DIBAWAH atap sekolah yang gelap. arsyi menangis dalam hati, hampir mengutuk dirinya yang tak memiliki daya dalam melawan seluruh Bullyan yang terjurus pada dirinya.
Di otak nya hanya ada satu; ia salah. Ia salah dan ia pantas dibully. Semua yang ia rasakan dalam 10 tahun adalah rasa takut akan pertemanan. Lingkungan keras juga membuatnya tak mampu hanya sekedar melawan.
Lain halnya dengan Firda, dia telah berubah total saat semua yang ia terima sedari ia menginjak ranah sekolah menengah pertama. Cukup menjadi pembelajaran sendiri bagi dirinya.
Tak semua orang benar-benar ingin berteman, tetapi tak semua orang adalah palsu. Ia bersyukur bertemu dengan ketiga temannya. Walaupun diantaranya tak berjalan mulus, tetapi yang ia miliki sekarang berada di atas rasa cukup dirinya.
Siswi itu terduduk dengan pandangan kosong, kedua temannya yang lain segera bergegas pergi sesaat setelah pandangan syok yang mengarah pada Firda.
Desisan mengancam dan tatapan sarat makna yang dalam. Jika ia sangat terganggu akan atensi dari siswi didepannya.
"PERGI !!" Bentak Firda dengan pandangan menusuk.
siswi tersebut segera mundur dan bergegas pergi, pandangan Firda menyapu pada arsyi yang tengah berusaha menahan perih karena luka sobek yang dialaminya.
"sini, biar gue bantu ke UKS." Firda mengulurkan tangannya pada arsyi.
Arsyi mendongak, pandangannya hanya terfokus pada uluran tangan Firda. Tatapan datar dari gadis itu seperti tak ikhlas dan ogah-ogahan, tetapi niat tulus yang menguar membuat arsyi terpana detik itu juga.
Rasanya ia ingin menangis sekarang juga. Semoga, Firda benar-benar awal baru dari akhir kehidupan lingkup Pertemanan yang menyakitkan.
Ia membalas uluran tangan Firda, tangannya menggapai lengan Firda yang terulur. Babak baru dari semua penderitaan yang ia alami, berdoa dalam hati jikalau ini bukan mimpi semata. Tetapi ia benar-benar menggapai uluran tangan Firda.
Ya, tangan Firda. Yaitu tangan temannya.
__________
"Beh, Cepet banget Hyung." Sindir putri
"Lama bener Da?, dari mana aja?" Tanya Lavi.
Terlihat Lavi yang tengah mengunyah pelan sandwich ditangannya, dan Rachel yang tengah tidur beralaskan paha Lavi sembari membaca novel favoritnya.
Putri sedari tadi hanya terlihat mengubah pose sembari mengambil foto, membuat Firda jengah.
Firda menatap Rachel dengan sengit, dengan gerakan cepat ia menarik lengan temannya dengan gerakan kasar, tanpa memperdulikan Rachel yang tengah bermalas-malasan di atas paha Lavi, Firda dengan teganya menggulingkan badan nya hingga terjatuh tak elit nya.
"Awhh sakithh." Ringis Rachel
"Woi !! monyet Lo !" teriak Rachel.
Firda tak memperdulikan ocehan Rachel dan malah dengan santai merebahkan kepalanya disisi paha empuk Lavi.
"ahhh.. baru enak." Desah nya
"Usap dong Lav." Titah nya
Lavi yang tengah memakan sandwich segera mengusap lembut pucuk kepala Firda, yang membuat Firda semakin menggelung nyaman dan menggeram seperti kucing.
"Ewh, ga ada malu." sengit Rachel
Sampai pada ujung matanya menangkap siluet gadis yang tengah berdiri kaku tak jauh dari mereka. Itu arsyi, Rachel hanya mendengus dan menyenggol kaki Firda.
"Woi, temen baru Lo tuh, urusin." Sindir Rachel
"Sini arsyi." Itu bahkan bukan seperti ajakan, tetapi sebuah perintah mutlak.
"Ahaha, sini arsyi. duduk sama kita" Lavi tertawa kaku, dan dengan ramah melambaikan tangan tanda mengajak untuk bergabung ke arah arsyi.
"umh.. iya." Arsyi perlahan mendekat dengan tangan mengepal di dada.
Jantung nya bergemuruh ribut, otak nya mengatur semua kata-kata yang akan ia lontarkan nanti, tubuh nya serasa kaku. Semua tangan dan kaki nya dingin, keringat mulai memenuhi dahi nya.
Ntah kenapa rasanya sangat gugup jika berada di antara mereka, Pandangannya hanya terpaku pada senyuman Lavi yang hangat.
Arsyi hanya berani duduk beberapa meter dari mereka, Lavi menghela nafas. Sedikit menggoncangkan bahu Firda agar anak itu segera bangun, tapi nihil.
Firda telah tertidur pulas, tak ada yang bisa membangunkan nya, walaupun terjadi perang dunia sekalipun. Lavi segera memindahkan kepala sahabatnya dengan hati-hati.
Putri sedari tadi hanya fokus pada ponsel ditangannya, ntah apa yang di buka oleh gadis itu. Dan Rachel? apa yang mau diharapkan dari manusia yang punya sifat sebelas duabelas dengan Firda?
Lavi mendekat ke arah arsyi yang tampak linglung dan sedikit melamun, sampai pada ia terperanjat karena tepukan lembut yang berasal dari Lavi.
Aroma susu yang menguar dari tubuhnya membuat arsyi nyaman, Lavi lagi-lagi tersenyum manis.
"Ayo sini, jangan duduk disini. kotor loh? disana aja, kalo mau makan juga enak nya disana. ayo" Ajak Lavi dengan tangan terulur.
Mata arsyi berkaca-kaca, tak menyangka rasanya dapat berteman dengan 4 orang itu. Arsyi mengangguk, bersedia mengekor dibelakang dan duduk dengan posisi kaku disebelah Firda yang tengah tertidur.
"nih." Lavi menyodorkan roti isi kepada arsyi.
Arsyi menolak secara halus, sampai pada; "Ayo terima, anggap aja sebagai pembuka pertemanan sama aku" Ucap nya ramah.
Dan hari itu diisi dengan beberapa hal canggung dan obrolan ringan mengambang menutup hari.
___________
-TBC-
#Nm