Chereads / Last Hope! / Chapter 17 - BAGIAN 17

Chapter 17 - BAGIAN 17

June, 18. 2020

Hai, namaku Valerie Shavlyn. Usiaku masih 20 tahun dan aku berharap bisa lebih dari itu. Nama Valerie mempunyai arti kuat dan pemberani. Sedangkan Shavlyn, adalah nama almarhum nenekku.

Sejak masih dalam kandungan Papa selalu merengek agar memberiku nama Valerie. Waktu itu Papa sering menonton Film, sepertinya itu menjadi inspirasi baginya. Haha, tak apa. Aku sangat suka dengan nama ini.

Papa pernah bilang padaku bahwa aku harus kuat untuk menjalankan hidupku saat ini dan seterusnya.

Aku anak kedua dari dua bersaudara. anak pertama Bryan Shavlyn, kakak laki lakiku yang satu ini sangat overprotectif sekalipun dia sudah mempunyai istri.  Untungnya Rosaline --istri Bryan-- sama sekali tidak cemburu jika kasih sayang yang diberikan Bryan lebih banyak padaku.

Sejak kecil aku tidak diperbolehkan keluar sama sekali oleh kedua orang tuaku. Belajar pun sebatas homeschooling. Ketika aku sedang ingin makan makanan tertentu, aku tinggal bilang pada bibi Zoey dan tak lama kemudian "pufff". . . . . . makanan sudah tersedia di meja makan.

Semua kebutuhanku selalu dituruti oleh papa dan mama. Sedangkan imbalan yang harus aku bayar pada mereka hanyalah tetap memakan obat dari dokter dan hidup sehat.

Maaf, apa aku belum bilang sesuatu hal yang penting pada kalian??

Sebenarnya sifat overprotectif mereka terhadapku adalah sikap yang wajar mengingat aku mempunyai penyakit yang membuatku tidak bisa hidup lebih lama di dunia.

Leukemia.

Seminggu yang lalu dokter bilang bahwa kemungkinan hidupku sudah tak lama lagi mengingat akhir akhir ini aku sering pingsan tiba tiba bahkan sampai beberapa hari tidak bangun.

Kurang lebih 10 bulan, itu kata dokter Sam memprediksi umurku. Bisa lebih cepat atau sedikit lambat tergantung oleh seberapa tangguh tubuhku mampu menahannya. Menyedihkan bukan?

Sebisa mungkin aku percaya kalau ini bukanlah sebuah kutukan atau semacamnya. Ini adalah sebuah anugerah. Tuhan memberiku kepercayaan untuk bisa merasakan bagaimana indahnya dunia ketika semua orang disekitar menyayangimu melebihi dirinya sendiri.

Ya. . . . .

Tuhan pasti mempunyai tujuan. Skema-Nya lebih indah dari siapapun. Aku percaya.

* * * * *

Valerie memandang selang infus dengan tatapan jengkel. Bagaimana tidak, lusa adalah konser perdana My Chemical Romance yang sangat ia kagumi sejak kecil dan rencananya untuk menghadiri konser tersebut gagal gara - gara infus sialan ini.

Sekilas ia menolehkan kepalanya ke arah jendela. Hari ini cuaca sangat cerah, awan putih mendominasi tatkala terik sinar matahari menyilaukan pandangan.

"Hey Val, bagaimana keadaanmu?" Kata dokter Sam membuyarkan pikiran gadis itu.

"Suasana hatiku buruk sekarang" sahut Valerie membuang muka di hadapan dokter Sam.

Beliau justru tersenyum, kemudian mulai memeriksa kondisi Valerie seperti biasa.

"Jadi, suasana hatimu sekarang sedang buruk?"

Valerie mengangguk

"Apa karena rencanamu melihat konser gagal karena tidak diperbolehkan oleh ayahmu?"

Valerie mengangguk lagi.

Dokter Sam tertawa, kali ini lebih keras dari sebelumnya hingga membuat wajah Valerie semakin kesal karena diejek.

"salahmu karena kau kemarin terlalu asik menonton film hingga kau lupa makan obatmu"

"Sudahlah dokter, jangan menggangguku dulu" rajuknya

Pria paruh baya berjenggot itu tersenyum. "Hey Val.." panggilnya namun sang empunya tidak mau menoleh.

"Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri.. jadi aku ingin mengatakan sesuatu padamu" katanya

"Hari ini adalah hari terakhirku bekerja di rumah sakit ini. 2 hari lagi akan ada anak laki laki bernama Roey yang mungkin akan menggantikan posisiku, roey itu--"

"Tidak dokter.. aku tidak mau" sahut Valerie memotong kalimat dokter Sam.

Yah tentu saja Valerie tidak mau jika dokter kesayangannya berhenti begitu saja. Dokter Sam sudah merawat Valerie sejak ia masih berumur 4 tahun. Baginya Dokter Sam adalah kakek, ayah, saudara, bahkan teman yang ia punya.

"Aku sudah tua Val. Harusnya aku sudah beristirahat di rumah dan bersantai di rumah sejak 1 tahun yang lalu" ucap pria itu.

Valerie masih terdiam. Menatap Dokter Sam dengan pandangan memelas. "Tenang saja.... Roey itu anakku, sepertinya kalian seumuran haha" lanjutnya.

"Tapi dokter Sam, bagaimana jika--"

"Sudahlah Val, aku akan mengunjungimu sesekali bagaimana?" Tawar dokter Sam yang kini giliran memotong kalimat Valerie.

"Oh iya, aku punya berita yang mungkin terdengar baik untukmu. Karena besok hanya ada Liam yang akan menjagamu, aku akan meminta dia agar memperbolehkanmu menonton konser. Kau mau?" Kata Dokter Sam yang hampir beranjak pergi. Ia berdiri di ambang pintu dan menatap kearah Valerie yang masih terbengong di tempatnya.

Mata Valerie membulat. "Benarkah?" Sahutnya dengan suara lantang

"Ya tentu. Asalkan ada 2 syarat"

Alisnya bertaut. Berpikir apa yang akan di katakan oleh dokter Sam.

"Syarat pertama, kau harus pergi bersama Bryan dan syarat kedua... kau harus meminum obat yang sudah ku sediakan diatas meja"

Sontak Valerie mengarahkan pandangannya ke arah meja dan benar saja, ada sebuah obat yang sudah disediakan oleh dokter Sam.

"Baik dokter Sam!!!! Nikmati masa pensiunmu ya, jangan lupa untuk mengunjungiku" teriak Valerie tak mampu menahan kebahagiaannya.

"Ya ya ya, selamat bersenang senang Val"

Dokter Sam kemudian menutup pintu kamar Valerie perlahan, ia berjalan menelusuri koridor rumah sakit sambil tersenyum.

'Mood gadis itu cepat sekali berubah. Padahal tadi saat aku bilang akan berhenti bekerja, dia nampak murung. Tapi saat Valerie tahu jika dirinya diperbolehkan menonton konser, suasana hatinya langsung berubah. Hahh.... dasar Valerie' batin Dokter Sam.

Sedangkan dikamar, Valerie langsung menghubungi Bryan. Memberitahukan bahwa kakaknya harus segera membeli tiket dan menemaninya besok. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini.

"Hey Val, kau sungguh sungguh ingin menonton konser besok?" Tanya Bryan di sebrang sana.

"Ya tentu saja" Valerie menjawab dengan penuh semangat.

"Bagaimana dengan mama dan papa, kau sudah memberitahu mereka?"

Valerie memberi jeda untuk memberikan jawaban. "Emm... aku bisa minta tolong pada dokter Sam atau Liam atau mungkin Roey" jawab gadis itu sekenanya.

"Roey?? Siapa dia??"

"Dia dokter baru.. ummm pengganti Dokter Sam lusa"

"A-apa? Kenapa dokter Sam tidak bilang padaku jika--"

"Umm.. sudah dulu ya Bry. Suster akan memberiku suntikan sekarang. Sampai bertemu besok dan jangan lupa bawa tiketnya, oke? Kau harus dapatkan tiket itu sbelum jam 12 malam nanti" tak lama kemudian Valerie langsung mematikan telepon secara sepihak. Bahkan Bryan belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Ditatapnya sebuah foto yang terpajang di atas meja. Foto yang berisikan 4 orang dengan ekspresi masing masing.

"Benar juga... aku belum memberitahukan pada mama dan papa" gumamnya sambil melihat foto kedua orang tuanya.

* * * * *

Bryan berjalan dengan penuh tenaga sehingga koridor rumah sakit terdengar seperti sebuah suara hantaman, "dum. . . Dum. . . Dum. . .dum" ia menuju ruangan Valerie yang berada di ujung koridor.

Brakk!!!

Tanpa aba - aba, dibukanya pintu berwarna putih itu dengan sedikit keras, menampilkan Valerie yang sedang bermain game di kasur miliknya.

Sudah menjadi sebuah kebiasaan keluarga Shavlyn yang mempunyai tenaga besar seperti itu, kecuali ayahnya yang selalu tenang dalam menghadapi apapun.

Valerie tak mengindahkan keberadaan Bryan dan tetap bermain game tembak tembakan yang baru ia download kemarin. Untungnya ia berhasil membobol password wifi disini. Jika tidak, ia selamanya hanya akan bermain 'Fruit Ninja' atau 'Pou' setiap harinya.

Sejauh ini, tidak ada yang mengetahui perbuatannya kecuali Suster Anna karena Suster Anna sendiri yang menyiapkan amunisi berupa laptop yang digunakan untuk melancarkan aksinya.

"Bisa tidak, kau mengetuk pintu dulu? Jian Han, pasien sebelah adalah penderita jantung. Dia baru saja masuk kemarin jadi biasakan dirimu" ucap Valerie tanpa memandang kakaknya itu

"Apa benar dokter Sam mengijinkanmu?" Tanya Bryan yang langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa yang terletak tak jauh dari Valerie.

"Um" jawab Valerie

"Apa katanya?"

Sejenak gadis itu menekan tombol pause pada gamenya dan menoleh kearah kakaknya.

Memperhatikan seseorang berbicara dan menghentikan aktivitas kita. Bukankah itu yang namanya kesopanan?

"Aku harus datang bersamamu dan meminum obat yang ia berikan" jawab Valerie seadanya.

"Baguslah.. untungnya aku sudah mendapatkan tiket yang kau minta" sahut Bryan sambil tersenyum

"Tapi aku ada satu permintaan juga" lanjutnya.

'Kenapa setiap orang selalu memberikan permintaan mereka padaku? Memangnya aku anak kecil, huh??Sungguh menyebalkan' gumam Valerie sambil melirik tajam kearah Bryan