"Kau sungguh baik baik saja Val?" Tanya Rosaline lagi ketika ia hampir pergi meninggalkan Valerie dikamar
"Ya tentu" jawab Valerie asal
Rosaline ini memang tergolong baik. Hanya saja citranya sedikit sangar karena ia dulunya pernah bergabung dengan suatu kelompok yang masyarakat lihat sebagai 'golongan preman kelas kakap' atau yang biasa dikenal dengan sebutan 'mafia'.
Namun itu masa lalu, saat dirinya masih umur 20 tahunan. Rosaline yang sekarang beralih profesi menjadi seorang arsitek ternama di negara ini. Ia pun sudah mendalami pekerjaan ini kurang lebih selama 15 tahun. Ia juga sudah meraup hasil yang sangat memuaskan, bahkan bisa membeli 5 mobil sekaligus.
"Kalau kau ada masalah, jangan sungkan untuk bercerita atau meminta tolong padaku, oke??" Rose memastikan
"Ya... tentu saja, Rose.. terima kasih atas tawaranmu" sahut Valerie
"Aku akan turun. Selamat malam, Mimpi yang indah Val"
"Um Rose~" dengan suara khas cempreng Valerie, ia kembali memanggil Rose, menahan orang itu yang sedari tadi berdiri didepan pintu.
"Selamat atas proyek besarmu. . . Umm Selamat malam" kata Valerie dengan cepat bersembunyi dibalik selimut.
Valerie jarang berkata manis seperti ini. Terlebih kepada Rose karena mereka jarang bertemu. Sedangkan Rose, hanya tersenyum dan menutup pintu secara perlahan.
'Dasar Valerie' batinnya.
* * * * *
Matahari mulai memancarkan sinarnya. Belum terlalu terang, tapi mampu membangunkan Valerie dari tidur nyenyaknya melalui sela sela jendela yang tidak tertutup gorden.
Meski hanya tidur beberapa jam saja ia merasa sudah memiliki banyak energi yang terkumpul. Perlahan ia menurunkan kakinya dari ranjang, merasakan betapa dinginnya lantai.
Ia menuruni anak tangga dengan sedikit rasa kantuk karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Kebiasaan Valerie saat bangun tidur yaitu langsung menuju dapur untuk mengambil air minum.
Namun langkahnya terhenti seketika. Matanya langsung terbelalak saat melihat kobaran api yang sedang dimainkan oleh Rosaline di wajan.
"Ke-kebakaran!" Teriaknya
Hal itu membuat Rose menoleh kearah Valerie yang berdiri tak jauh darinya.
"Keren kan?" Tanya Rose
"Y-ya. Tapi itu berbahaya, Rose. Bibi Zoey pasti akan terkejut melihatmu" jawab Valerie tak percaya
"Kalau begitu Bibi Zoey harus belajar dariku" kata Rosaline enteng.
"Duduklah, ayo kita makan bersama" lanjutnya.
Valerie mengikuti apa kata Rose. Ia duduk sambil memperhatikan Rose yang sibuk dengan urusan dapur.
Ia menyajikan beberapa jenis makanan dimeja, tepatnya di hadapan Valerie. Membuat gadis itu menelan ludah karena tak sabar untuk menyantap semuanya.
Kemudian Rose mengambil air minum di lemari es, menuangkannya kedalam gelas. Ia menyodorkan minuman itu pada adik kesayangannya.
"Ayo kita makan" kata Rose yang ikut duduk bersama
"T-tapi Bryan"
"Dia sudah berangkat kerja jam 6 pagi" sahut Rose langsung mengerti
"Kenapa pagi sekali?"
"Dia memang begitu kan?? Setiap hari Val, setiap hari"
"Kau mau sosisnya?" Tawar Rose
"Ya tentu"
Meski cuma berdua saja, entah kenapa Valerie merasa senang. Ini pertama kali ia bisa mengobrol luwes bersama Rosaline.
Seharian ini, mereka bahkan melakukan semua hal bersama. Mulai dari berjemur di pinggir kolam renang, belajar membuat pancake, berdandan, bahkan menonton film. Untungnya Rosaline libur, jadi dia bisa menemani seharian full bersama Valerie.
"Bukankah kau ada janji dengan doktermu?" Tanya Rosaline
"Hn" jawab Valerie. Ia terlalu asik menonton drama yang akhir akhir ini sedang marak dibicarakan oleh masyarakat. Drama tentang perselingkuhan seorang pengusaha dengan sekretarisnya sendiri.
"Jam berapa?"
Valerie tak menjawab lewat mulut. Namun tangannya membentuk angka 2. Matanya bahkan tidak bisa lepas dari layar laptop.
Rose melirik jam yang menempel di dinding. "Tapi sekarang sudah jam setengah 4" ucapnya
Valerie hanya diam, masih asik menonton. Tak lama kemudian ia terkejut setelah menafsirkan kalimat dari Rosaline.
"Jam 4???!! Oh tidak aku terlambat!!!" Pekik Valerie buru buru menutup laptopnya. Ia langsung berlari keluar dari kamar Rosaline dan bergegas mengganti pakaiannya.
"Sama persis dengan kakaknya" ucap Rose yang hanya menggelengkan kepalanya.
*
Valerie berdiri di depan ruangan Dokter Liam. Ia sudah 10 menit menunggu namun Dokter Liam sama sekali belum muncul. Katanya, dia sedang berada diruang bedah karena harus mengoperasi seseorang.
"Duduklah Val. Kau hanya akan kecapekan sendiri jika terus berdiri disana" ucap Rosaline yang menunggu dengan tenang di kursi tunggu.
Rosaline dengan senang hati mau mengantar Valerie ke Rumah sakit. Awalnya anak itu menolak. Tapi pada akhirnya dia mau.
Bukan apa apa, ada kalanya Valerie merasa tidak percaya diri ketika jalan bersama Rosaline. Rose sangat cantik dengan kulitnya yang putih. Dia terlihat tenang dalam situasi apapun.
Berwawasan tinggi, cantik, dan juga kaya. 3 kata yang mampu diucapkan.
Sebaliknya, Valerie bersikap sangat kekanakan. Terkesan jauh dari kata 'sexy dan menawan' seperti Rose. Justru dia lebih dominan pada 'cantik dan imut'.
Lihat saja dari segi pakaian. Rose menggunakan Dress berwarna hitam diatas lutut kemudian dibalut dengan blazer putih gading. Rambut pendeknya disisir kedalam sehingga tidak ada yang mencuat. Ia selalu memakai sepatu hak tinggi, setidaknya diatas 3 cm. Proposi tubuhnya benar benar sempurna seperti model.
Sedangkan pakaian yang dipakai Valerie kali ini hanya hotpants dan juga kaos putih oblong yang berukuran lebih dari badannya sehingga terlihat seperti memakai rok. Ia kemana mana selalu memakai sepatu kets, hanya disaat tertentu saja ia mau memakai sepatu berhak tinggi. Rambut panjangnya ia ikat menjadi 2, sisi kanan dan kiri.
"Kau sudah disini?" Tanya Dokter Liam membuyarkan lamunan Valerie tentang perbedaannya dengan Rosaline.
"Ya" jawab Valerie langsung antusias ketika melihat Dokter Liam sedang berjalan kearahnya.
"Aku sudah menunggumu sejak tadi. Kupikir kau akan menunda jadwal hari ini jadi aku membantu mengatasi pasien lain"
"Maaf atas keterlambatanku, Dok" ucap Valerie tertunduk
"Tak apa. Aku juga minta maaf karena sudah membuatmu menunggu sangat lama"
"Hanya 10 menit" sahut Valerie.
"Tunggu... apa kau berdandan hari ini?" Tanya nya lagi kemudian disertai gelak tawa.
Sontak Valerie langsung memegang wajahnya. Ia lupa menghapus riasan yang dipoleskan oleh Rosaline tadi.
'Aduh.. bagaimana ini?!' Batinnya
"Tak usah dihapus. Kau cantik seperti ini, Val. Sesekali kau memang harus berdandan haha" kata Dokter Liam lagi.
"Apa kataku Val. . . hanya perlu ditambah sedikit bedak dan lipstik.. . . . . . Karyaku bagus kan, Dok?" Timpal Rosaline
"Ya tentu saja. Karena aslinya sudah cantik, mau diapakan pun tetap cantik haha"
Entah kenapa pipi Valerie merona. Wajahnya menjadi sedikit kemerahan karena pujian dilontarkan untuknya.
"Jangan hanya berdiri disini. Ayo masuk keruanganku"
"Aku harus menelpon seseorang dulu. Nanti aku akan menyusul, oke?" Kata Rosaline. Ia kemudian pergi dan meninggalkan mereka berdua disana.
Saat Valerie memasuki ruangan itu, ia terkejut dengan sosok yang terasa asing dimatanya. Dulunya ini adalah milik Dokter Sam.
Biasanya hanya ada satu meja disisi tengah dengan hiasan pohon palem di sudutnya, namun kali ini ada dua di kanan dan kiri, meja mereka saling berhadapan.
Seseorang duduk di kursi itu dengan fokus membaca beberapa lembar kertas ditangannya. Ia juga memakai jas berwarna putih, sama persis dengan apa yang dikenakan oleh dokter Liam saat ini. Diatas mejanya ada sebuah papan nama bertuliskan "Dr. ROEY GRIFFIN".
'Dia yang namanya dokter Roey itu? Desas desus yang kudengar dari para suster disini, Dokter Roey mempunyai wajah yang tampan dengan alis tebal. Tubuhnya juga sangat atletis. Apa mereka sengaja berbohong didepanku?' Pikir Valerie.
Ia kembali menatap dokter itu. Rambutnya rapi, tapi wajahnya berjenggot. Ia sudah tidak muda, namun juga belum terlalu tua. Perutnya juga buncit, jauh sekali dengan rumor yang beredar.
Valerie memang tidak mempermasalahkan dengan tampilan seseorang. Hanya saja desas desus yang ada membuat otaknya berimajinasi dan membentuk seseorang yang sempurna diotaknya. Apalagi dokter Sam juga sempat membanggakan anaknya yang katanya sangat mirip. Kalau ini mah yang mirip hanya di bagian perut buncitnya saja.
"Senang bertemu denganmu, Dokter Roey. Namaku Valerie" ucap Valerie memberikan sedikit salam padanya
"A-apa? Itu bukan Dokter Roey, Val. Dia Dokter Haris, kepala dokter bedah di rumah sakit ini" kata Dokter Liam sesegera mungkin mengoreksi
Krieeettt
Pintu terbuka secara perlahan, memunculkan seseorang dibaliknya.