Chereads / VIRA MORENO / Chapter 36 - 36-

Chapter 36 - 36-

HENING melanda, Rish setia memandang lekat anak perempuannya dengan pandangan nanar. Tria benar, ia salah. Betapa sakit hatinya kala putrinya memanggil saudaranya dengan sebutan 'Adik'.

Tria roboh, badannya bergetar. Kakinya tak sanggup menunjang tubuh dan kemudian jatuh sembari menangis sedikit kecang.

"Udah jangan dipikirin,"

"JANGAN DI PIKIRIN GIMANA !!" Rish terkesiap kala mendengar teriakan Putri nya.

"Apa Daddy !! Tau ga kita ngebuat dia kayak bukan keluarga... hiks, KAPAN !! kapan kita ajak dia pergi bareng berempat? kapan? ga pernah kan !!! hiks hiks.. Bahkan, aku gatau kalo dia suka nangis karena iri liat orang lain.. salah kita Daddy, salah kita," Tria membentak dengan nyaring dan pandangan nyalang.

Bukk Bukk Bukk

Suara itu terdengar, berasal dari Tria yang memukul dada nya dengan keras, "Sakit hiks sakit.." Rish segera bergegas berlari dan mendekat.

"Tria !!" Menggoncang kedua bahu gadis itu yang masih menggumam dengan abstrak, ia segera memeluk buah hatinya dengan perlahan.

"Daddy hiks.. salah kita Daddy," Gumaman itu kembali terdengar kala Tria tak sanggup lagi membendung tangis nya dan menumpahkan isi hatinya. Tria benar ini semua salahnya.

_________

"Duh panas," Lavi sedikit mengipas lehernya dengan tangan.

Irene yang melihat itu hanya diam dengan otak berputar, "Panas? tapi ini AC nya dah di hidupin loh," Ujarnya.

"Gatau panas mom," adu Lavi

Irene menggerutu kala melihat handphone pintarnya yang masih belum menunjukkan tanda-tanda bahwa Tria membalas pesan singkatnya. mengerutkan kening dan mulai Mengetik pesan singkat pada suaminya.

Daddy :

Kami udah di jalan

Tria mana? ada yang mau mommy omongin

Menggenggam ponsel nya dengan erat dan mengalihkan pandangan sembari menunggu dengan sabar.

Tringg

Irene dengan cepat membuka ponselnya, terlihat Rish yang membalas pesan singkatnya;

Daddy :

Iya aku tau tentang kue itu

ajak ke McD aja

ada hambatan dikit, nanti ku hubungin

Irene yang mengerti hanya mengirim stiker 'Ok' dan menutup layar ponsel lebarnya, "Gimana kalo kita ke McD?" Tanya Irene.

Lavi yang tengah bermain game online di kursi belakang menoleh, "Ngga langsung pulang aja? ga di marahin Daddy?" tanya nya heran.

"Ngga, Kayaknya Daddy ga di rumah. laper kan? belom makan siang juga, Pak julo mau ikut juga?" Tanya Irene pada sang supir disampingnya.

"Eh? tapi nyonya--"

"Udah ga papa, sekalian ngeramein aja," Ujar Irene ramah.

Pria berusia kepala tiga tersebut hanya tersenyum teduh dan mengangguk singkat. Kemudian segera memutar arah ke tempat yang di tuju oleh tuannya.

_______

Arka dengan mobilnya telah sampai di pekarangan rumah kekasihnya, rumah besar nan mewah ini sudah menjadi makanannya sejak jaman SMA bersama Tria.

Arka memarkirkan mobilnya dan turun dengan santai, sedikit merapikan rambut dan berkaca, ia segera mengambil bungkusan cantik yang berisi beberapa batang coklat dan membawanya dengan santai.

"Eh? tuan arka," Sapa kepala pelayan rumah itu yang tengah menyiram tanaman dengan santai.

"Eh? hallo pak, Tria ada di dalem?"

"Iya ada, silahkan masuk." Ia berujar dengan senyum ramah dan sedikit membungkuk sopan dan menunjuk dengan halus.

"Iya, makasih pak"

____________

Arka masuk ke dalam hunian besar itu, terlalu besar baginya. Tetapi, rumahnya pun tak jauh beda dengan luas rumah kekasihnya ini.

"Nyari siapa ?" Tanya seorang wanita dengan paras cantik dan memakai pakaian maid.

Arka sedikit terpana pada wanita didepannya, Benar-benar natural untuk seukuran gadis dan rambut yang di Cepol membuat arka sangat tertarik dengan gadis didepannya. Ia segera menggelengkan kepala pelan.

"Tria ada?" Tanya nya dengan kaku.

"Ada, sebentar saya panggil--"

"Eh gausa ! biar aku aja yang ke sana," ujar arka dengan sedikit senyum maskulinnya.

Wanita itu sedikit terhenyak, kemudian rona pipi samar terlihat di pipinya. Arka kemudian segera berbalik dan bergegas ke atas menemui kekasihnya, berdoa saja jika ayahnya tak ada.

Maid perempuan bernama Salsa itu hanya terdiam dan mengulum senyum, kemudian menghela nafas panjang. Hanya sekilas, tapi ia sudah lama menyukai Arka yang notebate nya adalah kekasih nona mudanya.

ia tertawa ringkas dan segera berbalik pergi, siapa juga yang mau dengan Modelan pembantu seperti dirinya? mimpi apa ia jika bisa bersanding bersama dengan seorang pangeran seperti arka? itu tak akan mungkin terjadi.

'jangan mengharap apapun salsa, itu sia-sia,' Batinnya

_______

Arka sedikit bingung kala ia berjalan pelan ke arah dapur dimana beberapa pelayan memberi tahu bahwa Tria tengah berada di dapur bersama ayahnya. sedikit meneguk ludah kaku, ia segera berlari menuju dapur yang berada di depannya.

Mengetok pelan pintu didepannya, ia segera mengintip kecil disela-sela pintu.

tokk tokk tokk

"Tria.."

_______

Rish yang tengah mencari jalan untuk menenangkan putri nya, dikagetkan dengan suara nyaring dari ponsel pintarnya. disana tertera nama istrinya, ia mengirim pesan teks singkat.

Irene mencari Tria, itu isi dari pesan teks di ponsel nya. Ia segera membalas pesan singkat, tidak memungkinkan jika Tria membalas pesan tersebut.

Terdengar suara pelan dari arah pintu dapur, Rish menoleh dengan cepat. Kening nya berkerut, "Iya? siapa?" suara bass nya terdengar.

Kemudian disusul, pintu dapur yang terbuka lebar. Rish hanya merespon dengan muka datar kala melihat Arka terpampang disana, raut wajah Arka kentara terkejut kala melihat kondisi Tria yang tak baik-baik saja.

"Tria?!" Seru nya.

Arka berlari mendekat, Rish hanya menoleh tak peduli dan membiarkan arka mendekat dan memegang bahu Tria yang masih berusaha menenangkan diri.

"Ngapain kamu kesini?" suara deep dan tegas itu terdengar.

Arka segera menciut dan langsung menunduk singkat, "Maaf om, anu. Arka bawa coklat yang dipesen Tria tadi, buat nyatuin coklat yang dah retak," Ujarnya.

Tria segera menoleh dengan cepat, membuat Arka dan Rish terperanjat, "Mana?!" Sentaknya.

Matanya menatap liar, dan terpaku pada tangan arka yang membawa bincisan dengan bungkus yang cantik, mengambil paksa dengan gerakan bar-bar dan segera mendekat ke arah kue besar di atas meja tersebut.

Membuka dengan beringas bungkusan itu, dan segera menaruh beberapa coklat dengan hati-hati di atas nya. Lelehan air mata masih terlihat, bekas jejak liquid bening itupun masih terlihat jelas di pipinya.

Mengabaikan kedua pria nya, ia hanya fokus memasang beberapa coklat di tangannya. Setelah selesai, ia segera meraba ponsel pintar yang berada di sakunya.

Mengetik pesan singkat dan menelpon sang ibunda yang tengah makan siang bersama adik bungsunya.

Disana, Irene yang tengah makan siang dengan santai. dikejutkan dengan deringan ponsel di tasnya, ia segera mengangkat telepon tersebut saat melihat nomor putri nya tertera.

"bentar ya, ngangkat telpon," Lavi hanya mengangguk dan kembali memakan makanannya dengan diam.

"Kenapa?"

"Ini kuenya dah siap," ujar Tria

"Bentar lagi makan," Irene berucap sembari beranjak menjauh ke arah toilet wanita.

"Yaudah, nanti kesini aja abis makan,"

"Iya, nanti mommy kesana." Setelah menutup telpon, Irene segera bergegas pergi kembali.

"Loh?! Lavi !!'

__________

-TBC-

#alv