Suara Adzan Subuh memaksaku membuka mata, aku terkejut karena terbangun di kamar mandi dengan kedaan telanjang, dan aneh nya di situ berceceran pasir putih seperti dalam mimpi tadi malam ketika aku bercinta bersama arjuna,
" juna,,,, juna,,, Arjuna dimana kamu " tak ada suara, aku membaca mantra memanggil khodam tapi arjuna tidak muncul juga, Juna kemana kamu apakah kamu musnah bersama makhluk yang aku kalahkan di mimpi tadi entahlah.....! aku akan merasa bersalah kalau memang arjuna musnah gara-gara aku, aku pun membersihkan badan sambil menyiram pasir putih yang berceceran di kamar mandi supaya terbawa aliran air.
aku berkemas dari tempat kos ku tuk pulang kampung, dua tas besar aku ikat di jok belakang menyisakan sedikit tempat duduk untuk ku, sementara satu tas aku simpan di bagasi depan.
Ba'da subuh aku meluncur meninggalkan kota bersama semua kenangan disana, hidup ku sudah tidak berharga lagi dapatkah ku akhiri petualangan nista ini ?.
Ku tembus kabut yang masih membatasi jarak pandang, udara pagi sedingin biasanya tiga lapis pakaian masih bisa menembus kulit ku, ku pacu roda dua yang menjadi kendaraan lapis Baja ku pagi ini, silau cahaya penguasa siang menerobos sela dedaunan, pohon-pohon di tepi Jalan seperti bergerak mengiringi ku pulang ke kampung halaman, sesekali berpapasan dengan kendaraan pengangkut hasil bumi ke kota, kupu-kupu beterbangan di atas rumput seolah menambah pemandangan indah di pagi ini, bening nya embun pagi seperti gemerlap permata di ujung rerumputan.
Matahari perlahan menampakan sinar nya, langit biru cerah hanya sedikit awan putih yang masih setia menemani warna biru nya, Jalanan Aspal yang sebagian sudah rusak menambah adrenalin dalam mengatur volume gas di genggaman ku, Hadphone masih menempel di telingaku bolak-balik Album padi menjadi teman setia ku menempuh tiga jam perjalanan, lagi-lagi gak pake Helm hanya topi hitam lusuh yang ku beli di alun-alun kota sebagai penutup kepala, masih setengah jam lagi untuk sampai kerumah, Dua setengah jam Perjalanan yang telah ku tempuh, cukup menguras energi rehat sejenak menjadi pilihan paling tepat. Ku parkirkan motor di dekat tukang bubur di area pasar dekat halte bus menuju kota.
" mang bubur na hiji,,,, tong make lada, bawang daun na sing seu'eur"
(Mang bubur nya satu jangan pakai pedas, bawang daun nya yang banyak)
" siap kasep..... sakedap nya... mangga calik "
(Siap kasep, sebentar ya, silahkan duduk)
" punten kang ngiring calik,,, "
(Permisi kang ikut duduk)
" mangga-mangga " kata mereka hampir bersamaan.
aku pun duduk di bebangkuan dengan kursi panjang menghadap meja yang beralaskan karpet plastik warna merah, ada tiga orang bapak-bapak yang sedang makan bubur berbagi kursi dengan ku sambil bercengkrama, aku hanya menjadi pendengar setia, sesekali ku lempar senyum ke arah mereka, ternyata bapak-bapak biang gosip juga, sampai ukuran BH tetangga nya juga di bahas. Pupil mataku sempat melirik mereka satu-satu untuk meyakinkan mereka beneran suka cewek atau hanya di bibir saja, banyak kan,,,, yang suka begitu, sok laki di depan orang, padahal bool banci di entot juga. Tapi sinyal ku tidak bekerja mungkin karena cowok-cowok ini benar-benar cowok asli.
Ada yang menarik perhatian ku, mereka membicarakan rumor tentang korban misterius seperti korban pesugihan, katanya satu minggu yang lalu ada yang melahirkan kemudian meninggal dunia, sementara bayi nya hilang dan sampai saat ini belum di temukan, belum lagi banyak penduduk desa yang meninggal mendadak secara mengenaskan dengan luka gigitan di leher seperti di gigit hewan buas. Sayang cerita mereka gak tuntas keburu pergi setelah menghabiskan bubur, sekarang tinggal aku sendiri yang masih menunggu pesanan datang, pembeli nya lumayan ngantri tapi kebanyakan di bungkus.
Pesanan bubur pun datang ku aduk semua menjadi satu sehingga warna bubur dan kecap bersatu padu menghasilkan degradasi warna abstak yang tak menentu, ku tabur krupuk sebagai topping, ku cicip sedikit, hmmmm enak juga ternyata, tanpa ba-bi-bu lagi, ku lahap semua bubur sampai semua masuk kedalam perut, teh hangat jadi penutup sarapan pagi ku kali ini.
Setelah bubur satu mangkuk berpindah tempat ke perut aku jalan-jalan sebentar ke area pasar yang tidak terlalu jauh dari tempat ku memarkirkan motor, aku membeli buah-buahan segar sebagai buah tangan untuk adik ku. Suasana pasar sudah tidak terlalu ramai, hanya beberapa pembeli saja yang lalu-lalang melihat-lihat dan memilih barang yang mereka butuhkan.
Aku memperhatikan kuli pasar yang sedang memanggul karung berisi sayuran dengan bertelanjang dada, kulit ya sedikit gelap dan mengkilat dengan cucuran keringat, nampak otot-otot nya terbentuk secara alami karena beban yang selalu dia pikul setiap hari, wajah nya lumayan juga walaupun tidak termasuk kategori ganteng, tapi seperti nya aku pernah mengenal nya, dia berjalan melewati ku dan menjatuhkan karung tepat di depan kios sayuran,
" ini yang terakhir mang " ucap nya
" nuhun nya jang,,,, " ucap pedagang sayur sambil memberi uang lima ribu rupiah sebagai upah kuli panggul, gak salah lagi dia pasti Amir tetangga ku satu tahun gak ketemu membuat ku pangling,
" Amir,,,, " ucap ku
" iya,,, tapi maaf ini Fajar bukan,,, "
" iya aku Fajar mir,,," dia langsung merangkul ku, keringat nya nempel di t-shirt ku, aku membalas pelukan nya, ku pegang punggung nya yang juga basah keringat saking gembira nya ketemu teman lama, tetangga pula, dia ini teman satu kelas waktu SD, sekarang Amir sudah berubah dia tumbuh menjadi laki-laki dewasa dengan postur proporsional aku menelan ludah melihat tubuh kekar nya.
" aduh punten Jar keringat ku sampai menempel di baju mahal kamu.. "
" teu nanaon mir,,"
" beda eung,,,, kalau sudah lama di kota mah, penampilan kamu sudah seperti artis saja Jar,,, "
" Hus ,,,, ah,,, yu...ngobrol nya sambil ngopi,,, " ucap ku, amir pun mengikuti ku ke warung dekat mushola, dia berjalan sambil memakai T-shirt lusuh nya yang dari tadi diselipkan di saku celana nya, lama kami ngobrol ngaler ngidul sambil bercanda, dua gelas kopi pun sudah habis di teguk, asap roko keluar dari mulut dan hidung kami, mungpung masih di luar aku puas puasin menghisap asap rokok soal nya kalau di rumah aku pasti di omelin emak,
" mir kamu suka melihat Jajang, dia tinggal dimana sama Istri nya,,, ?"
" sudah lama aku gak ketemu dia Jar, terakhir aku melihat nya ketika dia mau berangkat kerja ke pabrik, dua minggu yang lalu kalau gak salah"
" pabrik ,,,? "
" ya, sekarang dia punya pabrik pengolahan kayu tempat nya di Ujung Jalan perkebunan dekat pertigaan yang mengarah ke Pantai"
" kalau istri nya,,, "
" kurang tau Jar mungkin di rumah nya Jajang lah,,, kata nya dia sedang hamil sekarang,,, aku juga belum pernah melihat nya"
" ko bisa gak tau kan satu kampung,,,, "
" tapi kan kita gak satu rumah,,,,,, !
" iya juga sih.... ha..ha..ha..ha " aku tertawa mendengar ucapan Amir
" Rumah dia yang sekarang seperti keraton jar, mana berani aku datang ke sana, tau sendiri kan rumah nya walaupun bagus tapi serem banget,,,,"
" wah,,, kita kesana yu,,, liat rumah Jajang,,,, gue masih penasaran dulu kita kan gak sempat masuk"
"Enga jar, gue kapok kesana, dulu saja setelah kita main ke rumah jajang, aku sering kesurupan,,, satu bulan setelah nya ibu meninggal dengan penyakit aneh, semua kulit nya melepuh, bapak juga meninggal satu minggu setelah ibu meninggal, dia di patuk ular ketika sedang mengambil rumput di ladang,,,"
" aku gak tau setragis itu kematian orang tua kamu, maafin aku ya waktu itu mengajak kamu ke rumah jajang ,,,"
" gak papa Jar,,, ini memang sudah takdir tuhan,,, yang sudah di garis kan,,,"
" tapi aku curiga ibu kamu meninggalnya tidak wajar,,, mungkinkan jadi korban pesugihan " ucap ku berbisik
" aku pikir juga begitu jar,,, tapi kan tidak ada bukti,,, lagi pula aku orang kecil bisa apa coba...."
"Kita cari bukti nya sama-sama mir,,, aku juga pernah jadi korban Ibu nya jajang cuman gue masih di takdir kan hidup,,,"
" kok bisa ? kamu kan,,, jauh,,, ada di kota"
" siluman, setan, iblis, jurig tidak harus naik Bis Amir,,,untuk berangkat ke kota, dikirim kemana aja pasti bisa,,,hanya dengan watu beberapa detik aja sudah sampai,,,"
" memang,,,Jar kampung kita makin menyeramkan, gak ada yang berani keluar malam semenjak banyak orang yang meninggal dengan tidak wajar,,,"
"Nanti malam kita akan cari tau sumber mala petaka nya dari mana Mir, o iya sekarang kamu tinggal sama siapa,,,,? "
"aku sekarang tinggal di pondok kecil di kebun peninggalan bapak, Sejak orang tua meninggal aku terpaksa menjual rumah kami satu-satu nya untuk biaya pemakaman dan tahlilan,,, jadi sekarang aku gak punya rumah Jar,,,, "
" kamu hebat bisa sekuat dan semandiri ini mir,,, emang paman dan bibi mu gak ngajak kamu tinggal sama mereka, "
" Mereka sih selalu ngajak tinggal sama mereka, tapi aku keberatan takut ngerepotin, tapi mereka juga masih suka nengokin aku ko "
" bagus deh kalau gitu, terus sejak kapan kamu kerja jadi kuli di pasar,,,, "
" sudah sekitar delapan bulanan,,, Jar, maklum aku hanya punya Ijazah SD, mau kerja di pabrik minimal kan lulus SMP atau SMU, tapi lumayan lah bisa menyambung hidup.. "
"kalo jadi kuli panggul di pasar kan cuman senin dan kamis saja, kalau hari yang lain kamu nganggur gitu,,,"
" ya mau gimana lagi,,, paling cari rumput buat pakan ternak,,, terkadang juga kerja di ladang, apa aja aku kerjakan "
" Kopi nya mau di tambah lagi gak " Tanya Bapak tukang warung,,,
" gak usah nanti perut saya kembung kalau terus minum kopi,,, pak kumis,,," ucap Amir
" muhun atuh, ini ada goreng singkong, silahkan di cicip tenang aja ini gratis" ucap pak kumis
" nuhun pisan pak kumis,, tapi perut saya sudah kenyang,,, " Seru amir,,, aku hanya tersenyum pada pak kumis, satu anggukan kepala sebagai tanda terimakasih.
" kamu mau ikut pulang bersama aku gak mir,,,, ?"
" Bongkar muat sudah selesai sih,,, ikut dong mumpung ada tumpangan gratis, biasanya aku pulang naik truk pasir biar Gratisan"
" Asal kamu yang bawa motor, pinggang ku panas setelah dua Jam lebih bawa motor dari kota, mana jalan nya jelek lagi"
" Beressss,,,, "
Kami pun keluar dari area pasar dan kembali ke tempat motor ku terparkir di dekat tukang bubur, Amir yang mengemudi, ku gendong tas besar yang tadi di simpan di Jok belakang, dua tas lagi di tumpuk di bagasi depan, ku nikmati suasana sejuk sepanjang perjalanan kanan kiri pohon karet tinggi menjulang melindungi pengguna jalan dari teriknya mentari,
Tiga kampung telah kami lewati dan akhir nya sampai juga di rumah ku suasana nya masih seperti dulu, rumah panggung yang sederhana tapi kokoh dengan dinding kayu jati, rumah nampak sepi, mungkin bapak masih di ladang dan emak ku masih bekerja di konveksi om Andre,
Aku masuk rumah lewat pintu dapur ada kunci rahasia untuk membuka pintu nya, ku lihat seisi rumah masih sama seperti dulu, tidak banyak yang berubah, ini rumah tempat aku di lahir kan, ku buka pintu depan nampak sosok pemuda kampung yang berkulit eksotix sedang membereskan barang bawaan ku,
" Mir langsung dibawa masuk aja semuanya, aku nyiapin minum dulu, kamu haus kan.. ? "
" gak usah repot-repot Jar,,, kamu juga kan cape habis perjalanan jauh,,, "
" kita makan dulu,,, kebetulan emak ku masak banyak, lauk nya ikan asin sama urab daun singkong, pasti enak,,, " aku pun menuntun Amir untuk masuk ke dapur kami pun duduk bersila di lantai kayu dengan makanan yang sudah ku siapkan,
" aku masih kenyang Jar,,,, "
" gak ada alasan untuk menolak, apa susah nya sih makan, aku sudah rindu masakan ibu, jadi kamu juga wajib makan" ucap ku dengan nada tinggi, amir pun menurut, kami makan dengan lahap, bahkan Amir yang tadi pura-pura kenyang sampai tiga kali nambah maklum dia kan habis kuli di pasar, aku pun tersenyum melihat nya.
Selesai makan kami duduk di ruang tengah, membuka tiga tas besar yang berisi pakaian untuk di masukan ke dalam lemari,
" kamu bawa Tape polytron Jar,,, bisa nge music atuh ?.... ajeb...ajeb...ajeb.... "
" gak ada listrik nya Amir kalau di sini, PLTA nya hanya cukup untuk lampu penerangan saja itu pun nyala nya gak maximal "
" Beli Accu GS aja Jar...."
" gak usah mahal, di Rumah Abah kaya nya ada yang gak di pake,,, kita ambil aja,,,"
" sekarang ,,,Jar ? "
" ya iya lah..... masa minggu depan "
" tapi belum mencari rumput buat makanan ternak ku Jar,,,,"
" entar aku bawain Nasi bungkus buat domba-domba kamu...."
" ha...ha..ha.. dasar sengklek, "
" bentar dulu mir,,, kamu ganti baju dulu,,, jangan memakai seragam kuli,,,masih ada sisa tepung terigu nya,,,lagi, kotorrrr"
" masa aku harus pulang ke rumah dulu...buat ganti baju"
" pakai baju aku aja,,, ayo cepetan buka baju ,,," aku memilih baju yang belum pernah aku pakai, tanpa ragu Amir membuka baju dan celana nya di hadapan ku, memang kita teman akrab dari kecil, tapi hasrat sebagai kembali bangkit melihat laki-laki di depanku telanjang hanya memakai sempak saja, jendolan kepala kontol nya tercetak jelas miring ke kiri.
Jarak kami begitu dekat, aku mematung sesaat sambil memegang pakaian yang akan di pakai Amir, aku masih terpesona melihat tubuh amir setelah sekian lama gak ketemu, kumis tipis nya mulai tumbuh, otot dadanya kokoh dan menggoda, dada ku berdetup kencang, ku raba bibir Amir degan tangan kanan ku dia tidak bereaksi,
" masih ada sisa makanan di bibir kamu Amir, makanya kalau makan jangan buru-buru," ucap ku modus
" masa sih,,,,, " ucap nya sambil mengusap bibir dengan telapak tangan nya,
" sudah jatuh kali kali,,, "
" kenapa di jatuh kan, padahal itu vitamin nya..."
" Vitamin apaan cuman se uprit doang,,, "
" sini mana gue makan lagi,,, " di luar dugaan amir menggenggam jari tangan ku dan mengigit jempol nya, membuat badan ku merinding,
" Amir,,, apaan sih, lepasin,,, jorok banget"
kutarik jempol ku dari mulut nya, wajah kami kian dekat ku hirup nafas Amir yang begitu menderu, kulabuhkan ciuman di bibir nya, ciuman penuh hasrat tanpa nafsu pada sosok laki-laki sejati, amir merapatkan bibir nya seperti menolak aksi gerak bibir ku, ingin sekali lidah ku menelusuri bibir nya, tapi aku gak berani, masih banyak waktu untuk menaklukan laki-laki ini, pikir ku, mungkin pertama kali nya dia di cium bibir, ku lepaskan ciuman satu arah ku, ku kecup lagi dengan pelan bibir nya, "emuahhhh..."
" itu ciuman persahabatan bego,,,,,, malah bengong " aku lihat Amir menarik nafas panjang,
" masa sih jar,,, gue juga gak bego-bego amat kali, lo Homo ya,,, ? "
" enak aja ,,,, "
" terus ciuman tadi,,,, "
" sudah pakai baju ,,, bawel" replek aku menyentuh kontol nya sambil memberikan baju,
" Et,,, jangan macam-macam kamu Jar,,, "
" tapi kamu suka kan,,, "
" ih ogah,,, masa sama laki - laki suka, walau pun kamu ganteng tapi kan gak mungkin aku suka ,,,, entar malah main pedang-pedangan"
" Ah kamu aja belum tau rasa nya, kamu juga kumayan ganteng Amir,,, badan kamu bagus, pasti cewek banyak yang suka sama" dia tersipu malu aku puji,
" maafkan aku tadi lancang mencium bibir "
" Gak papa ciuman persahabatan kan ,,, " aku hanya senyum sambil melihat nya memakai baju,
" ini baju baru Jar,,, masih bau supermarket,,,, "
" baru lah,,, masa bekas,,, pake aja buat kamu,,, sebagai oleh-oleh, "
" beneran jar,,,, kamu baik banget " ucap Amir sambil meluk ku,,, aduh aku kan jadi salting, dengan semangat aku balas pelukan nya, ku hirup aroma keringat nya begitu jantan berpadu dengan aroma baju baru,
" ini pelukan apa Amir "
" pelukan persahabatan bego,,, "
" Bangke,... pake niru omongan aku lagi,,,,!
" ha,,,ha,,ha,,ha,,ha " kami pun tertawa, ini awal yang baik pikir ku, setelah amir ganti Baju kami pun pergi ke rumah Abah.
***
Sepanjang jalan menuju rumah abah aku memeluk nya, kalau ada orang kampung di jalan baru aku melepaskan nya, celana jeans hitam serta balutan t-shirt v-neck warna toska membuat Amir berubah seperti menjadi anak gaul kota , dia bersolek di kaca spion sambil senyum-senyum sendiri,dia masih sangat polos, aku senang membuat dia bahagia.
" kamu waras gak sih mir,,,? Pake senyum-senyum sendiri "
" kan ada kamu, kali di belakang, aku tidak sendirian "
" iya deh ,,,"
" he,,,he,,,he malam minggu nanti ada Dangdutan di desa Jar,,, aku pake baju ini ah,,, biar dapet gebetan, aku ganteng juga ternyata kalau pake baju mahal "
" alamat aku gak bakal di ajak nonton ini mah,,, "
" kamu di ajak lah biar bayar ada yang bayarin tiket nya,,, "
" sue ,,,, gampang masalah tiket mah entar minta gratis sama panitia,,,"
Gak sampai lima belas menit kami sudah sampai di rumah Abah, Amir langsung memarkirkan motor di tepi jalan,
" Ikut masuk yu mir,,, "
" engga ah Aku nunggu di sini aja,,, "
" ok,,, terserah kamu deh,,, " amir memang orang nya pemalu, apalagi masuk ke rumah Abah yang lumayan besar paling menonjol di kampung sini, mobil Om Andre sudah ada di parkiran berarti dia sedang ada di Rumah, aku masuk ke ruang makan yang tembus dari parkiran, aku lihat bi Asih sama nenek lagi masak di dapur,
" Assalamualaikum "
" waalaikumsalam " ucap nenek sama bi asih. Aku langsung bersalaman sama mereka berdua, nenek langsung memeluk ku, dan mencium pipi ku kiri kanan,
" nenek,,, Jey udah gede kali masih main cium-cium aja,,, "
" kamu masih cucu nenek Jay,,, "
" iya iya,,, Abah belum pulang ngantor nek,,,?"
" nanti pulang nya sore, biasa,,, "
"Mau makan apa cep Fajar biar bibi siapin,, " ucap bi asih
" engga bi, Fajar udah makan di rumah ,,,, "
" kamu gak liburan di sini Jay,,, "
" mau di Rumah Ibu dulu nek,,, nanti nginep sini gantian gampang,,, "
" ya udah,,, om kamu pun baru pulang sama temen kamu katanya mau ikut liburan di sini,,,, "
" temen Fajar yang mana nek... ?"
" aduh nenek lupa tanya namanya,,,, liat aja di kamar tamu lagi Istirahat,,, om kamu juga kurang enak badan katanya,,,, "
" masa sih nek,,,, tapi gak parah kan nek"
" kaya nya gak terlalu parah,,, nenek suruh dia Istirahat "
" aku lihat om andre dulu ya ...." aku pun berjalan masuk kedalam rumah dan langsung membuka pintu kamar om andre tanpa mengetuk nya,,, dan apa yang ku lihat,,, sungguh membuat ku Jijik, om andre sedang berciuman sama Cecep,,,
" waw,,, siang-siang begini mau pada ngewe aja,,,, ingat ini di rumah om, jangan lupa kunci pintu kamar,,jangan ceroboh "
" Jay kapan datang. ..! Apa yang kamu lihat barusan gak seperti itu, Cecep cuman bantu om ke tempat tidur soal nya om masih sakit " cecep pun berdiri dan berjalan mendekati ku,
" kuma dinya we lah, suka-suka om "
" Jay,,,, jangan sinis gitu dong "
" Jar malam itu aku ninggalin kamu waktu kamu di keroyok di Alun-alun maaf ya,,,, aku takut makanya aku lari " Ucap cecep, aku melihat bibir nya bergetar,
" lo gak salah kali, gak usah minta maaf, lagian preman-preman itu berhasil aku taklukan, dasar pengecut main lari aja " cecep ini teman satu kelas ku waktu sekolah di STM di Kota, satu bangku malah bisa di bilang kita teman akrab, dia juga kenal sama om Andre paman ku, memang waktu malam itu di alun-alun kami sempat di keroyok oleh lima preman tapu cecep kabur meninggalkan ku, untung saja aku bisa mengalahkan preman-preman brengsek itu.
" Jar aku jauh-jauh ke sini hanya ingin minta maaf sama kamu, aku ingin hubungan kita kaya dulu lagi, aku ingin kita sama-sama lagi, " cecep berusaha memegang tangan ku tapi aku menepis nya,
" sudah lah gak usah banyak drama, ogah aku punya teman pengecut kaya kamu Cecep "
" Fajar Gue ngaku salah.. Bisa kan memberi kesempatan lagi buat aku.."
" gini ya cep, urus aja om andre sampai dia sembuh, habis itu kalian bulan madu ke Pantai ke ke gunung ke, ke akhirat kalau perlu, aku masih banyak urusan... silahkan lanjutkan lagi acara ena-enak nya,,, maaf ganggu, tuh om andre udah ngaceng cep, maklum om gue orang nya sangean... "
" Fajar,,, jangan kurang aja ya, awas kamu, Cecep minta maaf tulus sama kamu " ucap om andre geram.
" Benar jar,,, maaf gue tulus, please kasih aku kesempatan,,,, "
" males aku ngomong sama kalian berdua,, dah cecep dah om,,, aku kunci dari luar ya,,, biar bebas,,, " aku pun kembali menutup pintu kamar om Andre dan mengunci nya dari luar,
" Jay,,,Jay,,,Jay,,,Jay,, buka pintu nya,,, " teriak om andre, aku pun kembali ke dapur menemui nenek,
" ada apa sih Jay ko pada ribut,,,kebiasaan deh,,, "
" biasa nek, si om marah sama Jay,,, "
" ko bisa,,,,"
" aku mengunci kamar nya dari luar ,,,, ini kunci nya,,,he,,he,,he " bi asih tersenyum mendengar ucapan ku,
" Jay kapan sih akur sama om Kamu, sini nenek bukakan pintu nya"
" udah deh nek biarin aja, anak udah gede masih aja di manja, pantes dia gak nikah-nikah "
" Jayyyyyyyyy,,,, " teriak nenek
" iya maaf, teriakan nenek bikin merinding,,,"
" kamu sih bikin darah tinggi nenek kumat,,, "
" Jangan dong nek,,, " ucap ku sambil memeluk dan mencium pipinya "
" Bi asih,,, kalau Fajar udah manja begini ada apa ya ? "
" Ada maunya juragan,,, " jawab bi asih
" Bibi ko bisa tau sih, bi asih dukun ya,,,,? " ucap ku
" itu kebiasaan mu dari orok Jay,,,, pasti bibi juga sudah tau, terus mau kamu minta apa dari nenek, "
" itu nek fajar butuh Accu GS buat nyetel Tape Polytron di rumah biar bisa nyetel music, boleh ya nek, kan ada dua "
" ambil aja sayang, nanti nenek suruh Abah mu beli lagi,,, "
" nenek baik banget,,, makasih ya nek" aku pun mencium pipi nenek sambil berlalu ke ruang Tv membawa Accu Gs, sama wadah nya yang yang terbuat keranjang kayu,,, "
" nek, bi asih, Fajar pulang dulu,,, Asalamualaikum "
" Waalikumsalam,,, hati-hati " Sebenar nya aku masih pengen lama-lama di rumah nenek tapi aku masih kezel sama cecep, kok bisa dia ikut sama om Andre, pake alesan mau minta maaf sama aku lagi, sudah bosen mendengar kata maaf dari dia, aku ragu apakah dia tulus, ah paling dia di Boking om Andre selama libur dua minggu dasar Gigolo rendahan.
" Amir,,, yu balik "
" ko cepet Jar,,, "
" udah gak sabar pengen nyobain tape gue, buruan,,,, "
" iya sabar parkir dulu "
Kuda besi pun meluncur meninggalkan kediaman Abah, menembus panas nya mentari,
***
Siang telah berganti malam, mentari telah meninggalkan kami tapi pasti esok kan kembali menyapa seisi dunia, sehabis sholat magrib berjamaah kami berkumpul bersama keluarga kecil ku, adik ku adit sedang di ajarin surat-surat pendek sama bapak, sementara aku dan Ibu sedang membereskan peralatan bekas makan malam, bahagia yang tak pernah aku rasakan selama setahun ini,
" jadi kamu pindah sekolah kesini jay"
" iya Bu,,, "
" asik Adit gak sendirian lagi, sekarang aa di rumah,, hore,,hore,,"
" iya nanti aa yang akan menjitak kamu kalau kamu nakal,,,"
" ah aa mah gak asik,,, "
" santai aja kali,,adit kan adik kesayangan aa, di makan nih jeruk nya,,, aa kupasin mau " Adit pun mengangguk tanda setuju,
Suara motor berhenti di depan rumah tak lama pintu di ketuk,,,,
" tok,,,,tok,,,tok,,, " aku pun membuka pintu
" ka Arman, masuk ka, sama siapa ? "
" sama teh Novi Jar,,, " Ka arman dan bu Novi pun masuk dengan membawa tas besar,
" eh,,, ibu Bidan mangga duduk, maaf bu di rumah kami belum ada kursi"
" teu nanaon bu, yanti kaya sama siapa aja"
Bu Novi pun duduk setelah kami bersalaman,
" Ada keperluan apa bu Tumben malam-malam " ucap bapak sama bu Bidan Novi
" gini pak Burhan saya mau minta di temenin nak Fajar ada yang mau melahirkan di bukit Paniis, kesana kan gak bisa di akses kendaraan kalau kami berdua agak gimana gitu pak, "
" gak ada yang jemput gitu dari pihak keluarga pasien"
" ada pak kang Salim suami nya bu Aisah yang mau melahirkan "
" kalau Bapak sih terserah Fajar aja, gimana nak,,,, mau gak temenin bu Bidan ? "
" aku bersedia pak, dengan senang hati malah ..., "
" sukur deh kalau begitu,,, " ucap bapak sambil menatap ku sorot matanya langsung berubah Jari tangan nya di gerakan seperti ada sesuatu, apakah mungkin bapak tak rela melepas ku pergi, tapi ini agak aneh dengan sikap bapak yang tiba-tiba berubah.
" ko jadi lupa ada tamu keasikan ngobrol, bentar bu saya ambilkan minum dulu, " ucap ibu sambil berdiri dari tempat duduk nya,
" gak usah repot-repot bu Yanti, kami buru-buru sudah di tunggu pasien, mari bu assalamualaikum "
" waallaikumsalam " jawab bapak dan Ibu barengan.
" Jay hati-hati "
" iya Ibu,,, "
Kami pun berjalan meninggalkan rumah ku, menuju bukit paniis yang lumayan jauh sekitar 40 menit jalan kaki melewati hutan pula, kang salim berjalan lebih dulu, kemudian bu bidan, ka Arman, dan aku paling belakang, kami membawa senter masing-masing sebagai penerangan, kalau kang amir membawa obor minyak tanah yang terbuat dari Bambu, katanya kalau memanggil bidan atau dukun beranak malam-malam harus membawa penerangan berupa api, kalau engga katanya pamali.
" Ka Arman sudah di angkat jadi Asisten ceritanya,,, " ucap ku membuka obrolan sambil berjalan menyusuri pematang sawah
" aku cuman nemenin teteh aja Jar, kasian kan kalau sendiri berangkat malam"
" Untung ada Arman Nak Fajar, jadi teteh ada yang nemenin, tadi nya dia gak mau, tapi kalau nak Fajar ikut dia mau katanya,,, " ucap bu Bidan
" ko bisa gitu ,,,,"
" Arman penakut Nak Fajar,,, "
" Gede-gede penakut " ledek ku,
" teteh suka bongkar rahasia,,, Reputasi Arman turun drastis atuh,,," kami hanya tertawa mendengar ucapan ka Arman, pematang sawah sudah kami lewati, kini kami sudah memasuki ke area hutan yang di biarkan lebat karena milik perhutani, dan juga merupakan hutan lindung yang menjadi sumber air bagi warga Desa, aku mencium aroma bau amis mendekati kami, suara hewan malam dari dalam hutan saling bersahutan, angin berhembus kencang menambah suasana mencekam, bulan sabit menghiasi langit di temani bintang-bintang yang sepertinya malas menampakan sinar nya,
" kang Salim berhenti sebentar " ucap ku
" ada apa dek, kita masih jauh dan harus buru-buru nanti istri saya gak bisa tertolong "
" aku mengerti kang, berhenti sebentar saja, tolong semua pencahayaan di matikan, semua berkumpul, tolong pegang tangan ku, jangan ada yang ber suara, pejamkan mata" Ucap ku,
Ka arman memeluk ku erat dari depan dia sangat ketakutan, kang salim pun sama takut nya dia memegang tangan kiri ku erat, sementara ibu bidan memegang tangan kanan ku, angin berhembus makin kencang, laungan anjing hutan terdengar dari kejauhan, suara perempuan tertawa dari kejauhan samar-samar terdengar , di susul suara orang berjalan kearah kami makin mendekat seperti menghentakkan kaki nya.
Geblig,,,,Geblig,,,, Geblid,,, Geblik,,, makin dekat , aku melihat sosok seperti generwo bermata biru menyala, badan nya penuh bulu, bertanduk, taring dan kuku nya tajam, nampak sangat menyeramkan, penerangan bulan sabit membuat ku bisa jelas melihat bentuk wujud nya, ku membacakan mantra halimunan, supaya makhluk itu tidak bisa melihat kami,,,, dan juga doa pengusir Iblis, dia makin dekat ke arah kami,,, terdengar suara geraman,,, "ehmmmmmmm" dia berhenti sejenak melirik ke kiri dan ke kanan sambil mendengus, mungkin dia mencium aroma tubuh manusia tapi tidak bisa melihat kami, makhluk menyeramkan itu kembali berjalan ke arah lain sampai hilang di telan gelap nya malam, aku pun bernafas lega suasana nya kembali normal,
" dia sudah pergi ka Arman lepaskan pelukan mu,,, "
" iya…. Abis nya gue takut jar" ketus Arman
" tadi itu apa nak Fajar, serem banget hampir aja teteh ngompol,,,"
" sudah jangan di bahas, mari kita melanjutkan perjalanan,,"