Chereads / VIRA MORENO / Chapter 28 - 28-

Chapter 28 - 28-

PERGI, selepas membeli beberapa perlengkapan, ibunda Rio mengajak Rio dan teman-temannya untuk makan siang di mall dan sedikit bersua foto.

Baru saja ketujuh orang itu menginjakkan kaki untuk melepas penat di siang hari, banyak beberapa mata pasang pengunjung, fokus mengunci pandangan ke arah Chino dan kawan-kawan nya.

Farras meneguk ludah dengan susah payah, benar-benar menyeramkan. Bagaimana tidak? waktu seakan berhenti dengan beberapa tangan mengambang, ada yang sedang membayar pesanan dan ada juga yang tengah makan total terhenti saat mereka masuk dengan santai.

"Ngeri no, Lo aja deh di depan." bisik farras dengan alis bertaut

Chino hanya mendengus, berjalan lebih dulu diikuti oleh Rio yang memegang lengan ibunda dan menautkan masing-masing jari mereka.

"Ayo, kita cari dulu tempat duduknya." ujar ibu Rio

Mereka masing-masing melirik beberapa meja yang kosong, sampai mereka memutuskan untuk duduk di samping sudut yang mengarah langsung ke kaca luar gedung mall.

Pemandangan di bawah dengan kaca transparan yang besar membuat farras dan Iyan berdecak kagum. Sementara Januar terlihat memucat, karena ia sangat pobia akan ketinggian.

"wah gila, keren banget." farras berujar dengan decakan kagum.

"Hooh, gimana kalo misal jatuh ke bawah ya?" tanya Iyan konyol.

"Mungkin kepala nya bakal pecah kalo kepala duluan, kalo badan.. paling tulang nya yang remuk." Farras kembali berujar dengan pandangan kebawah, diikuti oleh Iyan.

Iyan mengangguk singkat, "Kalo misal terjun langsung mungkin seru ya?" Tanya nya.

"Hooh, terbang dari sini kek nya menantang."

"Gimana dengan lompat aja? kan gedung nya 3 lantai, cukup kali ya tinggi nya?"

"3 Lantai? bener-bener fantastis, seru banget

Apalagi dengan--"

"Ahh udah-udah ! kalian berdua diem !! berisik aja dari tadi." Januar menyela dengan nada membentak, raut muka nya terlihat tak nyaman dengan bulir keringat membasahi pelipis.

"Apaan sih orang lagi ngobrol berdua, nganggu aja Lo."

"Bener tuh, nganggu aja. Sok asik Lo."

"Huuu, nganggu aja Lo nu."

"Bacot setan !" Janu melempar gulungan tisu ke arah Iyan dan farras, dibalas juluran lidah dan ledakan tawa.

Januar mendengus, sampai pada ujung mata nya menangkap siluet Lavi dan Firda yang tengah memakan beberapa rice box serta minuman dengan santai.

'Buset, ada bidadari.' Batinnya konyol

"Eh, coba liat itu. Ada si Lavi sama Firda." Januar menarik bangku farras, dengan mata yang masih terpaku pada Lavi dan Firda yang tengah tertawa dan mengobrol dengan santai.

"Buset bro, ngapain mereka disini?" Iyan bertanya dengan wajah yang semakin mendekat ke arah Janu dan farras yang melakukan hal serupa.

jarak antara meja Janu dan bangku farras sangat dekat, Iyan yang berada disebelah farras pun ikut mengintip disebalik bahu farras yang lebar, "Firda lama-lama cantik ya kalo dilihat." Ujar Iyan

"Halah, sangean aja Lo." umpat Farras dengan dihadiahi tamparan keras di area kepala Iyan.

"Sakit guguk."

"Bacot aja Lo."

______________

"Vi, gue gabut. Mall yuk?" Firda bertanya dengan mata tertutup.

Sehabis kejadian hilangnya liontin Rachel, Firda segera menjelaskan bahwa ia menemukan liontin kecil itu di dalam baju sweater wol milik Rachel sendiri.

--------

(Flashback)

Berada di dalam mesin cuci dengan posisi tali liontin yang hampir lepas, Firda segera memperbaiki tali kalung yang hampir putus. Beruntung tali itu terbuat dari tali wol tua yang sebenarnya tidak terlalu langka mencarinya.

Firda segera pergi, menelpon tangan kanan ayah nya untuk segera memandunya menemui paman kenalan ayahnya untuk membantunya dalam memperbaiki liontin batu biru milik Rachel.

Firda mendengar secara seksama, dan mengamati dalam diam. Ia menangkap penjelasan pamannya bahwa batu yang terdapat di dalam liontin itu cukup mahal harganya.

Firda beberapa kali mengangguk singkat tanda mengerti. Kemudian, setelah selesai memperbaiki liontin itu, Firda bergegas pergi menuju mansion milik Lavi.

Keadaan rumah benar-benar kosong. Rachel, putri dan Lavi melakukan pencarian besar di titik luar rumah. Firda menguap malas dan berjalan gontai ke arah kamar dengan pandangan sayu, niat hati ingin memberikan hadiah untuk sahabatnya, ia malah tertidur dengan posisi liontin masih berada digenggaman tangannya.

Tanpa ia ketahui, teman-temannya heboh karena menemukan liontin milik Rachel yang berada di genggaman Firda yang tengah terlelap. Awalnya, segala spekulasi negatif memenuhi relung pikiran Rachel. Tidak mungkin kan, seorang keturunan kaya seperti Firda ingin mencuri? apalagi ini milik temannya sendiri?

Rachel dengan bermuka masam mendengar tutur kata dan penjelasan Firda setelah ia terjaga dari tidurnya. Rachel menghembuskan nafas lega dan sedikit terkejut. Tak menyangka bahwa sahabatnya akan berlaku demikian untuk dirinya, Rachel mengutuk fikiran negatif yang memenuhi isi kepalanya hingga ia rasa ingin meledak detik itu juga.

"Gua ga nyangka Da, maaf sebelumnya. Gua mikir yang nggak-nggak."

"No problem, Lo berhak gitu karena ambigu liat gue megang liontin Lo tanpa kasih tau dulu ke Lo. Maaf ya." Rachel segera merangkul Firda yang dibalas hal serupa.

Dan akhir itu ditutup dengan beberapa hal seru dan haru menjadi satu.

(Flashback end)

---------

Firda dan Lavi segera menuju ke arah mall yang menjadi sasaran utama mereka hari ini. Apalagi melihat beberapa diskon makanan dan minuman membuat Firda dan Lavi tergiur.

Lebih tepatnya Lavi, hingga mereka sampai dimana banyak sekali penunjung dengan beberapa style yang menurut Firda cukup aneh. Jikalau ada putri disini. Mungkin, ia tak henti-hentinya membicarakan pengunjung mall dengan beberapa balutan pakaian yang menurut Firda tak sinkron seperti ini.

Beberapa ada yang memakai jaket dengan bawahan rok yang tak selaras dengan baju di atasnya. Ataupun warna hijab dan varian bentuk yang menurut nya kurang tepat. Tetapi, yang namanya Firda. Ia tak akan perduli akan sekitar, dan hanya sekedar mengamati kemudian melirik dan pergi.

"Lumayan rame Vi."

Mereka sampai ke arah tempat yang di tuju, "Yaudah. Cari meja gih, biar gue yang pesan makanan." Lavi berujar dan disetujui oleh Firda.

Awalnya, Firda ingin memilih bangku ujung dimana spot yang pas untuk memandang kota dari kaca transparan. Tetapi, hatinya lebih memilih bangku yang tak jauh dari antrian dimana Lavi berada.

Ia mendesah ringan, sedikit memijat pundak yang pegal dan mulai membuka ponsel pintarnya. Ada beberapa pemuda yang terang-terangan menaruh minat kepadanya, yang tak dibalas apapun oleh Firda. Bahkan untuk sekedar menjawab lontaran candaan pun ia tak mau.

"Hai neng, anak mana?" Firda segera menutup ponselnya dengan kasar, Ia menoleh ke beberapa lelaki yang berada di depan mejanya. Untuk ketiga kalinya ia disapa oleh pemuda yang berbeda, dan ia jengah.

"Mau apa?" Tanya Firda tanpa basa basi.

"Eh? santai dong cantik. Abang mau kenalan aja kok."

"Iya, seenggak nya username Instagram kek."

"Atau WhatsApp juga bisa !!." Ketiganya spontan bereaksi.

"Boleh, asal kalian jalan ke pintu itu. Nanti saya kasih nomor telepon saya." Firda menujuk pintu keluar menggunakan dagu.

Ketiga pemuda itu menangkap maksud dari Firda, kemudian dibalas candaan dan kekehan kaku. Beberapa menit diisi dengan sarkasme Firda dan kekalahan telak dari pemuda didepannya sampai mereka memutuskan untuk pergi.

Lavi datang di saat yang tak tepat, "Da, udah dipesan ya ! tunggu beberapa menit." Ketiga pemuda yang hendak pergi tadi segera mengurungkan niat.

"Eh! hallo cantik." Firda merolling mata malas saat melihat ekspresi bingung dari Lavi, "Pergi ga Lo? atau gue ancurin biji Lo sekarang?" Ancam nya.

"Woo, santai. ini mau pergi kok, haha."

Mereka berlalu yang dibalas dengusan malas dari Firda, "huh? mereka siapa?" Tanya Lavi sembari matanya mengekori ketiga pemuda tadi.

"Cuma orang asing." Jelasnya singkat, yang dibalas anggukan dengan bibirnya yang membentuk o kecil.

"Eh? itu udah Dateng!" Lavi bergegas duduk dengan senyum yang mengembang kala makanan yang mereka pesan telah sampai.

"Woaa !! ayam !!"

_______

-TBC-

#alv