Disini sekarang, di sebuah vintage cafe. Marissa dan Surie bertemu, bertatap muka, dan berbicara secara khusus 4 mata.
Sempat ada keheningan dimana keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Sibuk dengan fikiran tentang satu sama lain. Dan berbagai macam dugaan serta pertanyaan yang muncul tanpa henti.
Tapi semuanya tidak akan berakhir jika salah satunya tidak ada yang memulai. Dan mereka berdua sama-sama tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini lebih lama lagi.
Surie tersenyum lembut. "Mama.. Apa kabar?" Sapa Surie dengan sopan.
"Saya bukan Mama mertua kamu lagi, Surie. Saya harap kamu bisa mengerti dan tahu harus memanggil Saya dengan sebutan yang seharusnya."
Hati Surie terasa mencelos. Ia tidak memiliki hak itu lagi. Hak di mana pernah ia miliki ketika masih menjadi menantu keluarga Hilman.
"Maksud Saya.. Tante."
Marissa menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Saya baik-baik saja."
"Syukur…"
"Sebelum ini!" Marissa menyela ucapan Surie.
Kini raut wajahnya berubah menjadi lebih serius. Surie berusaha untuk tenang dan bernafas senormal mungkin.
"Saya rasa kita tidak harus berbasa-basi, Surie. Kamu sudah sangat dewasa dan pastinya sangat mengerti."
Surie hanya diam.
"Saya benci harus turun tangan sendiri, tapi nyatanya tidak ada pilihan lain."
"Apa maksud Tante."
"Jauhi Alex! Lepaskan dia, Selamanya!"
Deg!!!
Kedua mata Surie melebar. Tangannya mengerat memegang kursi yang ia duduki. "Tante…" Ucapnya.
"Kamu dan Alex sudah bercerai. Kalian bukan suami-istri lagi. Kamu bukan lagi menantu Saya. Setelah kalian bercerai kamu tidak memiliki status apapun di keluarga Hilman!"
Kedua bibir Surie mulai bergetar. Ia berusaha untuk menahan tangis akibat rasa sakitnya.
"Apapun yang Alex inginkan sekarang dari kamu, jangan pernah kamu ulurkan tangan. Alex hanya sedang bimbang. Ia masih belum paham betul apa yang hatinya inginkan."
"Saya yakin, kalau Alex hanya bermain-main dengan kamu. Dan bodohnya kamu tergoda." Ada sebuah sindirian di kata terakhir yang Marissa ucapkan.
Kedua mata Surie sudah berkaca-kaca. Namun ia masih berusaha untuk kuat. Surie tak ingin terlihat lemah. Termasuk di depan Marissa.
"Tante… Saya akui kalau Saya masih sangat mencintai Alex. Itu karena saya yakin kalau Alex juga mencintai Saya. Walaupun perasaan cintanya tidak sebesar yang Saya miliki."
Marissa berdecih, "Jangan terlalu percaya diri kamu."
"Saya hanya yakin dengan apa yang Saya rasakan, Tante. Mungkin Tante bisa meremehkan hubungan kami saat ini, tapi itulah kenyataannya. Saya dan Alex masih terikat, walau kami bukan pasangan suami istri lagi."
"Kamu berkata seperti itu hanya untuk terlihat kuat bukan? Kamu takut kalau kenyataanya hanya kamu yang mencintai putra Saya." Marissa terkesan meremehkan.
"Saya hanya ingin Tante tahu apa yang sebenarnya Saya inginkan selama ini, Tante. Dan selama bukan Alex sendiri yang melepaskan Saya, maka Saya tidak akan pernah pergi dari sisi Alex." Ujar Surie.
Marissa memajukan tubuhnya dengan kedua siku tangannya menumpu meja. Ia tersenyum sinis.
"Kalau begitu kita lihat, sampai kapan Alex bosan bermain-main dengan barang bekas."
Surie menguatkan hatinya. Ia harus terlihat keras, agar Marissa tidak memiliki celah sedikitpun melihat kelemahannya sekarang.
Marissa berdiri. "Selamat tinggal Surie. Kita akan bertemu lagi saat Alex benar-benar tidak membutuhkanmu lagi." Sindirnya lalu pergi.
Surie menyandarkan tubuhnya. Matanya masih berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis sekarang di sini.
Sementara itu, Marissa masuk ke dalam mobil. Wajahnya terlihat geram seakan menahan amarahnya sedari tadi.
"Wanita kurang ajar!" Umpat Marissa kesal.
"Kita lihat saja, sampai kapan hubungan lemah ini akan bertahan."
*****
Fey membuka pintu apartemennya dan melihat Marissa berdiri di hadapannya.
"Tante." Fey cukup terkejut dengan kedatangan Marissa.
Marissa tersenyum. "Hai Sayang, boleh Tante masuk?" Tanyanya.
"Ah iya, silahkan Tante." Kata Fey dan Marissa pun masuk dalam.
Mereka berdua duduk santai di sofa dengan minuman dan cemilan yang Fey sajikan di atas meja.
"Tante minta maaf kalau datang begitu saja."
"It's okay Tante. Fey juga gak kemana-mana kok." Ucap Fey sambil tersenyum lembut.
Marissa senang atas sambutan dari calon menantunya. Fey adalah satu-satunya wanita yang sekarang Marissa inginkan untuk mendampingi Alex selamanya.
Marissa menggenggam tangan Fey yang membuat gadis itu menatapnya.
"Fey… Tante punya rencana. Tante yakin rencana Tante kali ini akan membuat hubungan kamu dan Alex menjadi semakin dekat. Dan tidak ada celah sedikitpun untuk Surie masuk ke dalam hubungan kalian."
Fey tersenyum tipis. "Tante Marissa sepertinya membenci Surie?"
"Tepatnya kecewa."
Alis Fey terangkat naik. "Kecewa? Apa yang buat Tante kecewa terhadap Surie. Bukannya selama dia menjadi menantu keluarga Hilman, Surie adalah menantu yang baik."
"Tante memintanya untuk bertahan dengan Alex apapun yang terjadi. Tapi Surie memilih untuk bercerai. Dan itu juga membuat noda untuk nama baik keluarga Hilman."
"Jadi… Tante Marissa membenci Surie karena telah merusak kepercayaannya?" Batin Fey.
"Fey.."
"Iya Tante."
"Tante percaya kalau kamu tidak akan pernah mengecewakan Tante dan juga Alex. Maka dari itu kamu bersedia kan mengikuti rencana Tante." Pinta Marissa.
"Kalau Tante ingin Fey segera menikah dengan Alex, maaf Tante Fey gak bisa. Fey belum siap untuk terikat dalam pernikahan."
"Tante mengerti bagaimana hubungan kalian yang sebenarnya."
Deg!! Fey terdiam.
"Hanya putraku yang mencintai dirimu." Batin Marissa.
"Jadi.. rencana yang Tante maksud?" Tanya Fey.
Marissa tersenyum lebar. "Tinggalah di rumah Tante. Dengan begitu jarak di antara kalian akan semakin sempit."
Kedua mata Fey melebar. Ia tak pernah menyangka kalau Marissa memiliki rencana seperti ini. Sepertinya Ibu dari tunangannya benar-benar ingin membuatnya hidup selamanya bersama dengan Alex.
*****
Setelah pulang kerja Alex langsung datang ke Apartemen Fey. Namun mereka hanya bertemu di parkiran. Alex memberikan take away makanan yang Fey inginkan.
Fey mengambil take away makanan miliknya. "Kamu gak mau masuk?"
Alex menggeleng. "Lain kali aja. Aku capek."
"Oh ya sebelum aku lupa. Tadi siang Tante Marissa ke apart aku."
Deg!!
"Ngapain?" Tanya Alex kaget.
"You don't have to worry about me. Gimana pun juga aku adalah tunangan kamu sekaligus calon menantu keluarga Hilman."
Alex menghela nafas dan mengalihkan pandanganya.
Fey menyentuh pipi Alex. "Satu-satunya orang yang harus kamu khawatirkan adalah mantan istri kamu. Aku yakin mereka pasti sudah bertemu secara pribadi."
Kedua mata Alex melebar.
"Shit!" Alex mengumpat dalam hati.
"Aku balik sekarang."
Alex kemudian bergegas masuk ke mobil dan meninggalkan parkiran. Dan Fey hanya menyeringai.
*****
Alex bergegas keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam apartemen tempat Surie tinggal.
Ia menekan bel pintu berkali-kali karena Surie telah mengganti passcodenya. Dan Alex tidak ingin buang-buat waktu untuk mencoba-coba menemukan passcode baru apartemen Surie.
Setelah beberapa kali menekan bel, akhirnya pintu pun terbuka. Alex langsung masuk ke dalam.
"Surie." Ucap Alex dengan kecemasan di dalamnya. Ia juga langsung memeluk tubuh Surie begitu aja.
Surie mengeratkan pelukan Alex. Ia menghela nafas. Surie benar-benar membutuhkan Alex saat ini.
Bersambung…