Tria berlari dengan tergesa, menelpon sang ibunda dengan cepat dan meminta kekasihnya untuk segera menjemput dirinya.
"mom ! dimana? masih di mall kan? buat Lavi sibuk ! aku masih mau nganter kue nya--"
"Hooh iya, bentar lagi. hooh ini mau nyampe."
"Cepetan dong yang !" Tria berbisik sengit ke arah arka yang tengah mengemudikan mobilnya.
"Iya yang, astaga.. galak banget." Arka berujar sembari menancap gas
Kue yang berada dibelakang Tria terlihat menggiurkan, bau coklat merasuk Indra penciuman arka. Sepertinya, Tria benar-benar ingin membuat kejutan untuk sang adik.
Tatapan Tria yang melempar wajah ke arah kaca mobil membuat arka susah untuk menebak eskpresi Tria sekarang. Tria terlihat murung dengan pandangan kosong, setidaknya. Kejutan ini harus berhasil walau ia tak mau memberitahu jika ialah yang membeli Lavi kue coklat berukuran besar.
batinnya bercampur aduk. rasanya, ia ingin segera meminta maaf dengan tulus dan gamblang kepada Lavi. Tapi, gengsi yang besar menjadi tameng kuat untuk dirinya dah Lavi.
Tria sangat mengutuk sifatnya yang egois dan emosional, jika ia dapat mengulang waktu. Ingin sekali ia menyayangi Lavi, sebagaimana seorang kakak melindungi adiknya.
________
"Lavi ikut mommy ayok, ke mall." Irene berujar sembari memasuki kamar milik Lavi dengan santai
"hah? tumben mom? siang-siang gini?"
Irene telihat kikuk, ia segera menyembuhkan ekspresi nya dengan memalingkan wajah.
"uh? gapapa lah, sekali-kali. Lagian, Lavi gamau belanja sama mommy? kita shopping sekali-kali. Mommy juga lagi bosen, lipstick mommy lagi abis." Kilah nya berbohong
Lavi yang polos hanya mengangguk pasrah, ia yang tengah bermain game online seketika berhenti saat suara ibunya mengintrupsi dirinya, "Oh yauda. Lavi ikut mom"
"Mommy tunggu ya, 20 menit harus siap, kita langsung pergi." Irene menutup pintu dengan lembut, kemudian bergegas pergi meninggalkan ruangan bernuansa baby pink itu.
'tumben banget mommy ngajak shopping.' batin Lavi
---------
Mereka telah sampai didepan mall besar pusat kota, Lavi dengan pakaian Hoodie kebesaran dengan rok mini dan legging hitam membalut kaki jenjangnya. Sedangkan Irene memakai celana hitam dengan dress merah senada, dan jangan lupa rambut Cepol dengan Cardigan peach pelengkap nya.
Keduanya bahkan tak terlihat seperti ibu dan anak, beberapa kali saat mereka berada di stan make up dan buah-buahan. Kasir dan pegawai mall mengira bahwa Lavi adalah adik dari ibunya.
Padahal kan ia adalah anaknya. Dan beberapa kali juga Lavi cemberut karena ulah pegawai yang mengira ia dan ibunya adalah remaja SMP dan SMA yang tak diperbolehkan untuk menonton film bernuansa 18+
"untuk siapa mba? adik nya ya?" Pertanyaan wanita didepannya membuat Lavi sangat jengah.
"Bukan. dia ibu saya" terang nya dengan pandangan datar.
Irene hanya mampu terkekeh, "Eh maaf mba gatau." Ujar pegawai wanita tersebut dengan kikuk.
Lavi dan Irene segera membayar barang belanjaan dan Segera pergi ke arah stan boneka, "kenapa sih mom ! apa wajah ku setua itu? sampe di bilang adik nya mom !"
Irene terkekeh, "Justru mommy yang terlihat muda makanya dibilang sebaya sama kamu." Sombong nya
Lavi hanya merolling mata malas dan mulai mengekor ibunya yang sedang mencari beberapa Hoodie dan kaos untuk dirinya, "Lavi suka warna apa?"
"Pink atau baby pink, warna lembut aja. Kayak peach, atau bisa putih." ujar Lavi
Irene hanya mengangguk singkat, memilih beberapa jajaran baju dengan banyak merk terkenal terpampang disana.
----------
"Ayo-ayo !! cepetan ! awas jatuh itu ! mahal tau ! jangan lupa coklat nya ! tulisan nya masih rapih kan?" Ocehan Tria terdengar kala banyak pelayan yang menurunkan barang bawaannya.
terutama kue coklat berukuran besar yang sengaja ia pesan khusus untuk sang adik. membuat ia tak dapat membiarkan satu cacat pun tergores untuk kue coklat nya itu.
"Bawa yang bener ! gamau ya sampe ada yang rusak !" Tria berteriak dengan pose berkacak pinggang.
"iya non."
"Kamu kenapa? kek nya emosi bener." Arka bertanya dengan mata yang fokus ke arah ponsel di tangannya.
"Ya aku cuma mau semuanya sempurna aja."
"Lebih tepatnya mendekati sempurna."
"Ya, ya. Terserah kau aja."
--------
Irene mendapat telpon dari anak tua nya, "Mom ! buat Lavi sibuk. Ini Tria lagi ngedekor dikit kue nya."
"iya, ini lagi milih baju kok. masih lama" Irene sedikit berbisik dan menjauh dari Lavi yang tengah memilah beberapa baju dan rok.
Tanpa curiga ia mengambil tiga stel baju dan rok untuk segera dibayar, Irene datang dari arah samping. Lavi terlihat terkesiap saat melihat sang ibu yang tiba-tiba berada di samping dirinya.
"Astaga mom, nganggetin Lavi aja."
Ia berujar dengan raut terkejut, Irene hanya tertawa untuk menanggapi.
"Gimana? ini aja?" Tanya Irene.
Lavi hanya mengangguk, mereka segera pergi ke kasir dan membayar beberapa pakaian yang telah di pilih oleh Lavi sedari tadi.
Cukup lama mereka berkeliling dalam mall besar, mereka mengunjungi kosmetik, baju, peralatan masak, peralatan olahraga, peralatan elektronik dan beberapa stok kulkas seperti buah dan sayuran.
"Mom, Lavi mau nuggets." Lavi berujar setelah mereka cukup lama berkeliling karena bingung ingin membeli apa saja yang belum mereka miliki, dan juga ingin membeli beberapa camilan untuk menimbun stok bulan depan.
"Oh? yauda, ayok ke sana."
Mendorong troli belanja dengan pelan, matanya menelusuri beberapa jajanan yang berjejer di rak dengan rapi. Irene mengambil beberapa susu kotak dengan ukuran jumbo dan memasukkan camilan ringan kesukaan anak bungsu nya.
Lavi menatap lapar dengan ekspresi wajah menggemaskan, Irene hanya mampu tersenyum dan melanjutkan perjalanan.
Mereka sampai pada beberapa kulkas besar yang berisi nuggets. Irene mengambil beberapa nuggets ayam dan jamur segar yang berada disisi kulkas.
"Paprika atau jamur?"
"jamur aja mom."
Irene hanya mengangguk, mata nya menangkap siluet pemuda yang berada tak jauh dari mereka berdiri. Ia samar-samar seperti mengenali perawakan badan dari pemuda itu.
'Lah.. kayak Chino?' batin Irene.
"Kenapa mom?"
"eh? gapapa kok, Lavi pilih aja dulu mau jamur yang mana, mommy misah bentar."
"Mau kemana?"
"bentar aja sini tunggu ya?" ujar Irene
"Yauda iya." Lavi mengangguk singkat dan mulai memilih beberapa jamur dan nuggets kesukaan nya.
Irene mendekat ke arah laki-laki dengan perawakan Chino yang sangat kental, "Permisi." Irene memanggil, pemuda itu segera berbalik.
"Eh?! kamu?!" Irene segera menutup mulut dengan pandangan kaget.
"eh ? ada Tante." Pemuda itu tersenyum tipis yang membuat Irene tersenyum cerah.
"Mamah nya mana?"
"Itu." Pemuda itu menunjuk menggunakan dagu, terlihat siluet wanita yang tengah memilih beberapa sayuran segar.
"dah lama disini?"
"Baru kok, ini baru masuk."
"Ohh iya-iya. salam sama mamah nya ya."
"Iya Tante." jawab nya kalem
"Mom? ini sudah, Lavi mau milih camilan. Dia sia--"
perkataan Lavi terpotong, terlihat raut wajah nya syok dengan pandangan kaget.
'Hah?! dia !!'
________
-TBC-
#alv