Chereads / Dendam Sang Pemuja Siluman / Chapter 4 - Bercinta dengan Ular Siluman

Chapter 4 - Bercinta dengan Ular Siluman

Aku menyalakan tungku di dapur untuk menghangat kan badan, posisi tungku nya masih di atas hanya di lapisi tanah supaya api nya tidak menyentuh lantai bambu nya, aku melihat beberapa peralatan masak di dapur nya amir, kalau aku gak melihat sendiri aku gak yakin amir bisa hidup sendiri disini, walaupun ada beberapa warga kampung yang rumah nya terpisah dengan warga kampung lain tapi mereka tinggalnya satu keluarga, tapi amir tinggal nya sendiri

Tak lama amir pun datang dengan membawa jagung muda yang di panen langsung dari kebun nya sendiri, acara bakar jagung pun menjadi jalinan keakraban ku dengan amir, aku mengenal nya sudah lama tapi tak sedekat ini, kami asik berbagi cerita sambil makan jagung, rasa nya begitu nikmat bakar jagung dadakan manis nya alami, aku melahap habis bakar jagung nya sampai amir gak kebagian,

" Mir tadi malam lo tidur dimana, "

" aku tidur di pos ronda jar "

" maaf aku gak memberitahu mu kalau aku akan ke bukit maniis "

" santai aja jar, kesana lebih penting kan.."

" jadi lo tau kejadian semalam... "

" ya... Gue juga yang mengantarkan siti nur cahyani istri nya jajang ke rumah kang rosid "

" maksud lo Siti Nur cahyani Istri nya Jajang ...? "

"Iya..."

" sepertinya aku mengenal nya, mir "

"pasti jar katanya waktu SMP kalian satu kelas"

" Astaga Naga..., ko aku gak tau Jajang nikah sama siti "

" menang nya kenapa Jar ? "

" gak pa-pa, gak nyangka aja..." nafas ku tiba-tiba sesak mendengar Jajang menikah sama teman terbaik ku Siti Nur Cahyani, ku satukan dada dan lutut ku, ku remas-remas rambut ku, pikiran ku tiba-tiba kosong tatapan ku entah kemana tak terasa air mataku berlinang, kenapa aku bisa sesakit ini mendengar Jajang menikah dengan sahabtku sendiri, kami memang dulu satu kelas tapi bagaimana cerita nya ko bisa jajang menikah sama siti, waktu kami sekolah dulu gak ada tanda-tanda mereka saling suka sama sekali, bagai mana ceritanya bisa menikah "

" Fajar... lo ga pa-pa "

" gue gak pa-pa, tiba-tiba dadaku sesak mungkin karena tadi kedinginan kali..." Ucap ku bohong.

" gue ambilin minum ya..." amir pun memberikan air teh hangat dengan batok kelapa sebagai gelas nya, aku menarik nafas panjang seakan melepas beban ku yang teramat sangat berat, kami pun terdiam beberapa menit seperti bergelut dengan pikiran masing-masing, amir pun menyalakan sebatang rokok dan menghisap nya dalam-dalam, sesekali asap nya di semburkan ke muka ku, aku pun menepisnya,

" ngelamun aja lo... takut di kejar sama anak buah nya bu Lastri ya.." ucap amir, aku hanya menatap Amir... tanpa sepatah kata pun terucap.

" tenang aja jar selama ada gue lo aman..." ucap amir sambil mengelus punggung ku, aku pun tidur terlentang ku sandar kan kepala ku di paha nya amir, sambil menatap amir yang sedang bermain dengan asap rokok nya, rasa lelah ku yang semalam kurang tidur membuat ku terlelap di pangkuan Amir.

**

Aku terbangun menjelang magrib karena mendengar suara Radio National berdaya Batu Batre ABC yang di nyalakan Amir. Amir duduk khusu di teras pondok sambil mendengarkan Dongeng sunda "sirawing" yang di bawakan si raja dongeng wakepoh, aku juga sering mendengarkan kisah sirawing seorang pendekar silat yang telinganya rampung karena terkena sabetan golok bah brewok pada waktu gerombolan bah brewok menyerang kampung tapi akhirnya sirawing diselamatkan oleh ki debleng dang diangkat menjadi murid nya.

aku melangkah keluar menuju teras pondok dimana amir berada aku membungkukan badan ku dan memeluk amir dari belakang ku kecup tengkuk nya beberapa kali, badan nya harum dengan sabun GIV sepertinya dia baru saja mandi,

" geli Fajar ... ambil wudhu sana di pancuran sekalain mandi, bentar lagi magrib "

" iya suami ku ... " ucap ku menggodanya

" lo kesurupan setan dari mana Jar ? sudah seharian molor, bangun-bangun ngaku-ngaku jadi istri gue..."

"dasar kunyuk ... " ketus ku sambil menjitak kepala Amir

" ha..ha..ha..ha sudah sana mandi"

aku menuruni tangga pondok menuju pancuran tuk mandi dan ambil wudhu, setelah berjamah sholat magrib kami pun makan enak dengan ikan sarden Jitu yang di campur mie instan, rasanya wuenak banget.

" maaf mir gue ngerepotin lo mir, numpang makan gratis pula"

" ngerepotin apa, malah gue seneng ada temen, maaf tadi gue ninggalin lo waktu lo tidur '

" gak pa-pa, emang nya gue anak kecil, memang nya tadi lo kemana "

" tadi aku mencari rumput buat domba-domba ku, tapi sebelum nya aku belanja dulu ke warung dan aku mendengar kabar bulastri hilang di puskesmas padahal di jaga polisi "

" ko bisa, katanya dia terluka parah..."

" aku juga gak tau ..."

" makin runyam aja, aku harus menemukan jajang mir, "

" mau cari kemana jar... "

" ada ide ..." amir menggelengkan kepala.

Amir menempelkan telunjuk di bibirnya, aku pun diam dan menatap nya, dengan satu kali kibasan dari jarak jauh lampu tempel pun padam, aku hanya tertegun melihat nya, aku gak menyangka dia punya kemampuan tenaga dalam yang cukup lumayan, dia menuntun ku keluar pondok, ku raih tas gendong yang menempel di dinding dan memakai nya,

Amir loncat dari pondok nya ke dahan pohon besar tanpa menimbulkan suara dengan cekatan dia naik seperti monyet, hanya beberapa menit sudah berada di puncak pohon, dasar pamer...! , ku salurkan tenaga dalam ku pada ke dua telapak kaki, aku melompat ke arah pohon menyusul amir tapi sial gue terjatuh dengan pantat duluan,

"bruk" amir menertawakan ku, dia melemparkan tali panjang, aku berusaha naik sekuat tenaga dengan bantuan tali yang di lemparkan amir dahan pohon kujadikan tumpuan, amir yang sudah duduk di dahan pohon meraih tangan ku dan aku pun duduk di samping nya, aku mengatur nafas lumayan cape naik pohon setinggi ini, tapi perjuangan tidak akan mengianati hasil, pemandangan dari atas pohon begitu menakjubkan, pupil mataku ku mengarahkan pandangan ke semua penjuru cahaya bulan purnama menjadi penerang. hamparan sawah serta ladang penduduk terhampar luas , kelelawar beterbangan mengarah ke arah hutan belantara di sebelah barat,

" amir ini pemandangan yang sangat menakjubkan '

" makanya jangan kelamaan dikota, kampung sendiri lo lupain "

" gak gitu juga kali "

" tapi tenaga lo lumayan juga jar, bisa naik secepat itu "

" masih kalah sam lo lah yang naik tanpa tali "

" kalau gue sudah terbiasa Fajar,hampir tiap hari naik pohon kelapa "

" tapi tenaga dalam lo lumayan juga mir, lo belajar dimana ?"

" Abah mu yang mengajarkan ku Fajar "

" apa ! jadi lo murid nya abah, sejak kapan ?"

" ya, sekitar satu tahun yang lalu, tapi gue hanya bisa mempelajari ilmu lahir saja, kalau Ilmu kebatinan gue gak berbakat, hanya lo yang bisa kedua-duanya jar " ucap Amir sambil menepuk punggung ku,

" kalau lo sudah di percaya Abah, gue dua ratus persen lebih percaya sama lo mir"

"makasih Jar"

" tapi gue tau alasan Abah tidak mengajarkan mu Ilmu Kebatinan bukan berarti lo gak mampu ''

" kenapa Jar ?"

" hati lo masih memiliki dendam atas kematian kedua orang tua lo yang meninggal karena menjadi korban pesugihan mir "

" iya juga sih, harus nya aku saja yang menjadi korban jangan kedua orang tua gue"

" mir lo jangan bilang begitu ini sudah jalan nya " ucap ku sambil memeluk nya

" lo bayangin mana ada sih seorang anak yang masih membutuh kan bimbingan dan kasih sayang harus ditinggalkan kedua orang tua, dengan terpaksa gue menjual rumah peninggalan mereka, dan harus tinggal di ladang sendirian, kalau aku tidak di bimbing abah mu satu tahun yang lalu aku tak akan sekuat sekarang Jar"

"kenapa sih lo gak bilang murid abah dari kemarin"

" buat apa ? apa harus gue pengumuman keliling kampung "

"ha..ha..ha..ha gak gitu juga kunyuk "

" terus kenapa kita naik ke pohon setinggi ini ?"

" lo akan tau sebentar lagi " ucap amir,

aku mencoba melihat sekeliling tapi gak ada pergerakan apa pun, badab ku bergetar ngilu ketika melihat ke bawah ku memeluk amir dengan erat karna takut ketinggian, langit begitu cerah bintang-bintang kerlap-kerlip memancarkan pesona nya,walaupun belum Bulan Purnama cahaya bulan pun cukup terang menunjukan keindahan suasana malam , jadi ingat dongeng Nini Anteh yang di ceritakan nenek waktu aku masih kecil, Nini Anteh terpaksa kabur kebulan karena takut sama pangeran Antara Kusuma yang mencintai nya karena sang pangeran sudah menjadi suami putri Endahwari kaka angkat nya, mungkin kah nini anteh sekarang masih tinggal di bulan sambil menenun kain yang akan di jadikan tangga untuk turun kebumi. Hati nini anteh memang luar biasa dia mengorbankan cinta nya terhadap pangeran Antara Kusumah demi kaka tirinya.

" Jar... lihat ke arah hutan" ucap amir sambil mengusap tangan ku, aku pun melepas pelukan di pinggang amir sambil melihat ke arah hutan yang amir sebutkan dan benar saja segerombolan orang membawa obor berjalan ke arah hutan, walaupun tidak terlihat jelas tapi jumlah mereka lumayan banyak,

" siap mereka mir "

" aku gak tau jar"

" kira-kira mereka mau ngapain malam-malam pergi kehutan, apakah mau memburu babi hutan "

" gak mungkin memburu malam-malam jar "

" gimana kalau kita ikutin mereka mir "

" lo yakin ? mereka pergi ke hutan jar, bukan ke supermarket "

" Gue tau kunyuk "

" Gue gak mau jar, terlalu beresiko"

" lo gak suka tantangan ?"

" bukan nya gitu tapi aku khawatir dengan keselamatan lo Jar, takut nya anak buahnya bu lastri dan menangkap lo " aku memegang tangan amir

" gue yakin mereka akan menunjukan jalan dimana Jajang berada, kalau kita bersama pasti tidak akan terjadi apa-apa mir "

" ok, kita turun dulu jar " amir pun setuju kami pun bersiap untuk turun dari atas pohon, tapi tiba-tiba angin bertiup kencang, pohon pun bergoyang tertiup angin kami pun memegang erat batang pohon badan ku terasa seperti mau terbang terbawa angin, bulan yang tadi terang benderang mendadak menghilang terhalang awan hitam pekat pandangan kami terbatas,suara lolongan srigala dari dalam hutan menjadikan suara makin mencekam, samar-samat aku melihat makhluk hitam sedang merangkak naik ke atas pohon cakar nya di tancab kan ke batang pohon badan nya besar berbu tebal mata nya merah menyala gigi nya runcing dan bertanduk, amir nenatap ku badan nya bergetar seperti ketakutan melihat generwo yang sedang merangkak naik ke arah kami,

" aku akan melawan nya mir, tolong ikat yang kuat kaki gue "

" Tapi Jar... ini berbaya "

" santai aja mir, kita akan mengalahkan generwo itu yang selalu mengganggu gue "

amir hanya mengangguk, dia mengikatkan tali di kedua kaki ku,

" aku akan memegang tali nya jar "

" pegang yang kuat mir " ucap ku, amir pun mengangguk pelan, ku kecup bibir amir tiga kali dia hanya diam terpaku aku pun merangkak turun kebawah seperti cicak, tangan ku menggapai dahan pohon tuk menyeimbangkan badan ku, bibir ku kumat-kamit membaca mantra penakluk iblis, ku serang makhluk meyeramkan itu dengan pukulan jarak jauh ku tapi dia berhasil menghindar dan loncat ke dahan pohon sambil menggeram suaranya menggelegar mengetarkan jantungku , suasana pun makin mencekam angin semakin kencang suara-suara aneh memenuhi telingaku erangan, jeritan, hembusan, serta suara-suara aneh lain nya membuat bulu kuduk ku bergidig kencang. Makhluk mengerikan itu menarik kaki Amir otomatis Amir melepaskan tali yang terhubung dengan ikatan di kedua kaki ku. AMir menggantung di atas pohon ,kaki nya meronta melepaskan pegangan generwo yang terus menarik nya, aku pun terjun bebas ke bawah cengkraman tangan ku di batang pohon tidak mampu menahan berat badan ku. Tas dalam gendongan ku jatuh ke tanah badan ku mengantung dua meter di atas tanah. Ku tengkukan badan tuk meraih tali yang mengikat kaki ku tapi ini tidak mudah, badan ku terus mengayun kekiri dan kekanan tertiup angin kencang,

Amir berhasil menendang bagian kepala generwo sehingga generwo pun jatuh dan menghilang. Amir pun cepat turun dari atas pohon. aku merasakan ada yang dingin merayap di kaki ku yang masih tergantung aku membukukan badan ku keatas ternyata seekor ular hitam besar sedang melingkari kaki ku kepala ular nya terus melingkar membelit ku. Aku teriak sekencang-kencang nya,

" amirrrrrrr tolong ... ada ular di kaki ku " amir pun memegang tangan ku yang masih mengantung

" Jar ular nya membelit mu gimana cara lepasin nya, jalau gue pukul tih ular takut malah kena tubuh lo, aduh merinding gue..."

" potong tali yang mengikat kaki gue kunyuk " ucap ku sambil membentak nya, belum saja amir memotong tali yang mengikat kaki ku dia sudah jatuh terlentang. kaki nya di seret oleh generwo masuk ke semak-semak, amir pun berteriak kencang menjerit kesakitan ketika badan nya terbentur ke akar pohon besar yang menjalar di tanah, kemudian badan nya menghilang di telan gelap nya malam.

Ular pun sudah membelit seluruh tubuh ku kepala nya sudah ada di hadapan mukaku, dengan sigap kedua tangan ku mencekik leher nya, matanya mengeluarkan sinar merah menyilaukan mataku membuat otak dan pikiran ku melayang mantra-mantra ku hilang aku seperti di hipnotis, ku lepaskan cekikan di leher ular, ku rasakan lidah ular menjilat leher ku badan ku merinding nikmat, jilatan nya seperti membangkitkan hasrat birahiku, mataku terpejam badan ku seperti melayang ke awang-awang, entah bagaimana caranya ular siluman yang membelit tubuh ku yang masih menggantung berhasil membuat ku telanjang bulat, denyutan otot-otor ular yang melilit di tubuh ku membuat alat kelamin ku ku ereksi, aku mendesah nikmat belum pernah aku merasakan bercinta senikmat ini, pentil susuku bersentuhan dengan gesekan kulit ular rasanya nikmat nya menjalar keseluruh tubuh ku.

Gesekan badan ular di alat kelamin ku terasa nikmat melebihi kocokan tangan. gesekan nya berhasil menyentuh titik-titik rangsangan pada otot penis ku , aku terus mendesah badan ku menggelinjang nikmat, sentuhan lidah ular kini menggelitik telingaku, aliran nadi dan darah terasa hangat menjalar ke seluruh tubuh ku, lambat laun kesadaran ku pulih, aku pun membuka mata kilatan cahaya belati yang terpantul dari cahaya bulan mengarah ke tali yang mengikat kaki ku,

Aku pun terjatuh bersama ular yang membelit tubuh ku, aku melihat dua orang laki-laki berdiri di bawah sambil menarik ekor ular yang masih membelit badan ku , aku pun terguling di tanah beberapa kali terbawa tenaga dari lilitan ular sampai ular nya terlepas dan berubah menjadi bola api dan terbang ke arah rimbun nya pepohonan di dalam hutan, aku duduk di atas rumput dengan posisi kaki di tekuk sabil membuka tali yang mengikat kaki ku. Aku gak berani berdiri karena badan ku masih telanjang bulat.

" pakai kembali baju mu jay..." ucap seseorang sambil melempar baju ke arah ku, aku sangat mengenal suara nya ...!