Chereads / VIRA MORENO / Chapter 26 - 26-

Chapter 26 - 26-

PANIK, satu-satunya yang menjadi gambaran dimana Lavi yang sedang memblender beberapa buah-buahan di kejutkan dengan suara ribut dari Rachel yang tengah berlari kesana-kemari.

"Dimana !!" Rachel sedikit membentak dan berteriak, tangannya tak henti-hentinya membuka satu persatu laci yang ada di ruang Televisi dan beralih ke arah dapur.

"Hah?! apa emang?!" Lavi seketika ikut dilanda panik dan mulai beranjak mendekat ke arah Rachel yang tengah mengobrak Abrik lemari dengan kasar.

"Liontin !! liontin ku Vi ! kemana ya, tadi kan abis dari kamar, sebelumnya dari ruang Televisi, trus dapur, abis itu tempat gym. Trus Sadar ilang pas di kamar !" Rachel menjelaskan dengan bahas tubuh yang panik.

"hah?! liontin warna biru sapire?" Tanya Lavi dengan desakan.

Rachel hanya mengangguk cepat dan mulai mencari dibeberapa tempat yang ia rasa dilalui. Bukan apa-apa, Tetapi liontin itu adalah pemberian dari mendiang neneknya. Nenek nya adalah satu-satunya orang yang Rachel sayangi melebihi dirinya sendiri.

Jadi wajar jika ia panik saat mengetahui liontin biru itu hilang, "udah minta putri sama Firda nyari?"

"Udah, mereka lagi di kamar sama ruang gym."

"Lah, kok bisa ilang sih."

Rachel mengurut pelipis yang berdenyut, rasanya kepala nya bisa pecah sekarang juga. "Nanti minta hubungi bantuan dari rumah aja, bodyguard ayah kek nya bisa bantu." Ujar Rachel

Lavi mengangguk dan segera bergegas mengikuti Rachel, dan mereka perlahan menghilang dibalik tangga yang besar.

___________

Chino turun dengan rambut kusut dan wajah bantal, menuruni tangga dengan malas-malasan dan perlahan mendekat ke arah meja makan.

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan, roti lapis dan beberapa gelas susu telah tersedia diatas meja makan diruang tamu kediaman Januar.

Chino, Januar, farras, Iyan dan Irfan terlihat memenuhi meja. Sebagian masih bermuka bantal, dan sisanya telah segar dan wangi.

Januar, farras dan Iyan telah bersiap sedari subuh, mereka bahkan menyempatkan untuk bermain game sejenak dan mengobrol ringan di taman depan kediaman Januar.

sementara Chino dan Irfan masih terlelap tidur dan tak berniat bangun lebih awal. Sekarang mereka tengah berkumpul dan hendak sarapan pagi.

"Buset, liat muka Irfan sama Chino. kayak ga niat hidup." ejek farras yang dibalas tawa oleh Januar dan Iyan

"Ahhs, banyak bacot ras." ujar Chino dengan mata tertutup

Wanita tua salah seorang pembantu di rumah Januar menuangkan teh hangat ke gelas Januar dan Iyan. Mereka berdua memang sangat suka teh hangat di pagi hari.

"Abis ini langsung cuci muka no, kita mau ke tempatnya si Rio. dia punya PS5 baru" Potong Januar.

"hm? udah ada aja tu makhluk diem-diem." Dengus Iyan

"Ya iyalah, ga kayak Lo yang katanya kaya tapi ga mampu beli PS5" ujar Januar terang-terangan.

"Oh? itu sih.. ayah gue yang ga ngebolehin." Iyan seketika murung, dihadiahi gelakan tawa dan nyaring oleh Januar dan farras.

"Jam berapa?" tanya Chino.

"Setengah 9" Sahut Farras.

"Bukan bego, mau ke rumah si Rio."

"Ga bilang si guguk, jam berapa nu?" Farras melirik tajam dengan alis bertaut dan beralih ke arah Januar yang tengah meminum teh hangat nya.

"Jam 12 Gas."

"GAS !!"

________

Beberapa alat pendeteksi benda terlihat mengitari rumah Lavi yang besar. Beberapa pesuruh ayah Rachel telah datang dan mulai memulai pencarian mereka.

"Duh gimana ini, belum ketemu sampe sekarang." keluh Rachel

"Hah? apanya yang hilang?" Tanya Firda dengan bodohnya.

"ish !! kan liontin gue ilang ! bodoh !"

"Hah? oh? oh iya. lupa." Firda menjawab dengan mata sedikit tertutup, terlihat anak itu linglung karena dilanda kantuk dan ia mengundurkan diri.

"Udah ya, mau ke atas. Ngantuk gue"

"Yauda gih sana."

Cukup lama pencarian dikerahkan, Rachel tak henti-hentinya mengumpat kala beberapa persuruh ayah nya tak berhasil menemukan liontin milik neneknya.

"Ah !! gimana sih ! masa ga ketemu!"

"Maaf nona muda, kami udah mencari sampai ke sudut rumah ini. Tapi nihil, tetap tak ditemukan" Ujar seorang pria dengan stelan jas dengan wajah tertunduk.

Rachel menggeram marah, ia segera berlalu menuju kamar Lavi dan berniat mengajak temannya untuk melakukan pencarian ke luar rumah.

______

Lavi terlihat memakai jaket nya dengan santai, semua alat make up didepannya sudah terpakai. Polesan tipis diwajahnya membuat daya tarik nya semakin menjadi-jadi.

Suara gumaman abstrak terdengar, berasal dari Firda yang tengah tertidur pulas tanpa memperdulikan sekitar. Putri yang tengah berbaring sembari fokus ke arah ponsel nya pun tak luput dari pandangan Lavi.

Ia memakai jaket rumahan nya dan mulai mendekat ke arah putri yang berbaring dan menyenderkan kepalanya ke kepala ranjang.

"Gimana dengan kalung nya Rachel?" tanya Lavi.

"kayak nya ga ketemu deh." Balas putri tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel pintarnya.

"Duh, gimana ya? apa perlu nyari di luar?" Tanya Lavi.

"Ntah, mungkin iya."

Brakk

Pintu terbuka kasar yang menampakkan Rachel dengan nafas naik turun, ia segera menoleh ke arah Lavi dan putri yang memfokuskan pandangan ke arahnya.

Sementara Firda tengah tertidur pulas tanpa peduli sekitar, kemudian mata Rachel mulai berkaca-kaca, bahu nya merosot dan tubuh nya terjatuh.

Ia menangis dengan keras, benar-benar merasa kehilangan hanya untuk sebuah liontin tua berwarna biru. Ia benar-benar menghargai peninggalan orang tersayang nya yang pergi 10 tahun yang lalu.

"hiks hiks.. Kalung ku.. hiks.. nenek hiks, Huwaaa" Rachel mendongak dan menangis.

Putri dan Rachel segera turun dan berlari mendekat, "eh chel gausa nangis, pasti ketemu kok"

"Iya nanti ketemu, percaya sama gue, pasti ketemu kok." Putri dan Lavi berujar menenangkan.

"Ngga hiks, ngga ada tadi hiks.. harus gimana put !! gua harus gimana hiks.. arghh" Rachel menjambak rambut indah nya. Berusaha melampiaskan kekesalan akan dirinya yang lalai menjaga perhiasan hati miliki nya.

"RACHEL ! sadar hey !, Rachel? chel !! sadar. Liat sini chel !" Lavi menangkup paksa wajah sahabat nya dan mengguncang wajah Rachel yang kacau beberapa kali, berusaha menyadarkan temannya dan menguatkan hati nya.

Putri pun hanya mampu mengusap lembut punggung belakang Rachel dan menggumam kan kata-kata penenang.

"Eung.."

Lenguhan pelan terdengar, Firda berbalik badan dan mulai membuka mata.

"FIRDA !"

_______

-TBC-

#alv