Firda menodong Pistol, mengarah jauh ke arah arsyi yang tengah mematung sembari membiarkan tangan nya mengambang ke arah knop pintu.
Badan nya total membeku, pupil mata nya mengecil, tubuh kecil nya bergetar dan ia merasa kaki nya seperti jelly. Ia merasa ingin roboh saat ini juga.
Seumur hidupnya, ia tak pernah di todong seluruh macam benda tajam ataupun pistol yang terpampang jelas seperti dibalik punggung arsyi.
pupil nya bergerak lambat ke arah pintu mengkilap yang memantulkan bayang-bayang pedang tajam yang tengah di todongkan oleh sang empu dengan santai.
"Hm? mau kemana?, seberapa besar nyali Lo sampe mau ninggalin gue sembarangan? nantang gue Lo?" Firda menggretak dengan raut wajah kosong dan datar.
Gigi nya berderit, rahang nya mengeras dan pegangan di ujung pistol mengerat tajam. Total marah kepada atensi didepannya yang seolah meremehkan dirinya.
Jangan tanyakan dimana ia mendapat Senjata tajam itu. Firda memang banyak menyembuhkan senjata tajam dibalik pakaiannya, apalagi pistol yang memiliki panjang setengah paha jenjang manusia dewasa, sangat cukup untuk disembunyikan dibalik Stocking sekolah.
"a-aku...aku.." Nafas arsyi tersendat, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan, ia hampir tak mampu.
Ujung mata pistol itu mengarah lambat, memberi arahan tersirat dan artian dalam bahwa arsyi harus segera berbalik dan mendekat.
Keringat dipelipis membanjiri seragam sekolahnya, rambut yang ia kepang dua melambai-lambai diterpa angin ribut.
Dengan tangan mengepal di tengah dada, arsyi berbalik dengan gerakan lambat, meneguk ludah dengan susah payah, dan berbalik dengan wajah pucat.
"m-maaf ak-aku aku--"
"SHUT UP !!"
Bentakan keras terdengar, tubuh arsyi total menggigil hebat di tempat. Pelupuk mata nya berair, paha nya bergetar dengan kedua tangan mengepal didepan dada.
Arsyi seakan siap menangis sekarang juga. Menangisi seluruh nasibnya yang malang.
"H-hiks, kenapa? Kamu mau nembak kepala ku? h-hiks hah?!, hiks.. Kenapa aku begini da? salah aku lahir di dunia?! kamu ga akan tahu sakit nya aku berjuang sendiri !, lahir dari keluarga kurang mampu, rela belajar mati-matian pagi, siang, malam, cuma buat Drajat orang tua ku naik di masa depan !! ----" tubuh nya luruh, runtuh sudah seluruh beban yang ia tanggung didepan Firda, dengan tangis tersendat, ia berteriak dan memukul dada nya yang sesak sembari menangis.
"---KENAPA !, aku cuma mau kehidupan yang lebih baik di masa depa da!! hiks hiks, kenapa hiks, begini.. kalian ga suka aku hidup ? hiks.. kalo gitu tembak aja da !! hiks.. percuma aku hidup !!" Arsyi menangis sembari menunduk, dengan posisi duduk, ia berusaha mengusap kasar lelehan liquid bening yang tak tertampung di dalam Relung hatinya.
Firda masih setia menodong Pistol, Mata nya menggelap. Retina hazel karamel nya memindai seluruh objek didepan nya, arsyi kembali menumpahkan segala penat yang ia kubur di dasar hati nya.
Tanpa ekspresi, Firda menurunkan pistolnya dengan perlahan. Mata nya yang semula menggelap, perlahan berubah.
Ia menurunkan tangan, memasukkan tangan ke dalam saku dengan gerakan pelan, kemudian tangan yang satunya ikut memasukkan pistol ke dalam almamater sekolah yang di rombak hingga didalamnya terdapat kantong tersembunyi.
"Kemari." titah Firda.
Arsyi tak mampu berdiri, bahkan untuk sekedar mendongakkan kepala pun ia tak sanggup.
perintah Firda menjadi angin lalu, ia tetap setia menggenggam erat seragam di dadanya. Firda menghela nafas panjang dan berat.
Tangisan arsyi tak terdengar, anak itu memang biasa untuk menangis dalam diam. karena ia pikir, jika menangis dengan keras, hanya mengganggu orang sekitar. Walaupun sesak yang ditanggung akan lebih besar ketimbang menangis dengan keras.
Kaki jenjang Firda melangkah mendekat, dengan kedua tangan didalam saku, ia mendekati arsyi dengan gerakan lambat.
"Udah gausa nangis, tadi gue cuma gretak kok."
Kata-kata ringan yang terlontar membuat arsyi mengernyit dalam.
'Cuma gretak ?!', batinnya konyol.
Apa-apaan?!, ia bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri Firda menodong dengan berani, dan mendengar suara 'kletak' yang keras. menandakan bahwa peluru didalam siap dimuntahkan.
tap tap tap
Suara ketukan sepatu menggema di sepanjang jalan menuju arsyi yang tengah duduk dengan aura yang suram.
Arsyi melihat sepasang sepatu mahal yang berada tepat didepan rok seragam sekolah nya. Ia kembali menggenggam erat seragam dan masih senantiasa menunduk.
"Bangun." perintah Firda
Arsyi perlahan bangkit, kaki nya yang gemetar berusaha mati-matian menopang tubuh dengan gerakan kaku. Hingga dimana ia berhasil berdiri dengan hampir sempurna, karena seluruh badannya terasa kaku dan kebas.
"Jangan nunduk."
Arsyi perlahan-lahan mendongak, terlihat mata nya yang sembab, kacamata anak itu berembun dan pipi nya memerah. Tangan nya masih mengepal di dada. Samar-samar terlihat tubuhnya bergetar.
Firda tampak luluh, pandangan nya sedikit melembut dan menatap arsyi lurus, tepat di kedua matanya. membuat arsyi merasa di dominasi secara menyeluruh.
"Mulai sekarang, Lo jadi temen gue. Mulai besok, setiap istirahat ataupun jam makan siang, Lo harus disamping gue. Gabung dengan rombongan Lavi, dan ikut disetiap gue ngajak Lo. ngerti? Ga ada bantahan atau kepala Lo pecah sekarang!" Aura Firda menguar, membuat arsyi tersentak dan buru-buru mengangguk.
"Good girl." setelah mengatakan itu, Firda berlalu dengan santai, suara ketukan langkah kaki yang menjauh serta debuman pelan dari pintu menyadarkan arsyi dari lamunannya.
"huh?!.. aku.. jadi teman nya Firda?!"
bisik nya pelan.
_________
Di dalam mansion Keluarga Wintara, terlihat Firda tengah menyantap camilan didalam toples kaca yang berisi kacang goreng buatan Rachel.
Posisi sekarang dimana Firda tengah menyandarkan kepala ke bahu Lavi, Sedangkan putri dan Rachel berada di bawah sofa.
Mereka kompak memakai piama dan mematikan total lampu ruang tamu yang super besar. Hanya menyisakan layar lebar televisi yang menyala, menampilkan Film horor yang mereka tonton.
"HUAAA POCI !!" Teriak putri
Semuanya kaget kecuali Firda, ia masih mengunyah anteng makanan di sampingnya.
"Lebay." komentar Firda
"ah bacot Lo" sentak putri tajam.
"iya tuan putri pemberani" sindir Rachel
"ini alur nya gimana sih?" tanya Lavi.
"kalo ga salah ada dua dokter, satu dokternya itu diganggu arwah di dalam rumah sakit, dan kebetulan dokter ini bagian di ruang visum. Dan dia ketemu mayat dan dia ngebayangin kalo mayat itu temennya--"
"--Sampai ending, ada salah satu dokter ngadu ke dia, dan ternyata arwah temennya yang minta balas dendam." Terang Rachel
"trus-trus, ending nya?"
"ah !! gausa spoiler lah ! ga seru." sela Putri
"nah, bener tuh, tumben satu pemikiran." Balas Firda
"aelah, dikit doang. pelit Lo" sungut Lavi
"Bentar-bentar... kek ada suara??"
hening. Semua hening sampai pada suara keras terdengar dari arah belakang.
"DIH SI ANJJ ADA SETAN !!"
_________
-TBC-
#alv