MANSION megah milik keluarga wintara menyapa penglihatan Rish yang tengah mengendarai mobil sport miliknya. Rintik-rintik hujan melewati cap mobil miliknya.
Warna hitam mengkilap dengan perpaduan warna putih yang mempertegas kesan seram dari mobil ini, siapa saja yang melihat dapat terpana jika masuk kedalamnya.
Rish benar-benar memodifikasi mobil nya habis-habisan yang memakan uang milyaran Dollar. Jam tangan mahalnya bertengger di atas tongkat gigi mobil, mata elangnya melirik tajam ke arah pagar mansion miliknya.
Suara rintik hujan terdengar nyaring ketika menabrak kaca mobil, mengalir jauh ke bawa dan menetes. Pagar hitam kokoh itu otomatis terbuka, Rish berbegas masuk ke dalamnya.
Suara deruman mobil memasuki kediamannya, jarak yang lumayan jauh membuat Rish harus memutar mobil untuk memarkir kendaraannya kedalam bagasi.
Rish sampai di depan bagasi yang turut terbuka secara otomatis, ia memasukkan kendaraan nya dengan perlahan, kemudian saat dirasa posisinya cukup pas. ia segera membuka pintu dan merapikan sedikit jas dan menyugar rambutnya dengan gaya maskulin.
"Turn off." Rish memberi perintah kepada kunci di tangannya. Terlihat di kunci berbentuk oval genggaman tangan Rish menampilkan grafik struktur mobil.
"Yes sir." Perintah dilaksanakan, Rish segera meninggalkan parkiran dan berbegas pergi. Dibelakang, mobil tersebut dengan otomatis berubah warna menjadi putih dan mematikan seluruh mesin dan koneksi, setelah itu men-charge baterai secara otomatis.
"Tuan, butuh sesuatu?" kepala pelayan menyambut Rish dengan sopan.
Beberapa gadis pelayan datang berhamburan dan memberi hormat kepada Rish, yang dibalas anggukan ringan dan langkah angkuh.
"Sediakan makan malam, wine, dan jangan lupa panggil Irene untuk nemenin saya. Jangan lupa jangan terlalu asin dan pedas," Titah Rish pada kepala pelayan yang segera di angguki dan dilaksanakan.
Rish segera naik ke atas, dimana ruangan khusus nya berada. Rish tak langsung menemui Irene yang berada di kamarnya, saat ingin memasuki ruangan miliknya, terlihat pintu jati berwarna putih dengan ukiran Yunani menyapa penglihatan.
'Anak-anak udah tidur belum ya?' pikirnya.
Tangan Rish mengambang, ia tak jadi masuk dan malah berbelok arah ke kanan dimana letak kamar Lavi dan Tria berada.
Rish memasuki kamar Tria lebih dahulu, ia tak membutuhkan izin ataupun semacamnya. Rish meletakkan tangannya di atas sebuah alat otomatis yang mengunci bilik kamar Putri pertamanya.
krieettt
Kamar terbuka, gaya modern remaja menyapa mata. Dibandingkan Lavi yang memiliki aroma susu dengan campuran Citrus basah, Tria lebih memiliki aroma mint serta laut dengan campuran bengkoang.
Kamar yang bernuansa abu-abu dan putih terlihat. Disana, didalam gelungan selimut Tria tertidur dengan lelap. Selimutnya sedikit tersingkap hingga sebatas perut. Rish melangkah dengan pelan dan membenarkan letak selimut putrinya.
Kemudian mengecup sayang kepala anaknya, mulai sekarang. Ia akan berusaha belajar melimpahkan kasih sayang kepada keduanya.
"Selamat tidur putri berkuda"
____________
Rish menutup pintu dengan pelan. ia melangkah dengan hati-hati, kemudian ia sampai didepan kamar anak bungsunya. Pintu putih dengan stiker hello Kitty dan stroberi membuat hatinya menghangat. Stiker itu adalah hadiah sebuah camilan yang mereka buka bersama saat Lavi kecil dulu.
Sial, kenapa ia baru sadar sekarang? kemana dia selama ini? Apakah ia sudah gagal menjadi ayah? Rish mengusap stiker yang sedikit sobek di ujungnya. Kemudian beralih ke arah gagang emas dan membuka nya dengan perlahan.
Nuansa baby pink dan peach terlihat, bau susu menguar, Rish menghisap dalam aroma di dalam kamar Putri bungsunya. Kemudian, ia mendekat dan melihat selimut yang total tersingkap kebawah. Rish benar-benar harus menahan kekehannya kali ini, ia tak menyangka bad habbit kedua putrinya sama.
ia membenarkan letak selimut milik Lavi dan mengecup kening anaknya, "eunghh.." Lavi sedikit melenguh dan merasa sedikit terganggu.
Rish yang terkejut segera beralih dengan hati-hati, "good night princess"
Ia sedikit menurunkan temperatur pendingin ruangan putrinya dan melangkah keluar. Saat ia menutup pintu, rasa lelah yang menyergap kala ia sehabis bekerja seketika hilang. Rasanya ia tak percaya, kedua anaknya benar-benar obat yang mujarab.
Biasanya ia akan sangat kelelahan sehabis pulang bekerja, dan tak menyangka bahwa hanya dengan mengecup kedua Putri nya, rasa lelah langsung hilang.
'bodoh, kenapa harus tau sekarang?'
Rish memandang kosong ke arah depan, ia sedikit mengurut pelipisnya dengan pelan. Lalu, tatapannya beralih ke arah depan dimana beberapa guci bertengger disana.
Tanpa memusingkang hal itu, ia segera belalu pergi menuju dapur dimana makan malam telah disiapkan oleh kepala pelayan untuk dirinya.
__________
Tokk tokk tokk
Irene terkesiap kala ketukan pintu menggema didalam kamarnya, "Permisi nyonya, saya diperintahkan oleh tuan untuk memberitahu nyonya untuk segera ke dapur, tuan menunggu disana," Pelayan tua itu berujar dengan hati-hati.
Irene segera sumringah kala mendengar kabar dari pelayan keluarganya itu, "Iya !! tunggu sebentar." Ia segera memakai mantel bulunya, untuk menutupi lingerie yang ia pakai.
Sedikit menyemprotkan parfume mewah di leher, kemudian menghela nafas dan tersenyum ringan, ia bergegas ke arah pintu dan membukanya dengan cepat.
Pelayan tua itu memberi hormat dengan sopan, "Ayo ke sana." Pinta nya dengan langkah mantap dan sedikit terburu.
__________
Rish telah duduk kalem di meja makan mewah milik nya, Semua hidangan makanan dari steak sampai camilan pencuci mulut telah dihidangkan. Wine yang berada ditangannya sedikit bergoyang.
Rish menatap lekat cairan merah didalam gelas dengan bentuk oval, Sedikit menggoyangkan gelas dan meminum minuman itu dengan santai. berusaha melepaskan sedikit beban di pundaknya.
Lalu, terdengar suara nyaring yang berasal dari pintu, Rish menoleh singkat dan pelan ke arah samping. Irene masuk dengan balutan mantel bulu berwarna putih, Surai hitam nya menjuntai dengan pandangan sexi dan menantang.
Lingerie putih sukses di balut dengan apik, aroma susu menguar dengan jelas, Bibir Semerah Wine miliknya mengalihkan fokus Rish, apalagi langkah Irene yang terkesan bitchies sangat mengundang gairah nya.
"Night Daddy," Bisiknya pelan saat dirinya telah sampai di samping suaminya.
"night mommy,"
"Lelah hm?" Suara dalam dan serak bajingan milik Irene mengalun merdu ditelinga pria nya.
Rish hanya mampu sedikit bergidik dan smirk nakal terlihat di sudut bibirnya, "Gimana harinya?" tanya Irene santai. Ia masih setia bertengger di bahu suaminya dan menyenderkan dagu ke sampingnya.
"Not bad," Balas Rish.
"Gimana dengan yang itu?" Tanya Irene.
"Cih bajingan, dia harus dikasih pelajaran yang bener-bener bagus," Bisik Rish geram dengan tatapan tajam ke arah gelas ditangannya.
Rish segera menoleh, menarik dagu wanitanya dan berbisik parau, "dimana dia nyentuh kamu?"
Irene mempout lucu, "Dia narik aku, buat aku jatuh, pinggang ku di cengkram, dan Lavi. Anak kita jatuh dan lutut nya lecet," Irene mengadu dengan tatapan sayu dan sarat kesakitan.
"Kamu.. ga akan diem kan?" Tanya Irene.
Rish terlihat memandang intens wanita didepannya, "menurut mu?"
Irene mendengus, sedikit menepis dagu yang digenggam lembut suaminya, dan menarik kursi disampingnya. mendudukkan, diri dan mulai menumpu dagu.
Rish menghela nafas, mengiris steak daging nya dengan lambat dan memakan dengan pelan, "Aku gamau tau ya, pokoknya dia harus habis." Desis Irene dengan tangan mengerat.
"Dia satu tingkat di atas kita," Ujar Rish.
"Trus ? kamu takut gitu?!"
"Dia bisa ngancurin kita,"
"Apa peduli ku?! oh !! jadi kamu rela istrinya dilecehin?!"
"Dia ngajuin perjodohan sama anak kita, Lavi," Rish terus melempar kalimat tanpa menjawab pertanyaan yang dilayangkan Irene.
Irene membola tak percaya, "Hah?!! gila ya !! kok bisa?!"
Rish menghela nafas panjang, "sayang, denger. Kalo kita ga terima perjodohan itu, perusahaan bakal ga bisa nutupin beberapa kerugian. Lagi pula, ke untungan besarnya selain kerja sama, saham milik Gardapati sedikit bisa jadi milik kita,"
Rish berujar dengan pandangan datar, tak memperdulikan Irene yang menatap tak percaya dengan mulut menganga, ia menutup mulut nya dan segera berdiri. Sedikit memundurkan tubuhnya dan mata nya mulai berlinang.
"Kok.. kamu tega, Kok kamu gini sih?! SEJAK KAPAN KAMU GILA HARTA !! ITU ANAK KITA RISH !!"
"Tapi itu nguntungin perusahaan, lagian uang nya untuk kalian !"
"Kamu tega ya ?! ga ada hati kamu !! relain aku di lecehin, emang dari dulu kamu itu selalu jadiin Lavi korban nya,"
"Trus gimana ?! aku harus gimana buat nutupin kerusakan itu hah?! ngejual kamu?!"
"Mulut kamu ga bisa di jaga ya !! aku ga nyangka kamu udah berubah kayak gini, kemana Rish yang dulu? kenapa kamu berubah kayak gini ?! AKU KECEWA SAMA KAMU AKU BENCI !! UDAH MULAI SEKARANG GAUSA SENTUH AKU SAMA ANAK KU LAGI !!"
"DIAM !!"
PRANGG
Pecahan kaca terdengar, Rish membanting gelas wine ditangannya, matanya menatap nyalang Irene yang setia berlinangan air mata. Kemudian, Rish menunjuk wajah istrinya dengan bringas, "Sejak kapan kamu manggil nama ku seberani itu, HAH !"
Irene tersentak, "tapi Lavi ! kenapa kamu--"
"Kalo kamu gatau urusan kantor mending DIAM !!" Rish kembali membentak dengan muka memerah.
"Hutang dimana-mana, kerugian, demo kenaikan gaji, cabang yang gagal dibentuk, pengkhianatan, clien yang pindah operasi. TAU APA KAMU HAH !! aku ga terima bantahan, Lavi harus di jodohkan." Rish menekan kata di akhir kalimat, dimana anak bungsunya akan dijodohkan.
Rish berlalu dengan nafas memburu, membuka paksa beberapa kancing bajunya, "KENAPA KAMU GINI !! RISH !! DENGERIN AKU !!" Irene berteriak histeris saat Rish berlalu pergi tanpa basa-basi.
"Hiks hiks hiks... Rish, sejak kapan kamu gini hiks.." Irene menangis dengan keras, beberapa pelayan yang melihat kejadian itu hanya mampu diam membisu.
'Gimana dengan Lavi.. kenapa harus Lavi' Batin Irene miris.
__________
"Hallo Al capra, saya terima perjodohan itu," Rish berujar santai dengan selipan rokok ditangannya.
'Pilihan yang bagus tuan Rish, anda memang pemimpin yang cerdas,' Puji Al capra diseberang.
"Terimakasih atas pujiannya. Jadi, kapan kesini?"
'Mulai Minggu depan akan kesana, Saya beserta rombongan.'
"Bagus, jangan lupa pembagian saham di awal pertunangan sebagai perjanjian"
'Jangan khawatir Rish, sudah di atur'
"Bagus, saya tutup dulu telpon nya."
'Baiklah, semoga malam mu menyenangkan'
Tuttt (sambungan terputus)
Rish menghisap nikotin ditangannya, membayangkan milyaran Dollar yang akan mengalir direkeningnya utuk membayar hutang dan cukup membangun cabang baru membuat beban di pundak nya serasa di angkat secara paksa.
'Jalan yang bagus rish.' puji nya untuk diri sendiri.
_______
-TBC-
#alv