Diam diam Valerie menyelipkan beberapa snack makanan kedalam troli belanjaan Bryan.
Sepulang dari melihat konser tadi, Bryan berinisiatif mampir ke supermarket untuk membeli barang barang kebutuhannya dan Rosaline nantinya. Tak lupa, ia menambahkan beberapa vitamin agar istrinya itu tetap vit menjaga imun tubuh. Untungnya di perjalanan pulang ia melihat ada supermarket yang masih buka di jam 12 malam.
"Bry, tolong bayarkan makananku sekalian ya. Hanya ada 3 macam kok.... akan aku tunggu diluar, bye!!" sahut Valerie yang langsung berlari keluar toko, meninggalkan Bryan yang melongo tak percaya.
Ini memang 3 macam. Biskuit, snack, dan susu. Tapi masing masing makanan ini beranak pinak. Snack dengan rasa BBQ, rumput laut, sapi panggang dan lainnya. Troli yang tadinya masih muat beberapa barang lagi, kini sudah menggunung akibat makanan titipan Valerie.
"Ck!! Sepertinya aku harus mengambil troli lagi.... lain kali akan kugunakan keranjang agar dia tidak bisa menitip" gumam Bryan
*
Valerie menghabiskan waktunya dengan memutari halaman supermarket yang luas. Ia sudah bolak balik kesana kemari. Tapi sepertinya Bryan masih betah berada didalam sana.
Huft.
Ia menghembuskan nafas perlahan. Kepulan asap keluar dari mulutnya. Ia mengulang beberapa kali hingga matanya menangkap sesuatu.
Salah satu kaki seekor kucing terjebak di antara sela sela jeruji besi dan tatakannya disebuah tempat pembuangan air. Jadi harus mengangkat jeruji besi itu dahulu agar bisa mengeluarkan kaki kucing tersebut.
Kucing itu mengeong sangat keras seperti meminta pertolongan. Meski berada disebrang, suara itu terdengar sangat jelas hingga ketelinga Valerie, terasa seperti kesakitan.
Segera Valerie berlari menyeberangi jalan dan membantunya.
"Meoww" suara kucing itu dengan mata berkaca kaca.
"Aku akan membantumu. Secepatnya kau akan keluar dari tempat ini, oke?" Kata Valerie
Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat jeruji besi tersebut. Sudah berkali kali ia mencoba, namun hasilnya nihil. Benda itu tidak terangkat sama sekali.
"Meowww" kata kucing itu lagi. Suaranya serak, seperti hampir habis karena terlalu sering menggerung.
"Bertahanlah sebentar lagi, oke?" Sahut Valerie seakan akan paham dengan bahasa binatang.
Valerie pergi, mencari sebuah kayu dipinggiran pohon tak jauh dari tempatnya. Tangannya terus mengacak acak dedaunan ditanah, barang kali ada sesuatu yang bisa membantu.
Dari satu pohon ke pohon lain, ia masih tetap mencari sampai ia kelelahan.
"Maaf puusss, aku tidak menemukan apapun yang bisa menolongmu. Tapi akan kucoba lagi untuk mengangkat ini dengan tangan kosong, oke??" Sahutnya kembali lagi setelah tidak menemukan apa apa.
Ia mengambil ancang-ancang. Tangannya berpegangan dengan benda tersebut dengan sangat kuat. Ia perlahan mulai mengangkatnya. Urat nadinya bahkan muncul kepermukaan semuanya.
Hosh hosh hosh
Keringat mulai bercucuran. Sudah memberikan banyak tenaga, tapi benda ini masih tidak bergerak sama sekali.
"Hei nona, apa kau baik baik saja?"
Dua orang, laki-laki dan perempuan mendatangi Valerie dan menanyakan tentang urusannya disini.
"Ya, aku hanya ingin menolong dia" kata Valerie dengan nafas yang masih terengah engah.
"Oh My!!!" Sahut wanita itu ketika melihat kucing itu tersangkut.
"Sayang, ayo tolong dia" katanya lagi pada si laki laki.
Dengan segala bantuan yang ada, akhirnya benda itu terangkat dan mereka berhasil menyelamatkan si kucing. Kakinya nampak kesakitan. Untuk jalan pun juga sepertinya sangat sulit.
"Bolehkah kami membawa kucing ini? Kami adalah pecinta kucing. Setiap malam kami selalu memberi makan kucing jalanan disekitar jalan ini" ucap laki laki itu.
Valerie menatap mereka dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia memang pernah mendengar komunitas ini, tapi tak disangka jika ia akan bertemu dengan salah satu dari mereka.
"Kalau kau tidak percaya, kau bisa datang ketempat ini. Kami akan mengobati dan juga merawatnya sampai bisa berlari" kata laki laki itu memberikan sebuah kartu nama.
"Bolehkah sesekali aku berkunjung?" Tanya Valerie
"Tentu. Kau bisa berkunjung setiap hari, nona" jawab wanita itu.
Tanpa basa basi lagi, Valerie mengiyakan permintaan mereka. Toh, jika ia membawanya juga ia pasti dimarahi oleh ayahnya karena ayahnya alergi bulu kucing.
"Astaga! Sudah berapa lama aku disini?? Aku lupa dengan Bryan. Dia pasti akan mencariku" pekik Valerie
* *
Bryan mencoba berkali kali menelepon nomor Valerie namun tidak ada jawaban sama sekali.
Sejak ia keluar dari supermarket, ia tidak melihat batang hidung adiknya itu.
Alhasil dia pun mulai mencari disekitar supermarket. Ia berlarian kesana dan kemari, namun tak ada hasil.
Hingga matanya menangkap sosok di berjalan kearahnya secara perlahan. Sosok itu terlihat sangat berantakan.
Awalnya memang takut, namun setelah ditelisik lagi, ternyata dia adalah Valerie. Bryan segera berlari dari tempatnya dan mendatangi adiknya.
"Astaga!! Kau tidak apa apa?? Ada apa denganmu?"
Bryan mulai panik setelah melihat ada darah dijidat Valerie.
"Aku baik baik saja Bry" Valerie tersenyum
"Katakan yang sebenarnya, Val!" Sahut kakaknya mulai marah.
Alhasil Valerie menceritakan kejadian sebenarnya. Mulai dari membantu kucing hingga bertemu berandalan itu. Tapi ia tidak memberitahu jika ada seseorang yang membantunya. Bisa bisa Bryan melacak orang itu dan membuat keonaran. Ia memegang erat kartu nama milik Axel dan menyelipkan di sela lengan bajunya agar tidak ketahuan oleh Bryan.
"Obati dirimu dimobil. Aku akan segera menyusul" ucap Bryan yang kemudian sibuk bercengkrama di telepon.
Valerie hanya menurut dan masuk ke mobil. Ia mengambil beberapa plester persediaan Bryan dan menempelkannya di tempat yang terluka.
Beberapa saat kemudian, mobil polisi mulai berdatangan dan menemui Bryan yang telah memanggil mereka.
"Ah dasar... padahal ku bilang tinggalkan saja orang itu disana" gerutu Valerie melihat kelakuan Bryan.
* * * * *
Valerie diam terpaku di ambang pintu. Ia bingung harus melakukan apa karena ia jarang datang kemari. Terakhir ia menginjakkan kaki disini ketika natal 2 tahun yang lalu.
Rumah dengan dua lantai ini memang nampak biasa biasa saja dari luar. Namun ketika masuk, semua barang barang yang dipajang harganya bisa sampai jutaan. Tak heran jika Bryan menyewa beberapa orang untuk menjaga setiap sudut di rumahnya.
"Kenapa diam disitu? Ayo masuk" ucap Bryan mendahului
Valerie mengutuk dirinya sendiri. Tadi ia sempat tidak berpikiran jernih sehingga ia asal bicara pada Bryan jika ia mau bermalam dirumahnya.
Perlahan lahan Valerie melangkahkan kakinya masuk. Ia disambut hangat oleh pemilik rumah.
Dia sangat cantik meski hanya memakai baju tidur. Terlebih tanpa make up begini. Rambut pendek andalannya sedikit berantakan. Mungkin karena Rosaline terbangun di tengah malam seperti ini.
"Hai, Rose.. kau belum tidur?" sapa Valerie kikuk dengan penghuni rumah ini.
"Astaga!!! Kau kenapa? Apa yang terjadi?" Rosaline sedikit meninggikan suaranya. Ia sangat terkejut ketika melihat kondisi iparnya yang sedikit berantakan.
Valerie hanya diam dan tersenyum hambar. Haruskah ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Rosaline?
"Dia tadi diserang oleh berandal jalanan, sayang" sahut Bryan yang datang dengan handuk ditangannya. Ia mengecup kening istrinya, seperti sudah kewajiban ketika ia sampai dirumah.
"Apa? Berandal mana yang berani menyentuhmu? Bilang padaku, Val!!" Sahutnya yang malah ikut ikutan tersulut emosi.
"Tenanglah. . . Tadi dia langsung diringkus oleh kapten Willy" balas Bryan
"Sudah ya. . Aku mau mandi. Rose, tolong antarkan Valey ke kamarnya, oke?"
Ah, aku jadi tau kenapa Bryan suka sekali dengan Rosaline. Sifat mereka mirip, Batin Valerie.