Alex masih memeluk tubuh Surie bahkan ketika mereka sudah duduk di sofa. Surie tak terlihat akan berhenti menangis.
Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie.
"Calm down Sayang."
"Al aku takut."
"Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."
Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi."
"It's nonsense." Ujar Alex.
"Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."
Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."
Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…"
"Saatnya apa?" Tanya Alex.
Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan.
"Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini."
Alex mengerutkan keningnya, ia tak menyukai perkataan Surie tadi. Tak pernah sekalipun dalam fikirannya untuk melepaskan Surie. Sejak awal ia kembali mendekati Surie karena saat itu ia mulai sadar kalau ternyata keberadaan Surie sangat ia butuhkan. Dan sekarang semuanya terasa lebih dari seharusnya.
"What the hell is going on with your mind?"
Surie berdiri dan melipat kedua tangannya di dada. Ia mulai gundah dan emosinya mulai muncul lagi.
"I said the truth, Alex."
"WHAT IS FU**ING THE TRUTH??!!!" Teriak Alex sambil berdiri dari sofa.
Surie mengalihkan pandangannya dan Alex menggenggam kuat kedua lengan Surie. Namun wanita yang ada di hadapan Alex masih mengalihkan pandangannya.
"Look at me!" Perintah Alex dan perlahan Surie mulai menatapnya. Kedua mata Surie sudah memerah.
"Aku gak akan pernah lepasin kamu, Sayang. Gak akan pernah. Jadi berhenti bermimpi untuk pergi atau minta aku pergi dari sisi kamu." Ujar Alex.
Alex keluar dari apartemen Surie. Tubuh Surie merosot dan ia duduk di lantai. Surie kini mulai menangis lagi, menangis sejadi-jadinya. Ia bingung, bimbang, dan takut. Ia tak bisa berfikir jernih dan tak tahu harus melakukan apa.
Surie tahu sejak awal kalau hubungan yang sekarang ia jalani dengan Alex adalah hubungan terlarang dan tak seharusnya terjadi. Mereka sudah bercerai dan Alex sudah memiliki tunangan.
Tapi perasaan cinta dan sayang yang Surie miliki terhadap mantan suaminya membuatnya bertahan dalam hubungan ini. Hubungan yang tak pasti dan tak tahu seperti apa akhirnya.
*****
Alex akhirnya sampai di rumah. Ia melihat ke sekeliling rumah berusaha untuk mencari seseorang dan itu adalah Ibunya sendiri.
"Ma…Mama…" Panggil Alex.
Namun tak ada respon. Ia pun menarik nafas dan berteriak. "MAMAAA..!!!!!"
Tak lama Marissa muncul dari lantai atas. Ia baru saja keluar dari kamarnya. "Alex..?"
Marissa turun ke bawah untuk menghampiri putranya. "Kamu baru sampai nak?" Tanyannya.
"Ma.. sebenarnya Mama ngomong apa sih sama Surie? Mama ngajak dia ketemuan kan? Mama pasti bicara macam-macam sama Surie. Iya kan?" Alex melayangkan pertanyaan yang bertubi-tubi pada Marissa.
Marissa bisa melihat guratan di kening putranya. Saat ini Alex sedang emosi dan satu-satunya yang ia inginkan adalah penjelasan darinya.
"Mama gak bicara yang aneh-aneh sama Surie. Kenapa… dia udah ngadu sesuatu sama kamu?"
"Surie bukan pengadu seperti yang Mama kira. Aku bahkan tahu kalau kalian berdua udah ketemu bukan dari Surie sendiri."
Marissa mengerutkan keningnya, "Lalu dari siapa?"
Alex menatap Marissa serius. "Secara gak langsung Fey yang kasih tahu aku, Ma."
"Fey? Apa dia sengaja melakukannya?" Batin Marissa.
Marissa berdeham, "Kamu pasti paksa Fey untuk cerita ke kamu kan, Al?"
Alex terlihat semakin frustasi. "Alex gak perlu buang-buang waktu untuk itu Ma."
Marissa mendekatkan dirinya ke sisi Alex. "Sayang… Mama melakukan semua ini demi kebaikan kamu, Nak. Mama ingin kamu mendapatkan yang terbaik untuk hidup kamu kedepannya."
"Aku udah gede Ma. Aku tahu mana yang terbaik untuk diriku sendiri. Aku gak suka Mama ganggu apa yang menjadi milik aku."
Marissa melipat kedua tangannya di dada. Wajahnya kini berubah menjadi lebih serius sambil menatap putranya.
"Jadi Surie masih menjadi milik kamu? Walaupun kalian sudah bercerai?. Alex… Mama tanya sama kamu, apa kamu mencintai Surie?"
Deg!!
"..."
"Alex… Mama sedang bertanya." Ujar Marissa.
"Apa itu penting bagi Mama?" Tanya Alex balik.
"Kalian memilih bercerai. Itu artinya hubungan di antara kalian berdua sudah berakhir. Kalau kamu merasa Surie adalah milik kamu, harusnya kamu pertahankan dia sejak dulu. Tapi apa.. kamu memilih untuk melepaskannya agar bisa bersama Fey."
"..."
Marissa kembali melanjutkan ucapannya. "Sekarang Mama sudah membuat kamu terikat dengan Fey, tapi kamu masih tetap menginginkan Surie?"
Marissa mulai merasa heran, "Alex dimana akal sehatmu, Nak? Dimana wibawamu sebagai seorang laki-laki dan satu-satunya penerus keluarga Hilman."
"Ma…."
Alex kembali berbicara namun ucapannya kembali di sela oleh Ibunya.
"Mama gak mau dengar apapun pembelaan dari kamu, Al. Segera selesaikan hubungan kamu dengan Surie, dan kembali fokus pada masa depan hubungan kamu dan Fey." Tegas Marissa.
Alex menggeleng heran. "Mama egois." Ujarnya lalu pergi.
*****
Alex memarkirkan mobilnya dengan terburu-buru di parkiran apartemen Fey. Ia segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam apartemen.
Alex mengetuk dan memencet bel pintu apartemen Fey secara bergantian. Hingga akhirnya tunangannya membukakan pintu untukknya.
"Alex?" Ucap Fey sambil mengerutkan keningnya.
Alex hanya melengos masuk ke dalam dan langsung menuju ruang tamu. Fey yang masih bingung menyusul Alex di belakangnya.
"Kamu kenapa sih?"
"..."
"ALEX!"
Alex berbalik dan menatap Fey. Namun tak ada ekspresi santai di wajahnya. Ia memegang kedua lengan Fey yang membuat tunangannya itu meringis.
"Mama udah ngomong apa aja ke kamu, Fey?"
"Aku akan bicara, tapi lepasin dulu." Pinta Fey.
Alex melepaskan pegangannya pada lengan Fey. Ia berusaha mengatur nafasnya yang memburu.
"Kamu berantem ya sama Surie?" Tanya Fey.
"Jangan ngalihin pembicaraan, Fey. Jawab!! Mama udah ngomong apa aja sama kamu?"
Fey duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya.
"Gak banyak. Hanya saja.. dia minta aku tinggal di rumah keluarga Hilman." Jawab Fey setenang mungkin.
"APA?!"
Fey diam namun ia membenarkan.
Alex benar-benar tak habis fikir pada Ibunya. Setelah membuat hubungannya memburuk dengan Surie, dia bahkan meminta Fey untuk tinggal di rumah.
"Terus kamu mau?"
"Aku belum kasih kepastian, Al."
"Jangan mau!" Ujar Alex.
Salah satu alis Fey terangkat naik. "Why?"
Alex duduk di samping Fey. "Kalau kamu gak mau terjebak, jangan pernah turuti apapun kemauan Mama aku."
Fey tersenyum tipis. "Semuanya menjadi semakin menarik." Batin Fey.
Alex berdiri dari sofa. "Aku pergi." Ucapnya namun Fey menahan dengan memegang tangannya.
Alex kembali berbalik dan menatap Fey.
"Al…"
Alex terdiam sejenak sebelum akhirnya merespon ucapan Fey. "Hm."
"Nothing." Ucap Fey sambil tersenyum dan melepaskan genggamannya pada tangan Alex.
Alex masih curiga namun ia akhirnya pergi meninggalkan apartemen Fey.
"Everything getting stronger, Al. Surie's Love and my ambition for you."
Bersambung…