Chereads / VIRA MORENO / Chapter 32 - 32-

Chapter 32 - 32-

SAAT dirasa hujan didepannya mereda, Tria segera mengambil mantel tebalnya. Memakai dengan cepat dan menghapus sedikit jejak tangisan di wajahnya. Memakai beberapa bedak untuk menutupi kantung matanya.

Tria segera bergegas menutup pintu apartemen dengan kasar, "Woi setan, gue pergi dulu, bye." Tanpa berbasa-basi, ia segera pergi tanpa memperdulikan balasan Selvi yang tengah tertidur pulas.

Tap tap tap

Langkah kakinya terlihat terburu-buru, menuruni tangga dengan mantel yang ia eratkan. Tria berjalan dengan cepat tanpa memperdulikan sekitar, ia menatap beberapa penghuni apartemen dan hanya mengangguk jika sebagian dari mereka menyapa.

Lagi-lagi ponsel nya berdering, menampakkan nama pemilik toko dimana Tria memesan kue coklat berada, "Hallo?"

"Oh. iya-iya, ini saya lagi dijalan."

"Iya-iya, tambahin aja sesuai yang sama bilang kemarin."

"hah? iya. Iya-iya, terimakasih."

"Ohh, iya makasih ya mba. Iya, silahkan." Telpon tersebut segera terputus sesaat setelah pegawai toko tersebut mengundurkan diri.

Tria dengan cepat memasukkan ponsel nya. Lagi-lagi ia geram saat sepatu hak nya sedikit berat, "malem mba." Suara lembut itu terdengar dari kamar 167, terlihat pria dengan senyuman ramah terlihat.

Perawakan pemuda itu sedikit menarik, tinggi 2 centi lebih pendek dari Tria, senyum manis dengan gaya rambut belah tengahnya, kulit putih bersih. Ahh, ia tau. Pasti pria didepannya ini memiliki keturunan Korean.

Tria menghentikan langkahnya dan menatap pemuda kecil tersebut dengan pandangan heran, "Baru ya?" Tanya nya.

Pemuda didepannya mengangguk singkat, ia terlihat menenteng satu kantung plastik yang besar, seperti nya hendak membuang sampah.

"Korean people?"

"huh? blasteran ka." ucap nya kalem

Tria hanya membuat o kecil dibibir nya, "Mau kemana ka?"

"Keluar bentar, udah ya. saya tinggal dulu." Pemuda itu segera mengangguk lucu

Tria diam-diam tersenyum gemas melihat peringai pemuda yang menggemaskan itu, Surai pendek pemuda itu berayun saat ia menganggukkan kepalanya.

"Yauda, duluan ya."

"Hu'um."

_________

Lavi menguap malas, hujan telah reda. Tetapi, langit yang mendung membuat mood ingin tidur nya naik dengan drastis, rasanya berada seharian di atas kasur cukup membuat nya merasa nyaman.

"Hoaamm, enak nya tidur kalo gini mah." Lavi berucap sembari merenggangkan otot-otot nya yang kaku.

Tempat tidur yang luas, cukup membuat ia berguling kesana-kemari dengan bebas, desahan nyaman dengan raut wajah puas membuat Lavi mendusal hangat dengan selimut menggulung.

"Woaahh, enak nya~"

"Lavi !! sini nak." Teriakan samar-samar terdengar, suara Irene memecah keheningan malam dengan kenyamanan total membelenggu dirinya.

"Iya mom !!"

tap tap tap

Kaki kecil nya beradu dengan cepat, gumaman riang terdengar merdu. Menemani langkah kecil kakinya, lompatan kecil dengan tarian lucu mengikuti tiap langkah gadis kecil itu.

"apa mom?"

"Emh, taro dulu gelas ini ke dapur." Titah Irene

Lavi menautkan kedua alisnya bingung, Tumben sekali pikirnya. Kemana semua pelayan rumah yang luas ini?

Tanpa berpikir panjang Lavi segera mengangguk dan mengangkat nampan yang berisi cangkir milik ibunya, langkah nya hati-hati menaiki anakan tangga dengan dua pandangan fokus yang terbagi.

Langkahnya hati-hati, sesaat setelah kaki kecilnya menendang kecil pintu dapur, Lavi melangkah pelan dan menaruh nampan dengan hati-hati. Kemudian, ia mengambil beberapa buah segar dan mulai membuat jus.

Jus jeruk kesukaannya pun di blender dengan rapi, sedikit menggoyangkan kepala dengan senandung kecil terdengar dari bibir mungilnya.

Setelah selesai memblender beberapa buah jeruk, Lavi segera meracik minuman kesukaannya dengan lembut serta nyanyian kecil terdengar. Saat ia berbalik arah dan hendak pergi, ekor matanya menangkap kue coklat besar yang terdapat di atas meja.

Mata bulat nya segera melotot dengan mulut sedikit menganga, "Wooaa, Kue coklat !!" ia segera berlari mendekat dan menaruh kasar gelas disamping nya.

Kue coklat dua tingkat dengan taburan coklat mahal di atasnya dan beberapa taburan emas memenuhi sebagian sisi kue. Disana tertera nama lengkap nya. Lavi benar-benar merasa bahagia, tetapi ia sedikit bingung. Siapa yang mengirim kue coklat besar ini?

"Woaahh !! untuk Lavi !! tapi.. siapa yang ngirim ?" Ia bergumam dengan telunjuk berada dibawah dagu dan alis yang bertaut.

Lavi kemudian mengitari beberapa sisi kue coklat dan mencari-cari jejak pengirim kue coklat besar ini, "Siapa ya? kenapa ga ada nama nya?"

Tak berhasil menemukan petunjuk siapa yang mengirim kue besar ini, ia hanya mengedikan bahu tak peduli. Kemudian, ia segera mengambil piring dan pisau serta garpu untuk memakan beberapa potong kue.

"emhh, enak kayak nya." Lavi berujar dengan pandangan lapar

Ia segera memotong beberapa kue dengan pandangan menyapu kue besar itu. Saat satu suapan masuk memenuhi rongga mulutnya, Lavi kembali mengernyit heran saat melihat kata tersembunyi di sisi kue bagian dalam.

'SORRY' kata maaf itu terpampang lebar.

Lavi kembali menoleh heran, segera menghapus beberapa noda di bibirnya dah mengunyah dengan cepat. Berlari keluar dengan tergesa-gesa menemui ibunya.

"Mommy !! mom !! moomm !!" Lavi berteriak saat melihat siluet Tubuh wanita yang melahirkan nya itu.

"Apasih Lavii?? kamu ngagetin mommy lohh." Irene berujar dengan pandangan heran ke arah gadis bungsu nya.

"Umh, yang ngirim kue coklat gede itu siapa mom?"

Irene sedikit terkesiap dan mengalihkan pandangan, "Ya mana mommy tau."

"hah? kok bisa sih mom? nama nya nama ku lagi, ya kali mommy gatau siapa yang masuk rumah?" tanya Lavi curiga

"Emh.. ya mana mommy tau ! Daddy kali." Ucap Irene dengan pandangan liar dan terkesan tak peduli.

Lavi terlihat sedikit kaget, Kemudian menunduk dengan mata yang terfokus dan pandangan kosong. Ia sedikit mencerna perkataan mommy nya, kemudian bergegas pergi tanpa basa-basi.

Ia segera berlari ke atas, tempat dimana lantai tiga mansion megah milik nya. Daddy nya tengah mengerjakan sesuatu di ruang pribadi nya.

Tap tap tap

"Hoshh...hoshh... gede banget sih hosh.."

Lavi terengah-engah saat ia sampai di lantai ketiga rumah nya. Sangat mengutuk kecerobohan nya yang tak memakai lift rumah, dan malah memakai tangga yang memiliki anakan yang banyak.

"hosh.. turun dua kilo kayak nya ini." Bisik nya pada diri sendiri.

Saat Lavi telah sampai dimana ruangan pribadi ayahnya berada, Lavi sedikit gugup. Karena, demi apapun ia jarang ketempat pribadi milik ayahnya. Lavi sedikit ragu saat ingin mengetok pintu jati besar dengan cat merah darah dan beberapa ukiran rumit dengan paduan hitam dan emas.

tok tok tok

Lavi sedikit meneguk ludah kaku, Sedikit lama ia menunggu kala ketukan kedua suara kunci di putar terdengar. Mata bulatnya terfokus ke atas, dimana pusat pintu tersebut berada,

Tinggi yang tak memadai membuat Lavi sedikit mendongak.

Cklek

Pintu besar itu terbuka, menampilkan sesosok pria dengan perawakan tinggi dan tegap. Memakai pakaian santai dengan pandangan elang dan tajam.

Rahang nya tegas, alis tebal, dengan pandangan mengunci. Rambut undercut dengan bumbu aura dominan dan aroma maskulin membuat siapa saja yang melihat dapat terpesona dengan ketampanan pria berkepala tiga didepannya ini.

"Kenapa? hm?" Rish bertanya dengan nada tegas, pandangan nya sedikit melembut kala melihat Lavi yang memakai piama kebesaran dikukung aura dominan miliknya.

Lavi terlihat ragu dengan kedua tangan terkepal dan berada di tengah dada, "Anu Daddy. emh.. kue coklat di dapur itu Daddy yang ngasih?"

Lavi bertanya dengan nada pelan dan terkesan seperti bisikan yang masih bisa didengar, Rish seketika terkesiap kecil. Segera mengalihkan pandangan dengan raut angkuh, "gatau, bukan Daddy."

"huh? kalo gitu siapa? emang ada yang ngasih Lavi kue ya Daddy?" Lavi bertanya dengan raut polos.

Rish serba salah, "I-iya itu Daddy. udah sana pergi tidur" Ujar Rish dengan gugup

Lavi seketika berbinar, ia segera memeluk ayahnya dengan erat, "Makasih Daddy !!" Pelukan tiba-tiba dari Lavi membuat Rish terhenyak.

Hanya karena kue. Tetapi, betapa anak bungsu nya sangat menghargai pemberian kecil seperti itu. Lumayan lama pelukan itu berlangsung. Rasanya, ia ingin segera meneteskan air mata karena pelukan hangat dari gadis yang selalu ia tak pedulikan.

Perlahan, tangan nya menggapai Surai halus milik putri bungsunya. Afeksi kecil dari ayahnya membuat Lavi semakin menjadi-jadi, ia semakin mengeratkan pelukannya dengan senyum manis mengembang.

"Makasih Daddy.."

_______

-TBC-

#alv