Chereads / SHENDER / Chapter 2 - DUA

Chapter 2 - DUA

"Aaaaaaaaa!!!"

Aku terpaku mendengar teriakan melengking dari sesuatu yang aku sentari. Bukannya kabur luntang-lanting seperti temanku yang lain aku malah berdiam diri dan menatap lekat apa yang ada di depanku. Itu bukan sesuatu tapi seseorang, aku yakin yang aku lihat ini adalah sosok manusia. Iya, lagian mana ada hantu pakai jaket? Jaket ninja pula.

Sosok ini sudah berhenti menjerit, tapi kenapa dia diam saja sekarang? Aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutupi oleh masker dari jaket ninjanya. Tunggu! Jaket ninja? Sepertinya tidak asing bagiku, tapi... ah, aku sangat pelupa untuk hal ingat mengingat.

"Siapa Lo?!" Sosok itu berbicara ketus padaku? Memang siapa lagi yang ada di sini selain aku dengannya? Teman-temanku? Tanya aja ma yang nulis.

"Kamu yang siapa?" Aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan balik. Bodoh.

"Ck, apa yang lo lakuin di rumah gue? Lo mau maling? Pergi nggak! Gue teriakin, nih!" aku bingung dengan apa yang dikatakannya barusan. Bukan bingung lemot gak paham maksud kalimatnya, tapi aku nggak tahu harus ngomong apa. Tiba-tiba otakku blank.

"Pergi sekarang atau gue teriakin maling!" ujarnya mengusirku. Lagi.

Tanpa babibu lagi aku segera keluar dari rumah aneh ini. Iya, aneh. Dari luar nampak sekali kesan rumah ini kosong, tapi....

Keesokan harinya

"Hei!" sapa seseorang sesaat aku baru melangkahkan kaki memasuki lorong sekolah.

"Hai juga," sahutku disertai dengan senyum terindahku.

"Boleh barengan menuju kelasnya?" tanyanya sambil mencoba menyajari langkahku yang lebih cepat darinya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Aku dan dia hanya diam sepanjang lorong. Tidak ada yang memulai untuk berbicara. Padahal, kemaren kami sudah olahraga dadakan bareng di depan perpus. Entah kenapa aku yang biasanya mudah akrab sama orang lain jadi merasa secuek ini padanya, untung nggak cuek-cuek banget.

Aku dan dia tidak sekelas, dia di kelas Ipa 3 sedangkan aku di kelas Ipa 1, kelas kami hanya dibatasi oleh kelas Ipa 2. Aku tahu itu karena dia lebih dulu masuk ke kelasnya, dan kelasku berada di ujung.

"Woy, Kingkong!! Gue kira lo nggak bakal sekolah hari ini," sambut Dixy menyapaku.

"Kenapa aku musti nggak sekolah hari ini?" sahutku bingung.

"Lo kan tadi malam disekap sama hantu rumah kosong itu," ucap Morrez sambil mengaca membenarkan alisnya.

"Ck, trus kalau misal aku disekap beneran, kenapa kalian ninggalin aku? Sahabat macam apa kalian?" ucapku sarkastik.

Blablabla....

Aku tidak memperdulikan omongan temanku lagi, karena aku sudah memasang earphone-ku.

Tidak sampai sepuluh menit bel masuk pun berbunyi. Aku segera melepas penyumbat telingaku dan mengikuti pelajaran pertama. Kelas ini begitu membosankan dan membuatku sangat mengantuk. Hari masih pagi, tapi aku sudah berkali-kali terantuk-antuk saking beratnya mata ini. Namun, sekuat apapun aku berusaha untuk fokus, penjelasan G30SPKI dari Bu Gita seakan jadi dongeng pengantar tidur. Iya, meski aku anak Ipa, entah kenapa pelajaran gagal move on itu masih harus dipelajari.

Brakkk!!!

"Ayam ayam ayam ayam!"

BHAHAHAHA

Sontak semua teman sekelasku menertawakan kelatahanku saat kaget. Baru saja Bu Gita menggebrak mejaku menggunakan Hp-nya yang keluaran terbaru. Hebat banget tak ada sedikitpun keretakan di HP-nya. Aku juga jadi pengen membelinya. Tapi, apa aku sangggup?

"Kamu! Saya lihat kamu tidak memperhatikan penjelasan saya... 'KAN?!"

"Ayam goreng ayam goreng!" upss, astaga! Bisakah sehari saja aku tidak latah? Ini memalukan! Ngomong-ngomong Bu Guru kok galak.

Kulihat teman-temanku dan yang lainnya sedang menahan tawa. Tapi ada sebagian ketawa tanpa suara.

"Keluar sekarang dan berdiri di lapangan sampai jam istirahat pertama!" Perintah Bu Gita.

Aku bergerak lesu menuju ke luar kelas, aku sempat melirik teman-temanku yang hanya memberi tatapan seolah berkata 'harap sabar ini ujian'.

Di sinilah aku sekarang, berdiri memandang langit yang sama dipandang oleh doi, tahu doi siapa. Matahari tidak sedikitpun menunjukkan tanda kasih sayangnya padaku. Aku sangat haus, tenggorokanku kering. Kulirik sebentar jam tanganku, masih satu jam lagi. Astaga, andai saja ada yang berbaik hati untuk....

"Ayam dingin! Ayam beku! ayam ayam ayam!"

"Hahahahahaha." Tawa cetar seseorang yang berada di dekatku. Cantik sekali.

Aku sangat malu tahu apa yang membuatnya tertawa barusan. Tapi, aku sebisa mungkin tetap memasang wajah keep calm and stay cool. Setelah tawanya mereda ia kembali menyodorkan minuman mineral dingin tadi padaku, aku menyambutnya lalu meneguk airnya hingga tetes terakhir.

"Haus banget, ya?" tanyanya disertai senyum dikulum.

"Banget kebangetan. Beliin lagi dong!" sahut dan pintaku. Oke, ini nge-sok banget, tapi aku benar-benar sangat haus sekarang.

Aku baru saja mengalihkan pandangan sebentar ke atas bendera, karena Bu Gita seperti mengintip apakah aku melakukan hukuman sesuai dengan yang disuruh. Tidak sampai satu menit bahkan hitungan 30 detik pun belum mencapai. Gadis tadi sudah menghilang dari sisiku. Tapi, tidak jauh dariku aku melihatnya lagi berlari dari kantin Kejujuran menghampiriku. Dia bayar nggak ya itu? Hehe, soalnya di kantin Kejujuran itu proses jual belinya tanpa pelayanan dan tanpa kamera pengawas, jadi setiap murid yang berbelanja hanya harus melihat label harga di rak lalu menaruh uangnya di celengan, pastikan uangnya harus pas karena susah untuk mengambil kembalian lantaran celengannya di gembok. Semoga murid di sekolahku jujur semua deh, ya. Aamiin.

"Nih! aku beliin 2 botol buat kamu!"

Aku mengambil salah satu dan meneguknya hingga habis lagi. Lalu satu lagi, tapi kali ini aku masih menyisakannya setengah. Aku mengucapkan terima kasih banyak padanya.

"Ini jam pelajaran kenapa kamu ada di luar kelas?" tanyaku heran.

"Sekarang lagi pelajaran Agama Islam, aku non-muslim, daripada aku bengong nggak tahu apa-apa jadi aku keluar saja," jelasnya.

****

Aku sedang jalan-jalan sore keliling-keliling cuci mata menghilangkan kebosanan. Aku tidak terlalu suka memakai motor karena menurutku aku tidak akan puas melihat sekitarku jika menggunakan itu, kecuali kalau kepengen, sih. Sekarang aku tengah mengayuh sepedaku tak tentu arah yang penting dapat sepoi-sepoi. Aku sudah mulai ngos-ngosan, padahal aku mengayuhnya lumayan santai. Aku segera mencari tempat untuk beristirahat.

Library Caffe's itu nama papan di warung kopi, di sinilah aku sekarang melepas lelah dengan segelas kopi dingin karena cuaca sekarang lumayan panas walau sudah sore. Tempat ini nyaman sekali meski sangat sederhana, tapi tidak kalah dengan warung kopi bergaya restoran di luar sana. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar untuk cuci mata, walaupun yang kulihat hanyalah sekumpulan orang-orang kutu buku yang sedang membaca di sini sambil ditemani dengan segelas kopi. Tanpa sengaja pandanganku melihatnya lagi, ia sekarang tengah membaca buku yang tidak aku tahu buku jenis apa, kulihat di samping kursinya bersender tas yang berisi gitar dan sebuah papan skate. Jadi, selain pandai bermain gitar dan bernyanyi dia anak Skater, toh. Keren juga.

Tanpa kusadari aku sedari tadi terus memperhatikannya yang sedang fokus membaca, aku seolah terhipnotis untuk terus memandangnya.

Sekian menit kemudian mata kami saling memandang.

Deg!

...