Kami pun melanjut kan perjalanan masuk ke dalam hutan samar-samar dari kejauhan kami mendengar suara jeritan.
" Suara Jeritan mir apa gue gak salah dengar " Ucap ku berbisik sambil terus berjalan melewati pepohonan
" Aku juga dengar Jar sepertinya dari puncak bukit" Amir pun mempercepat langkah nya aku mengikutinya, hembusan angin dingin dari arah belakang membuat bulu kuduk ku merinding, aku merasa ada sosok yang mengikuti kami dari tempat kami tadi ketemu sama babi hutan, tapi aku melirik ke belakang tidak ada pergerakan apapun, amir menghentikan langkah nya pandangan nya lurus ke atas pohon.
" Ada apa mir ? "
" Aku melihat makhluk yang menyeret ku tadi di atas pohon jar" Dan benar saja aku melihat makhkuk berbulu hitam kuku nya tajam matanya merah menyala melihat ke arah kami,
" gendruwo mir, mungkin dia suka sama lo"
"Bukan nya generuwo sukanya sama perempuan"
"Generuwo dapat mengubah penampakan dirinya mengikuti wujud fisik seorang yang di sukai manusia itu sendiri untuk menggoda nya,"
"Maksud lo gue gak ngerti hal-hal gaib Jar"
"Ya generwo itu bisa berubah menjadi apapun sesuai yang dia inginkan, jadi siluman ular lah, berubah jadi manusia juga bisa, bisa jadi laki-laki bisa jadi perempuan juga bisa, generuwo makhluk yang paling iseng dan cabul, jago memuaskan pasangan nya kalau bercinta, mau coba lo..? "
" Amit-amit, apakah bu lastri generuwo juga karena berubah jadi ular siluman"
"Kemungkinan dia menikah dengan geneuwo dan melakukan perjanjian tertentu biasanya meminta korban manusia dan apabila tidak di penuhi akan berakibat buruk kepada pelaku pesugihan nya"
"Apakah mungkin kedua orang tuaku jadi korban pesugihan juga Jar"
" Aku gak tau Mir bisa juga korban teluh, karena bu lastri itu iblis yang berwujud manusia, dia juga ilmu teluh nya tinggi"
"Fajar makhkuk itu sudah ada di belakang lo"
"Kata abah lo gak usah takut mir"
"Tapi gue takut"
"Kalau lo takut lari kunyuk" Amir pun membalikan badan dan lari keatas bukit, nafas kami pun ngos-ngosan, amir merebahkan badan nya di atas rumput begitu juga aku, kami mengatur nafas, gak mudah lari melewati tanjakan ditengah hutan dengan pencahayaan bulan yang tidak terlalu terang karena terhalang rimbunnya dedaunan.
"Kenapa sih gak lo lawan aja itu generuwo jar"
" Gue gak mau buang energi mir kalau masih bisa lari ya lari aja" Jawab ku enteng.
" Dasar lo, Jadi gimana nih sekarang, gue udah cape banget Jar"
" Kita istirahat di sini aja mir, karena di sini lokasi nya tidak terlalu banyak pohon, jadi kita akan lebih leluasa melihat pergerakan apapun lagian posisi kita ada di atas bukit" Kami pun membuat perapian kecil untuk menghangat kan badan. Kami pun tidur terlentang di pinggir perapian sambil menatap langit cahaya bulan begitu terang tanpa penghalang, bintang-bintang bertaburan begitu indah, aku melirik jam tangan sudah jam dua lebih dua puluh menit pantesan dingin nya sampai menembus tulang.
" Mir boleh gue meluk lo, gue kedinginan" Amir pun tidur menyamping menghadap ku, wajah kami saling berhadapan nafas kami beradu, badan kami merapat tanpa jarak, amir memejamkan matanya, ku kecup pelan bibir nya, dia tak bereaksi apa-apa,
" Mir lo gak boleh tidur, takut nya kita di kerjain pas lagi tidur"
" Tenang aja gue hanya menikmati kehangatan tubuh mu, gue lagi membayangkan memeluk si Lilis anak tukang sayur di pasar dia tuh cantik banget"
" Sialan lo" Tapi ide mesum ku selalu muncul dikala ada kesempatan.
"Lo bisa bayangin gak bibir gue seolah bibir si lilis"
"Engga ah, nyari kesempatan aja lo"
"Cobain aja kunyuk"
"Baiklah" Yes dia mau, aku pun langsung melumat bibir amir tanpa ampun,
"Aw pelan-pelan fajar, bekas cukuran kumis lo kasar banget, mana mungkin si lilis bibir nya kasar" Ucap amir sambil melepaskan bibir ku nyang nyosor gak jelas, terbawa nafsu, amir memeluk ku erat dan mengunci kepala ku menyusup di dadanya,
"Udah diem aja lo jangan macam-macam" Aku pun menikmati dekapan nya, pelukan hangat nya membuat ku nyaman, entah berapa lama kami berpelukan dan ketiduran yang pasti sampai perapian padam,
Lolongan anjing hutan dari arah timur membuat bulu kuduk ku merinding, aku melihat burung gagak berterbangan ke arah timur, sambil mengeluarkan suaranya menambah ketir suasana, aku melihat Amir masih terlelap aku mengecup bibir dan kening nya, gak tega aku membangun kan nya, ku ambil dua pisau belati perak pemberian abah dari tas ku dan ku selipkan pinggang kiri kanan. Ku tutup muka ku dengan ciput ninja, Aku melihat ke arah amir ternyata masih terlelap, aku gak mau dia melihat ku ketika aku menggunakan kekuatan arjuna,
Entah kenapa hati ku makin gelisah tah karuan, ada apa ini, wajah abah berkelebatan terus di dalam batin ku, aku pun duduk bersila di dekat bekas perapian, aku baca pemanggil arjuna khodam yang sudah masuk kedalam jiwaku, hawa dingin yang tadi menusuk tulang ku kini berubah menjadi hawa hangat menjalar keseluruh nadi tubuh ku, ini kekuatan arjuna, badan ku terasa ringan seringan ringan nya, sejak arjuna masuk kedalam tubuh ku aku belum memanfaatkan kekuatan sepenuh nya,
Aku melihat cahaya bulan sudah condong ke barat pasti sebentar lagi subuh, sayup-sayup terdengar suara keramaian mungkin warga desa mendekat ke lokasi kami,
Aku pun merentangkan tubuh ku yang begitu ringan seperti kapas yang tertiup angin, aku naik ke pohon besar dan melompat dari pohon satu ke pohon lain nya, "terimakasih tuhan kau menyatukan ku dengan arjuna" Burung gagak terbang nya mengarah ke Lembah tepat di atas jurang yang di bawah nya mengalir sungai yang cukup dalam aliran nya mengarah ke air terjun di desa kami, pantesan air nya begitu jernih dan gak pernah kering mata air nya dari hutan larangan yang begitu luas entah berapa ribu hektar luas nya, katanya hutan nya sampai menembus ke hutan sancang patilasan Prabu Siliwangi yang merupakan salah satu hutan legendaris dan penuh misteri di tatar pasundan.
Aku pun masih berdiri di atas pohon sambil memasang mata dan telinga mengawasi keadaan sekeliling, Kilatan cahaya obor dari atas tebing membuat ku penasaran, aku pun kembali melompat ke pepohonan mendekati arah cahaya, angin pun mendadak berhembus kencang, burung gagak hinggap di atas dahan pohon yang sudah sebagian daun nya berguguran, dan tepat di bawah dahan pohon tergantung sosok laki-laki dengan kaki di ikat di atas, tangan nya terikat di belakang punggung nya, nampak leher nya sudah di gorok darah nya kental masih menetes menutupi mukanya lidah nya menjulur keluar, baju nya robek kulit badan nya meneteskan darah seperti bekas cambukan, "sangat kejam mereka memperlakukan manusia hanya untuk sebuah ritual dasar iblis" Umpat ku dalam hati,
lima orang memakai jubah hitam berlutut mengelilingi batu besar sambil membacakan mantra seperti sedang menyembah setan, di atas batu besar nampak sosok perempuan berkebaya hijau dengan bawahan samping batik bermotif parang warna putih, namun semua kulit nya seperti terbakar, gak salah lagi dia bu lastri,
Seseorang yang yang berlutut di dekat kepala bu Lastri berdiri dan membuka jubah nya, aku melihat sosok lali-laki perkasa bertelanjang dada dengan kulit yang terbungkus bersisik ular sampai leher nya, dia menggeram sambil berdesis sambil menjulurkan lidah ular nya, ya tuhan dia Jajang sudah di kuasai siluman ular seperti bu Lastri.
Jajang mendekati laki-laki yang tergantung dengan gorokan di leher nya, di menjilat semua darah yang masih menetes dari bekas gorokan di leher nya, aku serasa ingin muntah, suasana makin mencekam burung gagak terbang mengitari tempat ritual sambil terus bersuara nyaring, aku harus segera menghentikan ritual iblis ini segera aku turun dari atas pohon mendekati lokasi ritual.
Jajang mengambil ember tempat penampungan darah dan menyiramkan kan nya ke tubuh bu Lastri, angin pun bertiup kencang obor yang mengelilingi tempat ritual pun mati, kepulan asap hitam pun menyelimuti tubuh bu lastri, sungguh di luar nalar bu Lastri sudah berdiri di atas batu dengan rambut terurai cahaya bulan menunjukan wajah cantik nya dia lebih cantik dan lebih muda dari usia nya.
Aku gak tinggal diam tendangan dan tonjokan ku tepat mengenai dua orang berjubah hitam yang sudah berdiri melihat ke arah bu lastri, Deb... Deb.. Jebet... Jebet, pukulan dan tendangan Brajamusti mengenai sasaran dan sangat mematikan, sontak dua orang pun roboh seketika, aku mengambil posisi kuda-kuda di hadapan mereka, aku mundur sedikit siap-siap jika mereka menyerang ku,
Bu Lastri melihat kearah ku sambil tertawa ketir sangat menakutkan, hati ku bergetar mendengar nya,
" Fajar kau kah itu " Ucap jajang
"Dasar para pengabdi iblis aku akan menghabisi kalian malam ini juga" Ucap ku membangkitkan keberanian padahal hati ku menciut.
" Fajar tolong aku " Ucap Jajang
" Hi.. Hi.. Hi.. Hi.. Hi, Bunuh dia anak ku, hampir saja dia menggagalkan ritual kita, kita jadikan dia korban selanjut nya darah nya akan menambah kesaktian ibu, soal nya dia bukan bocah sembarangan, sudah lama ibu menginginkan darah nya namun dia selalu melawan" Ucap bu lastri
"Jangan bu, dia teman Jajang "
" Jangan bilang kau jatuh cinta sama dia, dasar anak tak tau diri, itu bukan kodrat mu" Teriak bu lastri sambil mendorong tangan nya ke arah Jajang, Jajang pun terpental kebelakang sambil berteriak,
" Ampun bu panasssss"
" Rasain anak kurang ajar, kenapa kalian diam saja bunuh dia" ucap bu lastri kepada dua orang yang masih memakai jubah. Mereka pun loncat dan menyerang ku tendangan dan tonjokan mengarah ke dadaku, aku menggeser kuda-kuda ku ke kanan tuk menghindari tendangan yang mengarah ke dadaku dan menangkap kepalan tangan dan menarik nya ke depan otomatis badan nya doyong ke depan dan ku sambut dengan pukulan di perut nya, dia pun ambruk di tanah, bu lastri tidak tinggal diam dia lompat seperti terbang dengan melancarkan beberapa pukulan dan cakaran ke arah wajah dan dadaku, kuku nya sangat panjang kalau kena pasti bisa mengoyak kulit ku, ku tangkis beberapa pukulan bu lastri,
dia sangat lincah dan gesit walau pun memakai kain samping, aku sangat berhati-hati mengahadapi wanita iblis ini jangan sampai ceroboh, Pupil mata ku melirik ke arah jajang yang masih berguling di atas batu sambil berteriak kepanasan bu lastri membuat dia haus darah dasar iblis betina,
Laki-laki berjubah kembali menyerang ku dengan tendangan melayang aku hanya melengos ke kanan aku sambil menurun kan kuda-kuda, ku tusuk kedua dua pahanya dengan pisau belati namun dia menjatuhkan diri nya ke tanah sehingga lolos dari serangan ku, bu lastri tidak tinggal diam dia kembali menyerang ku, satu persatu ular keluar dari mulut nya dan berbaris menyerang ku, aku membuka gesper dan mencambuk ular jadi-jadian, ku bacakan mantra pengusir iblis, dan dengan satu kali kibasan gesper ku ular-ular pun menghilang dan berubah menjadi asap hitam,
"Kurang ajar kau anak ingusan, kali ini aku tak akan mengampuni mu, selama ini kau selalu saja mengganggu urusan ku" Teriak bu lastri
" Kejahatan mu semakin menjadi-jadi iblis betina, sudah terlalu banyak yang jadi korban, bertaubat lah sebelum terlambat, masih banyak jalan menuju kebenaran"
"Banyak bacot kau anak haram, cepat kalian tangkap dia akan ku jadikan dia tumbal di malam bulan purnama nanti"
Ke empat orang anak buah bu lastri sudah kembali berdiri dan berubah menjadi makhluk mengerikan badan nya berbulu gigi nya tajam matanya merah menyala, mereka langsung menyerang ku dari segala penjuru, aku membaca Jangjawokan Ajian Inti Lebur Sakheti, ingat pepatah abah aku tidak boleh takut dengan bentuk setan apapun,secepat kilat ku sambut serangan mereka dengan pukulan jarak jauh tepat di dadanya, dan akibat nya luar biasa badan mereka terpental jauh dan berubah menjadi asap hitam dan menghilang, Aku mengarahkan Ajian Inti Lebur Sakheti ke arah bu Lastri namun aneh bu lastri tidak bereaksi apa-apa beda dengan waktu di bukit maniis dimana badan nya seketika terbakar, ku lempar kan pisau belati tepat ke jantung nya tapi tidak mempan, malah dia tertawa, ternyata ritual tadi menambah kesaktian bu Lastri.
Jajang merangkak ke arah ku sambil meringis, wajah nya merah kepanasan sisik ular di badan nya sudah ada yang mengelupas, aku berjongkok dan memegang tangan nya,
"Jay tangkap burung gagak yang hinggap di pohon itu dan bunuh, pasti wujud ibu akan kembali ke semula" Ucap jajang, aku pun segera melompat ke arah bu lastri sambil menggempur nya dengan tendangan dan pukulan bertubi-tubi tanpa henti , sampai dia tidak bisa menyerang ku balik, satu kesempatan pada saat dia lengah ku colok kedua matanya, dia pun berteriak sambil kelimpungan memegang kedua matanya, aku pun lompat ke atas pohon dan menangkap burung gagak yang bertengger di dahan pohon,
Dari kejauhan sudah terdengar keributan cahaya obor kelihatan samar-samar mungkin pencarian warga mengarah ke tempat kami, aku mendekati Jajang yang terkapar di atas batu kondisi nya sangat memprihatinkan,
" Jang, ini burung gagak nya, seandainya benar nyawa ibu mu ada pada burung ini itu terserah padamu"
"Dia bukan ibu ku seutuh nya Fajar, dia siluman ular yang memanfaatkan tubuh ibu ku, ibu ku sudah lama meninggal"
"Waktu nya gak lama, sebentar lagi warga desa akan datang kesini, kita harus meninggalkan tempat ini, lo sudah menggorok leher orang pasti akan panjang urusan nya " Tiba-tiba bu lastri menyerang ku dengan tendangan melayang nya tepat mengarah ke dadaku, aku pun terpental jauh, darah segar keluar dari mulut dan hidungku, dada ku sesak, angin kencang tiba-tiba datang, asap hitam menyelimuti tubuh bu lastri awan hitam pekat menyelimuti cahaya bulan, dia pun berubah menjadi setengah ular setengah manusia,
"Hi... Hi.. Hi.. Hi, kau takan ku ampuni anak haram" Lagi-lagi dia menyebut ku anak haram membuat amarah ku memuncak tapi aku sudah lemah tak berdaya, ular nya terus mendekati ku dan siap menerkam, tapi bu lastri tiba-tiba berterik dan memegang leher nya badan ular nya bergelinjang, aku melihat ke arah Jajang dia mencekik burung gagak nya dan mencabut bulu-bulu nya, aku hanya melihat kejadian di luar nalar ku ini yang sangat tidak masuk akal, dia mengambil pisau belati milik ku yang tergeletak di atas tanah dan menusuk burung gagak dan di tancabkan di atas tanah,
Efek nya luar biasa, asap hitam melingkar di atas tubuh mereka berdua, suara teriakan warga makin dekat, seperti nya ada yang tau tempat ini suka di jadikan tempat ritual, sebentar lagi subuh cahaya bulan pun sudah kembali bersinar terang, tubuh bu lastri tergeletak di atas batu dengan keadaan gosong seperti sebelum di adakan nya ritual pemandian darah, jajang tergeletak bertelanjang dada tanpa sisik ular badan nya sudah normal seperti biasa, sesaat aku menikmati pemandangan ini, dadaku bergetar jantung ku berdetup kencang, takan ada laki-laki yang bisa menggantikan dia, dia cinta pertama ku,
Aku mencoba membuat dia sadar ku goyang tubuh nya tapi tetap saja tidak bereaksi, sementara warga desa semakin dekat, tanpa pikir panjang aku mencium bibir nya dengan binal, seperti adegan pangeran yang membangunkan putri salju dengan ciuman, begitu pun aku ciuman satu arah ku makin liar lidah ku menerobos bibir nya tanpa ampun, dan aku merasakan dia membalas ciuman ku, lidah kami berpadu gerak bibir nya mengimbangi lumatan ku, jajang sudah sadar aku melepaskan ciuman nya,
" Kita harus cepat meninggalkan tempat ini jang, " Ucap ku, dia hanya mengangguk pelan. Aku melihat sekeliling warga desa pun semakin dekat gak mungkin kami mengambil jalan ke arah hutan, satu-satu nya jalan dengan melompat ke arah sungai yang ada di bawah tebing mungkin tinggi nya sekitar lima puluh atau enam puluh meter , ingin rasanya aku mendekati sosok mayat yang masih tergantung dengan leher ter gorok untuk memastikan siapa dia , tapi waktu kami sangat singkat pokus ku harus menyelamatkan jajang dari amukan warga karena dia yang menggorok leher korban gak mungkin siluman pegang golok kan, tapi aku juga belum yakin.
" Jang kita harus melompat ke arah sungai ini satu-satu nya jalan, lo siap "
" Aku siap asal bersamamu jay" Ucap nya sambil mengecup bibir ku, tuhan kenapa aku bahagia banget dapet kecupan nya,
" Kita loncat bareng ya satu dua tiga aaaaaaa " Byuuuur...!