"Sayang. Haechan udah dateng."
"Iya, ma." Rumah sudah ramai oleh para tamu. Hanya beberapa teman bisnis papa Tasya dan kerabat mereka. Haechan dan keluarganya sudah tiba dikediaman keluarga Fery
"Sa. Gimana kalo si Mark juga ikut?" Tanya Heejin
"Gue juga gatau. Makanya gue bilang semalem gue mau kabur aja." Tasya resah. Dia takut jika Mark datang, sangat besar kemungkinan jika Mark juga akan datang
"Tasya."
"Udah buru, Sa." Mereka berempat pun keluar dari kamar Tasya. Didepan pintu Yolin menunggu
Yolin tersenyum, dia menggandeng Tasya dan membawanya ke ruang tengah dimana semua orang sudah berkumpul. Tasya dapat melihat Haechan yang sudah berdiri ditengah tengah mereka bersama orang tuanya tapi tidak mendapatkan keberadaan lelaki berdarah kanada itu
Tasya menatap semua teman temannya, dan mereka menggeleng yang artinya mereka juga tidak melihatnya. Tasya sudah berdiri disebelah Haechan
"Tasya, kamu cantik banget sayang." Puji Eunkyung, Tasya tersenyum dan berterima kasih
Dirinya menatap Haechan, dan lelaki itu tertangkap basah sedang menatapnya juga. Dalam hati Haechan tidak bisa memungkiri kalau Tasya memang sangat cantik
Fery membuka acara, selagi ayahnya berbicara Tasya terus mencari keberadaan Mark. Tapi sampai sekarang lelaki itu tidak menampakkan batang hidungnya
Atau dia emang ga dateng? Batin Tasya. Dia merasa lega
Acara bertukar cincin dimulai. Haechan dan Tasya saling berhadapan, Eunkyung memberikan cincin pada Haechan. Lelaki itu memakaikannya dijari manis Tasya, begitupun sebaliknya
Keduanya sudah sah menjadi sepasang tunangan. Dan kini acara pemberian hadiah kepada pihak wanita
Setelah acara selesai, para kerabat dan para tamu dipersilahkan menikmati beberapa hidangan yang sudah disiapkan
"Sa, kita luan ya." Teman teman Tasya berpamitan. Tasya mengantarnya hingga didepan pintu
"Ati ati." Mereka melambaikan tangan pada Tasya kemudian naik bersama ke mobil Siyeon
Setelah itu Tasya kembali masuk kedalam. Dia merasa haus jadi berjalan ke dapur. Dari jendela dapur dia melihat seseorang dihalaman belakang rumahnya. Matanya membulat tidak percaya
Dengan segera Tasya melewati pintu belakang dan menghampiri orang itu
"Mark?" Lelaki itu berbalik dan tersenyum kepada Tasya
"Jadi daritadi lo disini?" Mark tidak menjawab, dia kembali membalikkan badannya. Tasya mensejajarkan posisi mereka. Lelaki itu menatap ke depan dengan tatapannya yang dingin, mulut yang terkatup rapat, rahangnya yang menegas, dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku
Melihat Mark seperti itu Tasya tidak berani berbicara
"Congrats ya." Tasya tidak ingin menatapnya
"Gue bela belain dateng kemari demi adek gue. Awalnya gue biasa aja, tapi pada akhirnya gue ga berani ada disana." Terdengar tawa halus dari mulut Mark. Tasya hanya diam
"Kalo gue tau, dari dulu gue udah nembak elo." Ucap Mark lagi
"Masuk sana. Dicariin ntar."
"Lo ga masuk?"
"Gue nyusul." Tasya mengangguk, dia kembali masuk lewat pintu belakang. Tasya terkejut tiba tiba melihat Haechan berdiri didepan pintu
"Darimana lo? Ngapain?" Tanyanya
"Kepo." Tasya pergi meninggalkannya. Haechan melirik kearah Mark yang masih diam ditempatnya tadi
"Bang. Ngapain lo disitu?" Mark menoleh
"Cari angin."
"Gue masuk, ya." Mark mengangguk. Dia tidak marah pada Haechan. Hanya saja dia tidak dapat menerima jika Tasya akan segera menjadi milik Haechan seutuhnya
Tasya dan Haechan bergabung bersama keluarga mereka. Sesekali ikut mengobrol dan bercanda
Acara sudah selesai tiga puluh menit yang lalu. Dan kini Haechan dan Tasya resmi menjadi sepasang tunangan. Haechan dan keluarganya sudah pulang, Tasya merebahkan tubuhnya dikasur kesayangannya
Sambil menatap cincin yang melingkar dijari manisnya, Tasya menghela nafasnya. Dirinya benar benar akan menikah
Entahlah, dia merasa berbeda dengan ini semua
Keesokan harinya, Tasya seperti biasa akan berangkat sekolah. Cincin dijari manisnya sudah ia lepas saat hendak mandi, disimpan dengan baik dilaci nakasnya
Setelah beberapa panggilan tidak dijawab oleh Mark, akhirnya cowok itu mengangkat panggilan Tasya
"Kenapa ga diangkat?" Tanyanya langsung
"Sorry, gue baru nyampe sekolah." Tasya mengernyit heran
"Ih, ko gue ditinggal?"
"Lo berangkatnya sama Haechan. Dia tadi udah berangkat kesana. Udah ya, gue mau ngerjain pr dulu. Gue tunggu disekolah." Sambungan terputus
"Dek." Pintu kamarnya diketuk, dia melihat sosok mamanya berdiri didepan pintu kamarnya
"Udah siap? Haechan udah jemput." Tasya hanya bisa mengangguk, kemudian dia keluar dari kamar
Sebelum berangkat mereka berpamitan dahulu pada Yolin
"Berangkat dulu, mah." Mereka menyalimi tangannya
"Hati hati, ya." Setelah itu mereka pun berangkat
"Pegangan." Suruh Haechan, tapi Tasya tidak melakukannya
"Lo jatoh gue tinggal, ya." Akhirnya Tasya berpegangan, pada pundak cowok itu. Haechan menyalakan mesin motornya dan kemudian langsung menancapkan gasnya