"Kamu kenapa, Sayang?" tanya laki-laki paruh baya kepada istrinya.
"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya merasa sedikit pusing." Wanita itu tidak sepenuhnya berbohong ia memang merasa sedikit pusing saat ini.
"Ya sudah kamu istirahat, ya. Aku mau jemput anak kita dulu. Jangan lupa minum obat. Assalamualaikum," ucap laki-laki paruh baya itu sambil mencium kening istrinya.
"Walaikumsalam... hati-hati, Mas!"
Sepeninggal suaminya pergi, wanita itu kembali berusaha mengingat-ingat masa lalunya. Nihil, kepalanya malah semakin pusing. Satu nama yang tanpa sengaja ia ucapkan semalam serasa familiar di otaknya, tapi siapa dia?
****
Shender POV
Hari ini aku senang sekali, karena Farren bakal pindah ke sekolahku. Tapi, kayaknya aku melupakan satu hal, bagaimana dengan Caray? Sewaktu itu aku nggak sempat ngomong apa-apa karena keburu bel masuk.
Aku sedang bersiap-siap untuk mandi karena jam sudah menunjukan pukul 06:35 am. Tidak perlu ritual gosok lama-lama, kurang dari sepuluh menit pun aku sudah selesai mandi selajutnya tinggal bajuan. Setelah semuanya selesai aku segera turun ke bawah nemuin papa yang siap buatin nasi goreng. Semenjak mama nggak ada papa jadi Master Chef di rumah ini, aku saja kalah sama kelihaian papa memasak.
"Selamat pagi, Kesayangannya papa, muach!" sambut papa sambil mencium jidatku. Mungkin ini terlihat seperti anak manja, tapi aku bersyukur tidak seperti anak-anak di luar sana yang mana banyak kekurangan kasih sayang dari orang tua mereka.
"Selamat pagi juga, Papa kesayangan," sahutku sambil memeluk dan mencium pipi papa. Papa aku ganteng banget ya Allah udah mirip kayak oppa-oppa di negeri gingseng itu lho.
"Ayo! sarapan dulu, Sayang. Papa abis buatin kamu nasi goreng pedas mampus kesukaan kamu."
"Ih, Papa, kepagian makan yang pedas-pedas ntar kalo Shender sakit perut bolak-balik di sekolah kayamana?"
"Bukan urusan papa."
"Ih, Papa...."
________
Daniel menanggapi ucapan Shender dengan gumaman saja lantaran ia sudah mulai menikmati (baca : kepedasan) makan nasi gorengnya.
Shender yang tidak tahan untuk tidak mencicipi makanan pedas itu segera menyendokan nasinya. Shender memang doyan banget makanan yang pedas-pedas sampai mencapai level ekstrim pun ia bisa jabanin. Sesaat setelahnya ia pun menganga saking pedasnya. Huh, jangan ditiru, ini berbahaya.
------------------
Sesampainya di sekolah Shender sengaja duduk di post satpam buat nungguin pujaan hati.
"Non Shender ngapain di sini? Non sudah bosan jadi pelajar? Tukaran sama bapak aja kalo gitu, Non!" tegur pak Santo --- satpam sekolah Shender.
"Dih, si Bapak nggak ingat umur. Aku lagi nungguin pac-- teman baru aku Pak, dia hari ini baru pindah ke mari," sahut Shender hampir kelepasan.
"Oh, seperti itu, Non mau kopi?" tawar Pak Santo sambil membuat kopi.
"Nggak usah, Pak. Bapak aja nggak cukup,"
Pak Santo hanya terkekeh mendengar jawaban Shender. Baru saja ia hendak bicara lagi saat itu datanglah tiga tungau.
"Eh, Kingkong! tumben lo di mari? Lo selingkuhannya Pak Santo, ya?" sapa Dixy dengan santainya. Terlihat Pak Santo langsung batuk-batuk mendengar dugaan tak disangka itu.
"Njir, lo ngomong nggak pakai di saring dulu. Maaf, Pak. Sini kita ke ujung sana aja!" ajak Shender ke ketiga temannya untuk duduk di bangku bawah pohon dekat gerbang.
Tampak dari luar gerbang mobil sport hitam hendak masuk, langsung saja sebelum Pak Santo membukakan gerbangnya Shender sudah lebih dulu mengambil alih. Di sekolah Shender jarang ada yang pakai mobil, kebanyakan cuma pakai motor atau sepeda. Jadi, setiap ada mobil keluar-masuk, gerbangnya dibuka tutup sama satpam, tapi itu cuma berlaku sama yang lain. Untuk tiga tungau ( Refin, Dixy, dan Morrez) Refin-lah yang harus rela turun buat buka sendiri gerbangnya. Nggak tahu kenapa gitu.
"Selamat pagi, Ninja!" sapa Shender sesaat Farren sudah keluar dari mobilnya. Lagi-lagi Farren memakai jaket ninjanya.
"Pagi juga, Earphone!" sahut Farren sepertinya juga mendapat julukan baru untuk Shender karena Shender kemana-mana suka mengalungkan earphone di lehernya.
"Giliran kita aja nggak di sapa," ucap Morrez menyindir Shender, yang disindir cuma nyengir.
"Ya sudahlah, mending kita ke kantin aja yuk, gue belum sarapan, nih." Ajak Dixy disertai anggukan oleh Refin dan Morrez. Sesaat mereka bertiga pun melangkah lebih dulu menuju kantin.
"Lo nggak ikut mereka?" tanya Farren saat mereka sudah berada di koridor menuju ruang kepsek.
"Nggak, aku kan ma--"
"Hay, Shender!" sapa seorang gadis cantik yang tidak bukan adalah Caray.
"H-hai," sahut Shender canggung sesaat ia melihat Farren, tampak mata Farren menatap ke arah lain.
"Kamu bawa siapa, Shend?"
"Eh, i-ini teman baru aku, tepatnya murid baru di sekolah kita," sahut Shender masih merasa canggung, "em... kenalin Ren ini Caray , nah Caray ini Farren."
Caray mengangkat tangan untuk bersalaman kemudian di sambut malas-malasan sama Farren.
"Ya sudah kami ke ruang kepsek dulu, ya."
Shender dan Farren meninggalkan Caray yang masih menatap kepergian mereka. Caray merasa seperti di acuhkan apalagi semenjak pengakuan cintanya beberapa hari yang lalu Shender nggak pernah balas sapaannya paling cuma senyum itupun kayak terpaksa. Barusaja tadi Shender mau nyapa balik Caray.
Jam istirahat
"Ceileh, baru juga beberapa jam nggak ketemu sama Yang-beib mukanya udah nggak sabaran banget pengen ketemu," goda Morrez.
"Hih, orang lagi kasmaran mah emang begicu bawaannya kangen mulu," ucap Refin ikutan.
"Nah, tuh Farren sudah keluar, kita duluan ke kantin ya lo harus nyusul," ucap Dixy si biang makan.
Jadi, Farren itu nggak sekelas sama Shender karena murid di kelas Shender sudah genap, makanya Farren berada di kelas IPA 2.
"Yuk ke ka--" belum sempat selesai Farren ngomong seseorang menghampiri mereka, siapa lagi kalau bukan Caray.
"Eh, kalian pasti mau ke kantin, kan? Bareng yok!" Ajak Caray sambil menaroh tangannya ke bahu kiri Farren, padahal sih mau ke bahu Shender juga tapi sayangnya Shender lebih tinggi dari mereka berdua.
"Ya deh, ayo!" ucap Farren akhirnya.
Mereka bertiga pun menuju kantin bersama. Banyak yang memperhatikan mereka, apalagi Farren yang sedari tadi tidak pernah membuka masker jaket ninjanya. Namun, tentu saja Caray yang menjadi pusat perhatian utama mereka karena kecantikannya. Padahal jika Shender mau lepas topi kupluknya dan menguraikan rambutnya dia malah lebih cantik dari Caray. Begitupun dengan Farren.
Sesampainya di kantin
"Shender!" teriak Refin dengan suara ngondeknya.
Yang di panggil Shender, tapi yang maling muka ke sumber suara malah hampir seluruh jama'ah kantin, dasar toa melambai.
"Eh, kalian kok cepat banget selesai makannya," sapa Shender sesaat setelah duduk di samping Morrez. Itu karena ia melihat dua tumpuk mangkok bakso kosong di tengah meja.
"Bukan gue yang makan, tapi si badak tuh yang makan, gue sama Refin cuma minum ma ngemil doang," sahut Morrez sesekali memakan krupuk makaroni balado-nya.
"Eh! Shender sama Farren mau makan sama minum apa? Biar aku yang pesanin?" tanya Caray.
"Aku ngemil aja, mau Chitato Sapi Panggang sama Frestea Apel, kalau kamu, Ren?"
"Chips Ahoy Coklat sama Sprite kaleng."
"Okay!"
Tiga tungau sebenarnya merasa agak kurang nyaman dengan adanya Caray, padahal awalnya antusias mau kenal akrab sama Caray, tapi setelah kejadian waktu itu... entah kenapa... tapi karena mereka tidak doyan mencari musuh jadilah mereka pura-pura baik sekarang. Nggak maksud muka dua, kok.
"Kamu kok sering diam aja dari tadi? kamu kenapa? Apa kamu nggak nyaman sama Caray? Dia baik kok. Trus, itu juga kamu yakin mau lepas masker di sini? Sudah siap jadi pusat perhatian orang? Lagipula kenapa harus jadi ninja segala sih di sekolah?" tanya Shender sesaat Caray pergi. Temannya yang penasaran dengan jawaban dari pertanyaan Shender pun antusias ingin mendengarkan apa yang akan Farren katakan. Mereka juga penasaran secantik apa wajah Farren. Caray sudah sangat cantik menurut mereka, tapi Shender sering menyanggah kalau Farren lebih cantik. Tampak Farren menatap satu persatu teman barunya itu dan terakhir memandang cukup lama ke Shender sebelum akhirnya,
"Nggak apa," sahut Farren degan menggeleng pelan kepalanya terlihat dari matanya ia sedang memasang wajah tanpa dosa.
Sejenak kemudian Refin tiba-tiba minum jus lemonnya kayak orang kehausan. Disusul Morrez yang makan krupuk kayak orang kerasukan jin dan jun. Lalu Dixy langsung menghirup kuah baksonya dengan mangkoknya seolah ia sedangĀ memakai gelas. Tapi, Shender dengan sabarnya tersenyum. Lalu
"Ren, berantem, kuy!"
...