Chereads / VIRA MORENO / Chapter 25 - 25-

Chapter 25 - 25-

MAKAN, siang hari ini cukup seru. walaupun beberapa diantaranya di isi oleh keheningan, tetapi cukup membuat Lavi meluangkan waktu akan rindu kepada kedua orang tuanya.

Putri lah yang hampir mendominasi suasana, Ia tak berhenti mengoceh dan bercerita tentang pengalaman mereka selama disekolah, di rumah, dan beberapa hal seru lainnya. Kecuali kejadian kamar Lavi yang terkunci.

Sekarang, Lavi tengah berada di taman belakang bersama ketiga temannya, kecuali Firda yang masih terlelap di dalam kamar Lavi. Kebiasaan gadis itu jika sudah merasa kenyang akan segera tidur dan lupa akan dunia.

"bosen ga?" tanya putri.

"Iya." sahut Rachel pendek

"Gimana dengan sedikit jalan-jalan?"

"Beli mie ayam di perempatan?"

"GAS !"

_______

Mereka sepakat untuk membeli mie ayam yang berada jauh dari komplek perumahan mereka. Dengan dibekali sepeda, putri tak henti-hentinya membuat instastory untuk beberapa sosmed nya.

Siapa yang tak kenal putri? postingan dibanjiri banyak sekali komentar, hingga ia terpaksa mematikan notifikasi pada ponselnya.

Beberapa obrolan ringan menemani mereka hingga mereka sampai di ujung kompleks tempat kedai mie ayam itu berjualan.

"Gila, baunya sampe sini." Ujar Rachel

"Aduh ngiler, cepet yok." ajak Lavi

Mereka segara bergegas pergi menuju kedai yang tak jauh beberapa meter dari mereka. Sesaat setelah mereka sampai dan memarkirkan sepeda dengan rapi, Lavi lah orang pertama yang bersemangat memasuki kedai dengan senyuman manis.

"Pak !! dua ya !"

"eh? kan kita bertiga?" Tanya putri

"Dua buat gue, sisanya kalian pesen sendiri." sinis Lavi dengan menaikkan dagu sombong, dan tanpa memperdulikan temannya, ia segera mengambil tempat duduk, dan duduk dengan anggun.

Rachel dan putri yang melihat hanya bergidik ngeri, Lavi seketika berubah menjadi menyeramkan ketika lapar, apalagi jika makanan nya adalah makanan favoritnya. Bisa-bisa putri dan Rachel tak selera makan.

Pak penjualan mie ayam hanya mengangguk dengan tawa ringan, tangan dengan cekatan membuat mie ayam, kepulan asap dari rebusan bakso yang mengambang menambah nikmat bau sedap yang tercium.

Lavi menunggu dengan tenang, Rachel melirik ngeri ke arah gadis itu yang tengah menumpu dagu dengan kaki yang bergoyang riang.

Putri membuka ponselnya dengan pandangan kosong, tanpa disadari Rachel dan Lavi. Ia tengah menahan mati-matian air mata yang akan keluar dengan di tamengi ponsel kesayangan nya.

"ini mba, pesanannya." Mie ayam yang di pesan oleh ketiga manusia itu telah sampai

Lavi menatap lapar dua mangkuk mie ayam di depannya, Rachel dan putri mengambil sumpit dengan pandangan ngeri saat melihat Lavi yang seperti akan melahap dua mangkuk mie ayam tersebut dengan rakus.

"Yeiy !! mie ayam !!" Teriak nya.

Kemudian ia mengambil garpu dan mengaduk mie ayam tersebut dengan beringas dan sadis, "eumm yummy~" gumam nya.

Rachel dan putri hanya mampu saling melirik satu sama lain dan menatap makanan mereka dengan pandangan kaku.

'sial, ngeri banget' batin mereka kompak.

_________

Di rumah Januar, terlihat Chino dan farras tengah bermain kartu. Iyan dan Irfan terlihat terlelap dengan air liur menetes di kamar Januar.

Januar pun hanya terlihat sedang memakan makanannya dengan santai sembari berbalas pesan, sedangkan Chino dan farras bermain kartu di ruang depan.

Jam menunjukkan pukul sepuluh, dan tak ada tanda-tanda Chino dan farras akan menyelesaikan permainan mereka.

"Woi, mau tidur ga? gue mau ke atas ini." Ujar Januar

"Duluan aja, ini ronde terakhir." Sela farras

"Oh ya udah."

Januar berlalu, ia membawa bantal dengan muka kusut. Menaiki tangga dan menghilang dibalik gulita. Chino memainkan kartu akhir, Farras kalah dengan teriakan dan desahan kecewa.

"Ahh asu, kalah lagi." Keluh farras

"hehe, Lo kan noob ras, jadi ya.. terima aja ya." ejek Chino

Farras hanya berdecih singkat dan memalingkan muka, ia mengambil kartu-kartu yang teracak dan mulai merapikannya.

Chino terlihat membakar ujung rokok, dan mulai menghisap dalam rokok di tangannya. Cukup karena kejadian pintu kamar Lavi, ia tak berani melangkahkan kaki di rumah keluarga Wintara, ia merasa sangat bersalah akan hal itu.

Farras melirik dengan ujung mata, terlihat Chino yang menerawang jauh ke atas dengan pandangan kosong dan mulut setia menghisap nikotin ditangannya.

"Lo kenapa? tumben kayak gini." Tanya farras.

Ia masih sibuk merapikan Kartu yang tercecer, sangat susah mengumpulkan kartu dengan tangan dan jari gempalnya. Beberapa kartu menempel, Farras beberapa kali mengumpat karena susahnya mengambil benda pipih ini.

"Gapapa kok, tumben nanya? gue ga Gay ya ras." Sengit Chino

Farras segera menoleh dengan cepat, "Paan sih guguk. Orang cuma nanya, lagian pandangan Lo kek orang abis ngobat gitu. kenapa ?"

Chino menaruh abu rokok yang terbakar, sedikit mengepulkan asap rokok dan mulai berbicara.

"Gue gatau kalo ucapan gue bakal berimbas kayak gini ras."

Chino tengah menerawang ke atas dengan pandangan dingin, Mata coklat nya berputar dan berpusat ke arah bola lampu berwarna putih yang berpijar terang.

"Hah? maksud nya?"

"Cuma ga bisa jaga mulut ras." Chino berujar sembari membuang abu rokok.

"Oh.. yauda lain kali dijaga." Sahut farras ringan

Chino hanya mendengus dan menyenggol bahu farras dengan menggunakan ujung kaki, "pengertian banget ya Lo." Sindir Chino

"Yea, sama-sama."

Chino mendengus dan perlahan beranjak dari tempat dan meninggalkan farras. Ia melirik dengan ujung mata, saat di ambang pintu Chino berujar skeptis, "Gue tau Lo ngerti ras."

Dan di sambut ledakan tawa oleh farras.

_______

-TBC-

#alv