Chereads / SHENDER / Chapter 6 - ENAM

Chapter 6 - ENAM

"Shender!"

"Hm?"

"Lo akrab banget sama anak baru itu, kenalin kekita dong!"

"Buat apa? Kalau mau kenalan, kenalan saja sendiri!" sahut Shender sambil terus memainkan game di hpnya.

"Elah, lo temen gitu banget, sih," ucap Refin dengan muka cemberut manja.

"Dih, gitu aja baper, Dixy sama Morrez aja biasa aja tuh."

"Kata siapa kita biasa, gue sama Dixy juga pengen kenalan kali sama cewek yang sudah membuat isi sekolah gempar dengan pesonanya yang aduhay, ahay, tapi malah duluan kenalnya sama manusia flat," cerocos Morrez yang baru saja duduk di samping Shender sambil melirik Shender. Yang dilirik tetap masih bisa fokus ke gamenya.

"Hai, Shend!"

"Duelah baru juga diomongin. Hai, nama gue Dixy, sohibnya Shender," sahut Dixy yang dari tadi hanya diam di samping Refin. Yang disapa siapa yang balik nyapa siapa.

"Oh. Hai Dix, Caray" sapa Caray balik sembari memperkenalkan diri.

Maka terjadilah sesi perkenalan di antara mereka, kecuali Shender.

"Shend, cecan nih nyamperin lo masa dianggurin aja," ucap Morrez sambil menyenggol tangan Shender. Hampir saja tuh hp terjun cantik ke lantai.

"Ck, ah kampret lo, gue bentar lagi menang tadi, aahh." protes Shender sambil memanyunkan bibirnya gusar.

"Penting gamenya ya, Shend, dari pada aku? Eh, nih aku mau ngasih kamu nasi goreng spesial buatan aku. Anggap aja sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah rela capek-capek antarin aku kemaren," ucap Caray yang sambil memberikan kotak makan ke Shender.

"Satu aja, Ca? Buat kita mana?" tanya Dixy.

"Si badak, makan mulu lo," ucap Morrez sarkastik.

"Halah, sok lo, lo mah kalau dikasih juga nggak bakal nolak kan," ujar Refin nimbrung.

Shender hanya geleng-geleng kepala saja melihat keributan yang terjadi pada teman-temannya. Sementara ia dan Caray hanya menonton sambil makan nasi goreng yang di bawa Caray tadi. Untung saja bel masuk cepat berbunyi jadi keributan tadi bisa cepat berakhir.

Bel pulang

Shender POV

Loh? Itu kan si Gof Gof itu, ah iya Vigof. Dia ngapain di depan gerbang sekolah? Apa dia mau nemuin Caray?

Ah, sebodo ah aku mau langsung ke rumah Farren aja. Mau jenguk keadaanya gimana sekarang.

Jujur saja aku belum pernah pacaran apalagi jatuh cinta. Kata orang jatuh cinta itu adalah suatu perasaan di mana hati kita berbunga-bunga saat melihat orang yang disuka. Lalu ada jutaan kupu-kupu beterbangan di perut. Woah, hebat banget tuh perutnya ya bisa ada kehidupan.

Nah, masalahnya aku ngerasain itu sama Farren. Dan dia cewek. Aku pun sama. Masa iya aku belok?

Eeeh... aku kelewatan. Hhh... hampir aja keterusan ngelewatin rumah Farren, gara-gara mikirin dia aja sih sepanjang jalan.

Rumahnya kali ini seperti ada orang. Sepertinya laki-laki, karena ada motor besar terparkir cantik di halaman.

Aku yang sudah jauh-jauh ngayuh sepeda dari sekolahan ke rumah Farren tidak mungkin 'kan putar arah balik, lagian aku juga cuman mau berkunjung buat jenguk keadaannya bukan mau... ah, aku mikir apasih. Astaga, Shender sadar bro sadar. Aku pun segera parkirin sepeda dan segera mencet bel.

Tingnung!

Terdengar suara tapak kaki menuju pintu.

"Cari siapa?" Benerkan dugaanku ada cowok dalam rumah ini. Tapi, dia siapa? Nggak mungkin kalau dia kakaknya Farren. Secara dari pandangan pertama cowok ini sepantaran sama Farren dan aku dari mukanya.

"A-a..."

"Shender! Ayo, masuk!"

Hhhh... hampir saja aku jadi orang gagap dadakan.

"Galih, kenalin ini Shender teman gue. Nah, Shender ini Galih sohib gue," ucap Farren memperkenalkan aku pada Galih.

Ternyata Galih orangnya asik banget diajak ngobrol apalagi becanda. Orangnya humoris.

"Eh, Ren. Gue balik duluan ya. Gue mau ngumpul nih sama anak-anak skate," ucap Galih sambil berdiri.

"Oh, iya. Nggak apa, salam ya sama anal-anak!" sahut Farren.

"Shend, titip Farren, ya! Jagain sohib gue! Awas lecet!" Canda Galih sebelum keluar menaiki motornya lalu jalan dan hilang di tikungan jalan.

Aku hanya tersenyum miring menanggapi candaannya. Selepas Galih pergi, Farren langsung permisi sebentar ke toilet. Sepertinya perutnya sudah baikan makanya jalannya sudah bisa melenggang cantik.

Aku bosan berada di depan TV, aku pun berjalan ke halaman belakang. Halamannya cukup luas dan terdapat rumah pohon dengan tangga melingkar di pohonnya. Akupun langsung naik ke atasnya. Udaranya sangat sejuk, dan baru aku tahu ternyata dari atas sini aku bisa melihat kalau di belakang rumah Farren adalah perkebunan apel. Woah, hijau banget dan indah pemandangannya.

"Apelnya merah-merah. Jadi pengen," gumamku sambil sesekali meneguk hampa.

"Kita bisa memetiknya kalau lo mau," ucap seseorang siapa lagi kalau bukan Farren. Hampir saja ayamku keluar lagi.

"Emang boleh, Ren?" Tanyaku.

"Boleh dong, siapa yang larang coba, orang itu perkebunannya papa. Ayo, ikut gue!" ajak Farren yang sudah lebih dulu turun ke bawah. Kapan naiknya tuh anak? Akupun segera menyusulnya.

Aku baru tahu lagi ternyata di balik dedaunan yang merambat rimbun itu adalah sebuah gerbang yang langsung menuju area perkebunan. Woahhhh, mataku langsung tertuju pada apel-apel yang sudah pada berubah warna menjadi merah ranum menggoda. Aku jadi tidak sabar untuk menggigitnya. Akupun tidak menghiraukan keberadaan Farren lagi. Aku langsung saja memetik beberapa lalu kubawa semuanya ke bawah pohon apel yang lumayan rindang setidaknya terlindungi dari silaunya matahari sore. Biarin aja kalau tingkahku sekarang semaunya. Kan sudah diizinin sama yang punya juga.

"Manis, ya," ucap seseorang sambil memakan apelnya.

"Iya, manis banget," kamunya manis banget Farren. Akhirnya, masker kamu lepas juga. Ah, cantik banget sih.

"AWW!" njir saking terpesonanya aku sama muka Farren jadi nggak nyadar gigit jari sendiri.

"Makanya kalau makan tuh jangan sambil liatin gue. Terpesona kan lo."

Aku tidak menghiraukan ucapannya. Aku mencoba untuk biasa saja dan kembali memakan apelku. Tapi sayangnya sesuatu yang ada dalam diriku seperti meminta untuk keluar. Perasaan yang belum sepenuhnya aku mengerti. Perasaan nyaman saat bersama Farren sekaligus deg-degan berkali-kali lipat saat melihat wajahnya langsung tanpa di tutupi oleh yang namanya masker. Aku sudah tidak peduli lagi kalaupun aku akan belok karena Farren. Tapi, apakah dia juga ngerasain apa yang aku rasain, ya?

Tiba-tiba terdengar lagu dari Alan Walker Faded. Sepertinya itu suara dering telponnya Farren.

"Hallo?"

"...."

"Hah? I-iya, ada apa, Gof?"

"...."

"Bisa, jam berapa?"

"...."

"O-oke."

Aku hanya pura-pura masih memakan apelku, tadi aku sempat mencuri dengar Farren menyebut nama orang Gof. Apa jangan-jangan itu Vigof, ya? Ada hubungan apa ya Farren sama Vigof? Wah, mencurigakan ini.

"Shend, aku ke dalam dulu, ya. Mau mandi. soalnya nanti jam 7 aku mau ketemuan sama temanku. Kalau kamu masih pengen di sini nggak apa, apelnya juga masih banyak buat kamu makan," ucapnya sambil senyum miring.

"Emm, aku pulang aja deh, mau mandi juga nih badan udah lengket semua," jawabku.

"Duh, maaf ya, Shen. Bukannya aku ngusir kok ini. Soalnya dadakan sih temanku ngajakinnya, maaf ya Shend," ujar Farren merasa tidak enak.

"Iya, nggak apa ko, Ren. Aku ngerti. Ya sudah aku pulang dulu, ya. Bye."

Akupun segera pulang kerumah, tapi nanti berniat buat balik lagi kesini sebelum jam 7. Karena aku yakin orang yang ditemui Farren adalah Vigof. Orang yang aku temui dengan Caray beberapa hari yang lalu.

...