Laki-laki berparas tampan itu masih fokus pada benda berbentuk pipih yang ada di genggaman tangannya. Netra nya menatap setiap inci sebuah gambar yang terpampang didalam sana. Nampak seorang perempuan cantik berhijab syar'i itu sedang tersenyum lebar dengan beberapa balon yang ada di tangannya. Iya, perempuan itu adalah Almeera Az-Zahra Alfathunnisa. Seorang perempuan yang mampu memporak porandakan hati dan pikirannya. Khiar masih ingat betul kapan foto itu diambil. Tepatnya sekitar 2 bulan yang lalu. Saat keluarga Ara melakukan tasyakuran ulang tahunnya di yayasan panti asuhan dekat rumahnya. Ia paham betul kegiatan itu, pasalnya kegiatan itu rutin dilakukan oleh keluarga Ara. Khiar ingat betul saat saat itu, kenangan yang selalu tercetak dan terekam indah dalam memori kalbunya .
***
"Khiar, coba lihat itu.! " serunya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud
"balonnya imut, bagus, warna warni kayak gitu, ke sana bentar ya.. " rengeknya
"loh, kamu yakin mau balon itu?, " tanya khiar memastikan
"iya lah, masak becanda. udah ayok.. ntar keburu jalan penjual balonnya"
Khiar pun tak bisa menolak ajakan Ara, dia sudah paham perilaku Ara. Sekali bilang ayo, ya harus ayo. Karena ia paling tidak suka dilarang, apalagi jika ia menginginkan sesuatu. Ia harus dan harus mendapatkan sesuatu itu. Ya, mungkin itu sisi kekurangan darinya, terkesan memaksakan suatu kehendak.
"pak, ini satu balonnya harga berapa?" tanyanya
"satu lima ribu neng," jawab penjual balon
"ya udah, aku beli semuanya ya pak"
"hah..! kamu yakin, mau beli semuanya.?" tanya khiar
" iya yakinlah khiar, balonnya imut semua, cantik semua lagi. kan sayang kalau belinya hanya satu"
"jadinya gimana neng, ini beneran mau diborong semua?" tanya bapak penjual balon
"iya pak, semuanya ya.. tanpa tersisa satupun"
"siap neng"
Bapak penjual balon itu pun melepaskan semua balon dari ikatan gerobaknya. dan memberikan semua balon itu pada Ara. Terlihat Ara mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan diberikan kepada Abang penjual balon itu.
"loh neng, ini uangnya kelebihan. Nggak ada kembalinya"
"udah pak gak papa, buat bapak aja kembaliannya"
"Alhamdulillah, makasih ya neng. semoga dilancarkan segala urusannya"
"Aamiin, makasih pak, semoga doa baik bapak kembali lagi pada bapak"
"Aamiin" jawab penjual balon
Terlihat wajah sumringah Ara. Memegang banyak balon layaknya anak kecil yang berlarian kesana-kemari. Khiar hanya mampu menggelengkan kepala saja, entah dia merasa bingung pada perilaku Ara. Kadang terlihat dewasa, kadang juga terlihat seperti anak kecil. Mungkin hal itu yang membuat Khiar tertarik padanya. Memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh perempuan lainnya.
"Khiar, fotoin aku dong, mumpung masih megang balon banyak nih, " pintanya
"lah, emang nanti balonnya mau dikemanain Ra, mau kamu lepasin?" tanya khiar
"ish.. udah fotoin aja dulu, nggak usah kebanyakan nanya"
"hadeh.. iya iya tuan putri. udah gaya dulu yang cantik biar hasil fotonya bagus"
"nah gitu dong"
Ara mulai berlaga, layaknya model yang sedang difoto. Dengan lincahnya ia bergaya di depan kamera. Entah sudah berapa gaya yang ia buat,tapi tetap saja ia belum merasa puas dengan hasil jepretan Khiar. ya, harap maklum, Khiar memang tidak ahli dalam hal jepretan ataupun fotografer. Tapi, mungkin kalau membuat Ara baper, ia sangat ahli dan lihai sekali.
"ya Allah, mau sampai kapan penderitaan ini berakhir. sudah 40 gambar hasil jepretan saya. tapi tetap saja belum ada yang bagus dihadapan Ara. Padahal menurutku semua hasil fotonya bagus, dan cantik. Maunya yang seperti apa sih,? memang perempuan itu sulit dimengerti.!" batin khiar berkecamuk
" ini terakhir ya Ra, kasihan orangtuamu dan anak-anak yang lain sudah nunggu lama" jelas khiar
"iya, iya ini terakhir. semoga hasilnya bagus ya, hehe"
"oke, 1 , 2 ,3" "cekrek.!"
"coba coba lihat hasilnya, semoga bagus" ujar Ara sambil berlari menuju khiar
"nih, bagus yakin cantik banget kamu Ra"
jawab khiar sembari memberikan handphone nya
"wah, iya bener, nah ini baru bagus, cantik. aaw. aku suka aku suka, makasih khiar ganteng"
lagi lagi Khiar hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah Ara. Tak beberapa lama terlihat orangtua Ara dan anak-anak yayasan itu, mereka melambai ke arah Ara dan Khiar.
"MasyaAllah nak, balon banyak kayak gini buat apa.?" tanya ayah
"buat anak-anak sini yah, kan kalau anak-anak pasti suka sama balon" ujarnya
"aku kesana dulu ya yah," sambungannya
Ara berlarian kecil menuju taman yang sudah dipenuhi anak-anak yayasan itu, ia membagi balon itu satu satu pada mereka. senyum dan ketulusannya selalu terpancar dari wajahnya. Membuat Khiar semakin jatuh hati padanya.
***
Khiar selalu tersenyum sendiri, jika mengingat semua kenangan tentang Ara, Tapi apa boleh buat sekarang ia harus merasakan sebuah pemisah jarak yang tercipta antara Khiar dan Ara. Sekarang Ia akan melanjutkan studinya di luar kota. Dan ditugaskan ayahnya untuk sekaligus mengurus bisnis yang ada di sana. Dan Ara, dia harus melanjutkan pendidikannya di pesantren.
"entah sejak kapan aku mulai menyukainya, yang pasti aku selalu berdoa agar kelak bisa bersanding dengan perempuan seperti dia. Almeera Az-Zahra Alfathunnisa. semoga kelak kau bisa menjadi pendamping hidupku. Aku pun tak tau, apakah rasa ini salah bersemayam dalam kalbu. Mencintai seseorang yang masih bergelar saudara sepupu. Tapi aku juga tak berhak mengekang rasa ini, sebab rasa ini muncul dan tumbuh begitu saja. Aku sudah mencoba untuk menyingkirkan nama Ara dalam tahta di hatiku, namun apa boleh buat, semakin aku berusaha menyingkirkan nama itu, semakin kuat pula rasaku yang bergemuruh pada dia. Yang terpenting, untuk saat ini. aku akan memperjuangkannya. masalah dia jodohku apa bukan, yang terpenting aku sudah pernah berjuang untuk orang yang sedang kuperjuangkan" batinnya bermonolog
"ekhem, ada yang rindu ni" ujar Tante Irma mama Khiar
"eh.. nggak kok ma, loh sejak kapan mama di sini ?"
"udah nggak usah disembunyiin, kamu nggak bisa bohongin mamah Khiar"
"eh.. hehe. emm, mamah sejak kapan di sini ?" tanyanya kembali
" sejak kamu memandang foto Ara di hp mu, sejak kamu senyum senyum sendiri nggak jelas, terus tiba-tiba ngelamun sendiri" ledek mamah
"udah Yar, mamah tau perasaanmu kok, kamu nggak salah punya perasaan seperti itu, walaupun dia masih saudaramu, yang terpenting jagalah perasaan itu, sampai waktunya kamu siap meminang Ara. jangan sampe rasamu itu membuatmu terjerumus ke dalam lingkaran kemaksiatan" jelas mamahnya
"iya mah, makasih ya" ujarnya sembari memeluk mamahnya
"iya sayang sama sama, udah gih tidur. udah larut malam kok, nanti besok ketinggalan pesawat loh"
"hehe, siap mamahku. doakan ya ma, semoga aku sukses, terus bisa meminang Ara secepatnya"
"aamiin, ya udah gih tidur ya, jangan mikirin yang nggak-nggak. selamat malam sayang"
"iya ma, selamat malam kembali"