabnya

Aku melanjutkan tadarus kembali. Dan menunggu waktu sholat isya. Setelah dilaksanakan sholat isya. Banyak santri yang memilih langsung untuk ke kamar mereka masing masing, Tapi masih ada juga beberapa santri yang masih duduk di serambi masjid sambil bermuroja'ah hafalannya. Setelah 30 menit lamanya bermuroja'ah aku memutuskan untuk menyudahinya dan ku lihat sekeliling ku, rupanya Fathin dan Nadia sudah menunggu ku dari tadi.

" Maaf ya Tin,Nad aku lama" pinta ku

" Healah.. Ngopo minta maaf, nyante bae karo kene. iyo kan Tin" jawab Nadia

" Iya ra, nggak papa, nyante aja" Sambung Fathin

" Ya wes, ayok neng kamar, awake aku wes podo loro" ajak Nadia

. Langkah kami, mulai berlalu menuju kamar. Semakin malam udara disini semakin dingin, Serasa akan membeku jika berlama lama di luaran seperti ini.

" Alhamdulillah, akhire sampe juga" ucap Nadia

" Kamu ini nad, baru jalan dari masjid sampai ke kamar aja udah kayak jalan muteri alun alun kota." ledek Fathin

" maklumi lah,, kamare kita iku paling pojok dan paling jauh dari masjid, jadi yo wajar aa nek aku kesel" jawabnya

" haha, sak karep mu nad nad, ya wes yok masuk, terus mimpi indah" ajak fathin

Fathin dan Nadia mulai berbenah diri untuk tidur. Aku pun mengikutinya, saat aku mulai membaringkan badan ku,ku melihat sebuah kotak kecil yang bertengger di atas lemari ku. Aku baru ingat, sebuah kotak pemberian khiar belum ku buka. Aku pun bangkit dan meraih kotak itu.

" Hmmm. kira - kira isinya apa ya...?" batin ku bersuara

Ku buka kotak tersebut dengan penuh penasaran. Di dalamnya ada sebuah gelang kauka dan secarik kertas.

Untuk Almeera Azzahra Alfathunnisa

Dari Khiar khatam Ramadhan ( Pangeran Ken 😎)

Assalamualaikum Ara, Seorang perempuan yang masih jadi pemeran utama di hati ku. jaga dirimu baik baik ya, jaga kesehatan tetap menjadi perempuan yang ceria dan tangguh. Nggak boleh cengeng. Belajar yang pinter, biar orangtua mu bangga terhadapmu. Jaga pandangan dan jaga hati ya, Aku berharap namamu lah yang bersanding di lauhul mahfudz dengan nama ku,Aamiiin .

Udah jangan baper, jangan senyum senyum sendiri, Ntar di kira gila lho, hahaha.,

Oh ya raa.... maaf ya aku hanya bisa memberikan gelang kauka ini. Di pakai ya, Terus kalau kamu lagi dzikir itu juga bisa kamu gunakan untuk tasbihnya.

Semoga betah.

Salam manis dan salam sayang

Khiar Khatam Ramadhan 😊

Senyumku seketika mengembang membaca secarik surat ini. Semoga memang benar, dia adalah imam ku kelak. Aku mengambil dan memakai gelang tersebut.

" Makasih khiar, aku sangat menyukainya" ucap ku.