Hari ini mereka kembali ke sekolah, membuat farras, Irfan, Steve, Iyan, Wahyu, Rio meramaikan kantin sekolah.
Beberapa dari mereka terlihat bernyanyi dengan alunan gitar, beberapa ada yang makan, ada juga yang bermain game online di ponsel, dan ada juga yang terang-terangan menebar pesona.
Kantin yang ramai dikunjungi oleh siswa dan siswi sekolah, adalah tempat surgawi bagi kelas akhir MIPA 1 ini.
Di antara ke-enam laki-laki tersebut, terdapat arsyi yang terang-terangan menaruh minat kepada Wahyu.
Gadis dengan kulit sawo matang, rambut kepang dua, dengan kaca mata bulat bertengger manis terlihat malu-malu mencuri pandang pada Wahyu yang sedang fokus bermain game ponsel bersama farras.
Arsyi bahkan tak menyadari Irfan dan Chino yang sedari tadi menyaksikan bagaimana siswi tersebut senyum-senyum tak karuan ketika mengalihkan pandangan kepada sahabat mereka.
Saat Wahyu mengerang kalah, arsyi ikut serta cemberut dengan wajah menggemaskan, ketika Wahyu memenangkan permainan, arsyi otomatis ikut tersenyum manis melihat Wahyu tersenyum.
Benar-benar seperti orang yang sedang jatuh cinta.
Chino diam-diam menyeringai senang, sepertinya ia mendapat santapan lezat hari ini.
Irfan menoleh, mengisyaratkan bahwa ia juga memiliki satu pikiran seperti Chino. Keduanya kompak berbisik satu sama lain, Irfan mengangguk singkat dan mulai menaruh gitar disamping Steve dan Iyan yang sedang makan dengan lahap.
"Hai maniez", sapa irfan.
Arsyi terlihat terperanjat, ia tak menyangka bahwa Irfan akan datang dan duduk di sampingnya. Bukannya tersipu ataupun malu, arsyi terlihat terang-terangan menolak kehadiran Irfan yang secara tiba-tiba datang tak tahu malu.
Arsyi adalah gadis pendiam, kutu buku, dan dia adalah salah satu murid tak beruntung yang di kucilkan oleh kelasnya.
Ia secara diam-diam dibully oleh warga kelasnya sendiri karena ia yang tak mau di manfaatkan oleh teman-temannya.
Sikap arsyi yang sekarang diperparah oleh pembullyan mental oleh teman-temannya membuat ia menjadi murid yang sangat pendiam, dan ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan buku atau semacamnya.
Melihat arsyi yang menaruh minat kepada Wahyu, membuat Chino dan Irfan mendapat mangsa yang bagus. Arsyi memang pintar, tapi untuk masalah asmara ia bodoh.
.
.
.
Chino menyenggol Wahyu yang sedang fokus di babak akhir.
"Woi anjg, ada yang mau gue omongin", sentak Chino.
"Apasi babu? Ga liat lagi maen?!", Teriak Wahyu.
"Aelah, bentar doang", Chino segera menarik kepala Wahyu, Chino berbisik dengan smirk di wajah, Wahyu terlihat membulatkan matanya yang masih terpaku pada layar dingin ponsel nya.
"Hah?! Yang serius no?", Tanya Wahyu.
"Aelah bego, ya kali gue ga serius, noh tanya Irfan. Tuh, dia lagi ngegodain fans Lo." Sentak Chino.
Wahyu memusatkan atensi pada arsyi yang tampak risih akan kehadiran Irfan yang tengah gencar mendekatinya.
Hingga tak lama, terdengar gebrakan meja yang lumayan keras, berasal dari meja arsyi dan irfan.
"Udah ya !!, Kamu ganggu tau ga ! Udah aku bilang masih aja ! Udahlah aku mau pergi ! Terserah kamu mau gimana aku ga peduli !" Bentak arsyi
Wahyu, farras, Steve, Iyan, Chino, Rio, dan tentu saja Irfan seketika membeo kala melihat perlawanan sengit dari arsyi kepada Irfan.
"Hell? Beneran itu si nerd?", Bisik farras.
"Iya ras, jodoh lu." Canda Rio
"Ogah anjing, dia kan suka si Wahyu." Balas farras, membuat Chino dan Wahyu mau tak mau meminta penjelasan lebih.
"Iya lah, gatau ya? Rumor yang ada dari kelas MIPA 6, dia tu suka Ama Wahyu, tapi gue gatau pasti nya gimana." Terang farras sembari meminum es jeruk nya.
'sejak kapan dia suka sama gue?', batin Wahyu
------------
Arsyi berlari menjauh, ia cukup malu saat kejadian di kantin yang menyebabkan bisik-bisik dari kantin seketika menyebar secara luas.
Tak heran beberapa siswa dan siswi saat melihat arsyi berlari ke arah UKS menimbulkan tanda tanya tersendiri.
Arsyi membuka pintu UKS secara kasar, lelehan air mata menggenang disekitar pipinya. Punggung tangannya berusaha mengusap kasar lelehan liquid bening itu.
Tanpa disadari gebrakan keras yang di buat oleh arsyi membangunkan Lavi yang tengah beristirahat karena demam yang dilanda.
"H-hiks, hiks aku malu.. mama arsyi malu ma.., hiks. Kenapa jadi gini?"
Tangisan pelan terdengar, arsyi mengeluarkan seluruh perasaan nya, dibalik tirai halus UKS, ia tak menyadari, bahwa ada sepasang mata Belo menyimak dengan tenang.
Tangisnya arsyi mulai tenang, bantal UKS sudah dipenuhi peluh dan bekas air mata arsyi, ia masih sedikit tersedu. Dan berusaha mengusap wajah dengan seragam yang ia kenakan.
"Lo kenapa?", Pertanyaan bernada datar membuat arsyi terlonjak kaget.
Dapat dilihat lavi yang sedang mengintip disebalik tirai putih dengan pipi yang menumpu.
"S-sejak kapan kamu disini?!", Tanya nya panik.
Lavi memasang pose memikir yang lucu, "mhh.. ntah? Sejak Lo nangis mungkin?", Ucap nya polos.
Wajah arsyi total memerah malu, ia segera tergesa turun dari ranjang dan membuka pintu UKS dan bersiap untuk kembali berlari.
Sebelum badan kecil nya menabrak Firda dkk, yang sedang masuk di waktu yang bersamaan. Dikarenakan fisik Firda yang lebih terlatih, maka badan kecil arsyi lah yang terjatuh karena menabrak Firda.
"A-awhh." Ringis arsyi sembari memegang kepala nya.
"Kenapa Lo?" Tanya putri.
Arsyi kaget saat melihat bintang sekolah, dan dua cewe dingin sekolah di depannya. Yang dia maksud adalah putri, Rachel dan Firda.
Firda mengabaikan arsyi yang terduduk dengan mata membola.
Pandangan nya mengikuti arah kaki Firda melangkah, terlihat ia menghampiri Lavi dengan senyum hangat terpampang, begitu pun Rachel yang jarang tersenyum memamerkan gigi gingsul lucunya dan putri yang tersenyum ramah.
Sangat di luar kepribadian mereka disekolah, melihat interaksi ke-empat anak itu, arsyi menunduk, kapan ia akan mendapat teman seperti mereka?
Ia lelah dibully begini ya tuhan..
-------------------
-TBC-
#alv