Aku terlalu larut dalam buaian. Waktu terasa berhenti sesaat. Pandanganku tidak bisa dialihkan. Meski negara ini diserang oleh bom atau semacamnya aku tak kan terpengaruh. Berkedip pun hanya akan mensia - siakan kesempatan yang ada. Orang di depanku ini lebih dari apaapun. Dia sangat menarik dan juga berkarismatik.
"Sudah puas memandangiku seperti itu?" Kata Axel membuyarkan lamunanku.
Aku membelalakan mataku. Terkejut mendengar perkataannya. Aku sedikit gelagapan karena merasa ketahuan seolah sudah mencuri sesuatu.
"A-apa?" Tanyaku
"Aku tidak bisa tidur jika kau terus begitu" sahutnya sedikit mempernyaman posisi tidurnya.
"A-aku tidak memandangimu tahu! A-ada laki laki berotot disebelah sana. J-jadi-"
Dia melirik kearah yang kutunjuk sebentar kemudian kembali memejamkan matanya seperti semula.
"Kau bohong" katanya
"D-dia sudah p-pergi" aku mengangkal.
"Kenapa kau terdengar seperti orang yang sedang gelisah?"
Aku tak menjawab pertanyaannya. Langsung saja aku membalikkan tubuhku kearah yang berlawanan. Sebisa mungkin aku harus menutupi wajahku yang mulai memerah.
Aku sudah terpergok ketika melihatnya. Padahal matanya tertutup. Tapi kenapa dia bisa tahu segalanya??
Tak mungkin aku membenarkan kata katanya kan? Dia pasti akan besar kepala.
B-bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
* * * * *
Hening. Yang terdengar hanyalah suara radio di mobil. Tak ada yang memulai percakapan diantara keduanya. Baik Axel maupun Valerie memilih diam dan tak bersuara sejak tadi.
Alunan yang terputar saat ini adalah lagu milik My Chemical Romance berjudul welcome to the black parade. Baru intronya saja yang terputar, Valerie sudah bersiap mengambil nafas dan mulai bernyanyi.
"...When I was a young girl, my father took me in the city to see a marching band.." Valerie mulai bernyanyi dengan sedikit mengganti liriknya.
"...He said son when you grow up will you be the savior of the broken, the beaten and the damned... He said will you defead them your demons and non-believers the plans they have made...."
"Because one day, I leave you a phantom to lead you in the summer... To join the black parade..."
Baru terputar beberapa menit saja, tiba tiba Axel mengganti saluran radio tersebut. Dengan enaknya, Ia mengganti saluran berita. Hal itu langsung dapat tatapan tajam dari Valerie.
"Kenapa diganti?" Protes gadis itu.
"Terlalu berisik" sahut Axel tanpa mengindahkannya.
"Tapi aku suka" ucap Valerie menurunkan nada bicaranya.
Axel tak bergeming. Ia masih fokus dengan kegiatan menyetirnya, mengantarkan Valerie sampai rumah.
"Biarkan aku selesaikan lagu itu, oke?"
"Tidak" tolak Axel tanpa berpikir panjang.
"Hanya 1 lagu itu saja. Aku tak kan meminta yang lain, um??" Tawar Valerie
"Tidak" jawab Axel masih kekeuh dengan jawabannya.
Gadis itu mendengus sebal. "Kau terlihat seperti orang tua.....tidak keren"
Sontak Axel langsung memandang Valerie sekejap. Tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan untuknya.
"A-apa katamu? Tua?!" Axel memastikan perkataan Valerie tidak salah.
"Ya. Kau mirip dengan papaku. Sepanjang perjalanan, hanya berita saja yang ingin ia dengarkan. Mungkin kalian memiliki selera yang sama" sahut Valerie
Disamakan dengan pria berumuran 40-50 tahunan jelas itu menyinggung perasaan Axel. Ia kan masih umur 29, jiwa mudanya masih berkobar.
Tanpa babibu, Axel kembali memutarkan saluran yang tadi sempat diputar. Untungnya lagu tersebut belum selesai sehingga Valerie memekik kegirangan.
"....do or die you'll never make me cos the world will naver take my heart..." terdengar kembali lagu yang sama.
"Kau memutarnya lagi? Kenapa??" Tanya Valerie dengan wajah berseri.
"Aku tidak setua yang kau bayangkan. Aku masih muda, tau!" Kata Axel tak terima
Seakan tak memperdulikan perkataan Axel, gadis itu hanya terfokus pada lirik yang terputar.
"...I'm not ashamed I'm gonna show my scar. Give a cheer for all the broken. Lose it here because i'ts only... I'm just a man I'm not hero. Just a boy whos meant to sing this song. Just a man, I'm not a hero I don't care. . . Carry on!!! We'll carry on!!!...." Valerie menyanyikan setiap liriknya dengan penuh penghayatan. Ia berteriak. Tak peduli bagaimana reaksi Axel saat mendengar suaranya yang sedikit sumbang, Valerie tetap bernyanyi dengan sekuat tenaga.
Pada waktu menonton konser kemarin, ia masih tidak puas karena hanya mendengarkan dua lagu. sebagai penggemar, itu sangat tidak melegakan perasaan di hati.
"Kau tidak tau lagu ini ya?" Tanya Valerie ketika menyadari bahwa Axel hanya diam sedari tadi.
Melihat pria itu tidak menanggapi, Valerie langsung bisa menyimpulkan jawaban. "Aish.. padahal lagu itu sudah lumayan lama... huh dasar kolot"
"K-kolot?" Tanya Axel lagi lagi tak percaya dengan kalimat yang muncul dari bibir mungil itu.
Ini kali pertamanya ia dikata - katai seperti ini. Terlebih oleh seorang wanita yang belum lama ia kenal.
"Aku yakin kau pasti juga tidak tahu paramore, Eagle, Led Zepplin atau semacamnya. Ya kan?"
"A-aku tau beberapa lagu dari mereka" sahut Axel tak yakin dengan jawabannya.
Terdengar Valerie menghela nafasnya. Gusar karena mendengar jawaban pria ini. "Jadi selama ini kau hidup dimana??" Pekiknya karna tak bisa menahan rasa gemas terhadap pria disampingnya ini.
Bagaimana bisa orang yang 9 tahun lebih tua dari Valerie malah tidak tahu menahu soal musik - musik lama?? Lalu selama ini lagu apa yang ia dengarkan? Apa jangan - jangan ia tak pernah mendengarkan lagu sama sekali? Pasti yang ia ketahui hanya soal kerjaan dan kerjaan.
"Oasis" ucap Axel lirih
"Apa?" Valerie memastikan Axel sedang mengucapkan sesuatu
"Aku suka lagu - lagu milik oasis"
Valerie mengangguk paham. Selera mereka sedikit sama ternyata. "Aku juga suka mereka. . . Lalu, apa lagu favoritmu? Yang paliiinnggg kau suka"
"Semuanya" balas Axel singkat
"Tak bisa. Setidaknya kau harus punya satu lagu andalan"
"Tapi semuanya bagus, dan aku suka semua"
"Aishh kau ini bagaimana. Kata favorit lebih mengacu pada satu kesatuan tahu"
"Siapa yang bilang begitu?" Axel tak terima lagi dengan kalimatnya.
"Um~~ biar aku contohkan. . .Misalnya saja, lagu milik Oasis yang paling aku suka yaitu champage supernova dan lagu milik MCR yang menjadi andalanku judulnya Cancer. Jadi, setiap grup aku selalu mempunyai lagu favoritku sendiri. Seperti itu yang ku maksud" kata Valerie
Terlihat pria itu sedikit menimang nimang jawabannya. Ini tidak mudah. Lagu milik Oasis begitu banyak dan ia tidak bohong soal ia mem-favoritkan semuanya.
"Kalau begitu aku juga memilih champagne supernova"
"Kenapa sama denganku? Selera kan orang berbeda beda" Pekik gadis itu
"Selera orang memang beda beda. Tapi kebetulan saja selera kita sama"
"Ah ya. Kau benar, mungkin selera kita sama... kalau begitu, mari lain kali kita lihat konsernya. Bagaimana, apa kau setuju? Kudengar 2 bulan lagi akan ada festival musik dialun alun kota" Tawarnya.
Axel hanya mengangguk pasrah mendengar pertanyaannya. Asal mengiyakan perkataannya agar cepat selesai.
"Um~ ..... Turunkan aku didepan gerbang saja" kata Valerie ketika ia sudah melihat halaman depan rumahnya.
Kecepatan mobil mulai melambat. Benda itu berhenti dan terparkir dengan rapi di sisi jalan.
"Kau mau masuk?" Tawar Valerie sekedar basa basi
"Tidak"
Gadis itu hanya mengangkat bahunya. "Ya sudah. Terima kasih untuk hari ini" ucapnya sembari keluar dan menutup pintu mobil.
"Oh hei!!!" Panggil Axel
Valerie yang sudah berjalan beberapa langkah langsung berhenti dan menoleh kebelakang.
"Kapan lagi kau punya waktu?" Tanya Axel
"Aku selalu punya waktu, tapi tak banyak lagi. Kenapa?" Valerie perlahan kembali mendekat dan mereka berbicara lewat jendela mobil.
"Baguslah kalau begitu. Aku akan sering menjemputmu mulai sekarang.. selamat tinggal" sahut Axel
"Heii!!" Teriak Valerie ketika Axel melajukan mobilnya lagi, meninggalkan ia sendirian disana.
"Jangan ucapkan selamat tinggal... kata itu sangat membebaniku tahu.... Kau bisa menggantinya dengan kalimat 'sampai jumpa' atau apapun. Tapi tolong jangan ucapkan kata selamat tinggal dihadapanku lagi. Aku tidak suka" kata Valerie lirih sambil memperhatikan mobil itu sampai menghilang dari pandangannya.