Chereads / VIRA MORENO / Chapter 19 - 19-

Chapter 19 - 19-

Arsyi tak dapat membendung tangisan kecil nya, poni nya menutupi separuh pipi tembam nya. Ia menunduk dan menahan tangis dan perih di dada.

Kapan? Kapan ia mendapat teman seperti Lavi? Kapan? Kenapa seumur hidupnya ia tak mendapatkan teman seperti mereka?

Iri? Tentu, ia iri setengah mati. Sedari SD sampai SMA, ia tak luput dari pembullyan, ia lebih rela dibully fisik ketimbang batin nya yang sudah sangat rusak.

Tangisan arsyi terdengar, masih setia dengan posisi duduk dan kepala yang menunduk, membuat Lavi menoleh dan mengintip dibalik bahu putri.

"Eh? Kok dia nangis?"

Firda, Rachel, dan putri segera memusatkan atensi ke arah arsyi yang tengah menangis tak sadar.

"Ntah? Mungkin dia nangis karena tabrakan tadi kali." Tebak putri

"Ah, masa gitu doang dah nangis." Sungut Rachel

Firda hanya diam memandang arsyi yang terduduk sembari menangis, ia tahu tentang berita jika anak itu suka di bully di kelas karena keterdiaman nya.

Berbeda dengan ia yang diam tetapi punya aura dominan yang membuat orang takut kepadanya, arsyi adalah anak yang lemah.

Firda seperti melihat dirinya yang dulu pada arsyi, Firda dulu adalah korban pembullyan, orang tuanya cerai, di sekolah ia dibully fisik, dan di tempat les sekolah pun ia dibully mental. Benar-benar merubah seorang Firda menjadi gadis tanpa hati.

Pelit ekspresi, dingin, tak pernah peduli disekitar kecuali sesuatu yang benar-benar penting.

Ia segera memalingkan wajahnya, 'buat apa ngurusin orang yang ga dikenal?', batinnya.

Arsyi tersadar dari tangis nya, ia segera menoleh ke arah Lavi, putri dan Rachel yang tengah menatap bingung, kecuali Firda yang memalingkan wajah ke arah lain dengan raut datar.

Arsyi segera berdiri, "m-maaf ganggu", dengan nada bicara yang bergetar, ia kemudian berlari dari bilik UKS.

Apa lagi ini?! Ia kembali membuat kehebohan?! Dan sekarang ia pasti di pandangan buruk oleh rombongan elit sekolah itu. Ahh, untung saja ia tak membuat hal-hal yang aneh dengan mereka.

Bisa-bisa namanya tinggal dicoret karena berurusan dengan anak orang kaya itu, anak jalur beasiswa sepertinya mana bisa disandingkan dengan mereka.

Senyum kecut nya terpampang, segera bergegas masuk kedalam kelas, dan duduk di kursi serta membereskan buku kedalam tas lusuhnya.

-------------

"Gue kasian." Lavi membuka suara setelah kejadian arsyi pergi dengan lelehan air mata.

"Ya, gue tau maksud Lo, Vi." Kata putri

"Alah, biarin lah,lagian kita juga ga ada urusan sama dia." Sungut Rachel

"Dia kelas berapa?" Firda seketika membuka suara, ia melihat raut ketiga sahabatnya tersentak kaget.

"Sejak kapan Lo nanyain hal ga penting gini da?!" Tanya Rachel

"Kenapa emang? Nanya kelas doang kok."

"Ya ngga, maksud nya.. beda aja." Rachel menggaruk tekuk nya ragu dan membenarkan sedikit letak kacamatanya.

"Kalo ga salah MIPA 6." Jelas Lavi.

"Dia satu kelas sama Ray, gua kenal tu anak." Kata putri.

"Atur pertemuan gue ama arsyi, ada yang mau gue omongin, bilang Ama temen Lo gue nunggu di atap sekolah sepulang sekolah nanti." Titah mutlak Firda, ia segera pergi tanpa basa-basi meninggalkan ketiga sahabatnya untuk menghindari pertanyaan yang tak masuk akal nanti.

'gue harus nemuin Lo, arsyi', batinnya.

------------

-TBC-

#alv