Chereads / Dendam Sang Pemuja Siluman / Chapter 5 - Menembus Kelam

Chapter 5 - Menembus Kelam

Pakai kembali baju mu jay..." ucap seseorang sambil melempar baju ke arah ku, aku sangat mengenal suara nya ...! Ternyata Abah sudah berdiri di hadapan ku di temani Amir, entah kenapa aku sangat kesal melihat mereka berdua tersenyum, serasa pengen nampol.

Mungkin kesadaran ku belum sepenuh nya pulih, kepala ku masih agak pusing pengaruh hipnotis ular siluman,

" Kalian mau nonton aku pakai baju...? " Ucap ku kezel.

" Abah cuman takut kamu kenapa-napa jay "

" Jay, baik-baik saja bah..."

" Tapi Jangan lama-lama ada hal yang harus kita bicarakan, " Ucap abah sambil berlalu di ikuti amir, mereka pun masuk kedalam pondok.

segera ku pakai baju tuk menutupi tubuh ku, Indra penciuman ku masih normal, aroma keringat jajang nempel di tubuh ku aku masih mengenal nya, jangan-jangan ular ular yang tadi itu jajang atau hanya jelmaan siluman ular, entah lah, yang pasti itu ular iseng banget bikin gue horny dasar sial.

Aku naik ke pondok menyusul abah dan Amir, aku duduk di hadapan mereka berdua.

" Kalian sudah pada makan " Tanya abah

" Sudah bah tadi amir yang masak " Ucap ku sambil melirik ke arah amir, amir pun menganguk

" Terimakasih pak Darma tadi menolong saya Dari cengkraman generwo " Ucap amir,

" Sama-sama mir, harus nya fajar bisa mengalahkan makhluk-makhkuk kiriman tadi, kamu selalu ceroboh Jay"

" Tapi bah, fajar tadi terhipnotis antara sadar dan tidak "

" Iya karena kamu sudah takut duluan, jadi rasa takut akan mengaburkan akal sehat mu, kita itu makhluk yang paling sempurna jangan pernah takut sama mereka"

" Tapi kan mereka menakut kan dan kuat bah"

" Yakin akan kemampuan mu jay, setiap tindakan harus penuh perhitungan kemampuan mu sudah lebih dari cukup Jay makanya kemarin bisa mengalahkan bu Lastri, " Ucap abah sambil mengusap punggung ku,

" Kalau boleh saya tau keperluan Bapak kesini apa " Tanya amir

" Bapak bersama warga Desa ikut mencari keberadaan bu lastri yang di bawa kabur sama bodyguard nya yang katanya masuk ke dalam hutan larangan "

" Kalau jajang bah"

" Abah kurang tau, mungkin juga bersama ibu nya"

" Terus kalau mereka ketemu mau di apain bah, jangan-jangan mereka akan di bunuh"

" Ya engga jay , justru keselamatan mereka menjadi jaminan beberapa warga kampung yang di tahan di kantor polisi "

" Kenapa warga kampung di tahan ..? " Tanya amir

" Mereka di tuduh menjadi dalang kerusuhan atas pembakaran rumah bu lastri, karena aksi mereka tetap tidak bisa di benarkan oleh hukum, walaupun seandainya benar bu lastri sebagai pelaku pesugihan, tapi gak boleh main hakim sendiri, apalagi kasus seperti ini susah cari bukti"

" Aku mau ikut mencari bah"

" Jangan jay, sebaik nya kamu pulang saja, mamah mu sangat khawatir"

"Bilang aja ke mamah kalau Fajar baik-baik aja, mamah sama bapak tidur di rumah abah kan"

"Tidak, mereka tidur di mess konveksi om kamu, mungkin bapak mu gak kerasan kalau nginep di Rumah abah" Raut muka abah mendadak berubah nampak kesedihan yang teramat mendalam kalau di singgung hubungan nya sama bapak yang masih perang dingin, aku segera mengalihkan perhatian nya.

" Ya..ya..ya pokonya aku belum bisa pulang bah, sebelum masalah bu lastri selesai, soal nya fajar yang menjadi penyebab nya"

" Jay...jangan menyalahkan diri mu sendiri, kamu kan hanya menolong keluarga bu Aisah dari tumbal pesugihan bu lastri"

" Tapi bah---"

" Jay, satu kali ini saja nurut sama abah, malam ini akan ada tumbal lagi karena ini malam bulan purnama, apa lagi bu lastri sekarang sudah banyak pengikut nya, "

" Tapi kan Jay ikut sama abah, jadi gak bakal terjadi apa-apa "

" Tetap gak boleh jay, Abah masih banyak urusan "

" Tapi fajar gak mau pulang bah"

" oke... kalau kamu gak mau pulang, tapi kamu gak boleh keluar dari pondok ini, abah akan memagari pondok ini dari pengelihatan Jin, siluman, setan dan makhluk lain nya supaya kalian tidak di ganggu lagi seperti tadi"

" Iya bah... " Ucap ku singkat

" Bapak nitip Fajar ya mir, tolong jaga dia jangan sampai keluar pondok, dia suka bertindak bodoh "

" Abah ko ngomong nya gitu" Ucap ku kesal, Aku melihat bibir amir tersenyum mendengar ucapan abah.

" Abah gak mau kamu celaka lagi seperti waktu itu sampai koma satu minggu karena kebodohan mu Jay" Aku hanya tertunduk malu mendengar ucapan abah, "

" Aku siap menjaga Fajar pak, nyawa saya taruhan nya "

" Makasih Mir " Ucap abah

" Duh mir lo, lu liat ular aja ngacir apalagi liat Hantu, gimana ceritanya bisa menjaga gue"

" Jay---" Bentak abah

" Iya maaf "

" Ingat pesan abah satu jengkal pun gak boleh meninggalkan pondok ini "

" Iya abah " Ucap ku ketus

" Jay, Mir, abah pergi dulu ya"

" Iya bah hati-hati "

Abah pun meloncat dari pondok dan menghilang di telan gelap nya malam, menyusul warga kampung yang sudah masuk kedalam hutan,

" Mir kita ikuti waga ke dalam hutan yu... Gue khawatir sama abah, perasaan ku ku gak enak"

"Jangan Jar, lo gak dengar omongan Abah mu tadi"

"Mir gue akan tetap pergi, lo gak usah ikut campur ini urusan gue" Ucap ku sambil meraih tas gendong dan berjalan ke arah pintu yang masih terbuka. Tapi amir mencegat jalan ku sambil menutup pintu, ku pegang bahu amir dan mendorong nya, tapi kuda-kuda amir sangat kokoh dia mendorong badan ku dengan kuat, aku pun mundur beberapa langkah dan akhir nya badan ku jatuh di atas tempat tidur.

Dengan sigap amir duduk di atas perut ku sambil memegang kedua tangan ku.

" Lepasin mir, please gue mau mencari jajang "

" Gak boleh ini sudah malam jar bahaya... "

" Tapi lepasin gue dulu kunyuk... "

" Gak mau sebelum lo janji gak akan kabur "

" Gue gak mau janji apa pun, lagian siapa lo ngatur-ngatur gue"

" Gue hanya menjalankan amanat Abah lo jar, lagian gue juga gak mau terjadi apa-apa sama lo"

" Jangan so peduli, lepasin tangan gue sakit kunyuk "

" Ok terserah lo mau pergi atau engga.. Lo memang keras kepala Fajar " Bentak amir sambil melepaskan tangan ku, aku tertegun sesaat, baru kali ini aku melihat nya marah, mata nya merah tersorot cahaya lampu tempel yang di kaitkan di bilik anyaman bambu,

" Maaf gue membentak lo " Ucap amir, yang masih duduk di atas perut ku, aku tidak menjawab ucapan nya,

Ku tarik kerah baju nya wajah kami merapat pandangan kami beradu, bibir tipis nya nampak menggiur kan, tatapan nya masih memendam emosi, badan kami bersatu wajah kami semakin dekat, bibir kami hampir bersentuhan, namun dengan sigap tangan kiri nya menutup mulut ku sedangkan tangan kanan nya menahan berat badan nya,

" Pinter banget lo nyari kesempatan Fajar "

" Tapi lo suka kan" Ucap ku dengan suara pelan karena mulut ku terhalang jari tangan nya,

" Suka dari mana nya, Rasanya tak nyaman di peluk dan di cium sesama laki-laki, "

" Lo harus bertanggung jawab Amir "

" Maksud lo ? "

" Lo yang duluan nindih badan gue "

" Tapi kan gue cuman menahan lo supaya gak kabur"

" Alasan " Ucap ku sambil menepis tangan nya yang masih menempel di bibir ku, tangan kanan ku memegang erat tengkuk nya, hidung dan dahi kami bersatu hembusan nafas nya membangkitkan gairah ku, amir cukup terkejut dengan aksi ku, ku remas pelan rambut nya, tangan kiri ku melingkar di pinggang nya supaya tetap menahan badan nya agar tidak terlepas.

" Boleh kan gue mencium bibir lo lagi mir? "

" Gak boleh "

" Kalau gak boleh biarkan gue pergi "

" Itu pilihan sulit jar, gue takut----"

" Takut apa ?"

" Takut terjadi apa-apa sama lo"

" Lo percaya takdir kan? "

" Tapi Jar---"

Ucapan amir terhenti dadanya berdetak kencang nafas nya makin menderu, aku merasakan dia menekan pantat nya di atas penis ku, ada tekanan benda keras dari balik celana nya, aku yakin itu bukan pistol atau pisau belati.

Aku lebih suka tantangan, akan ku taklukan laki-laki Hetero seperti amir , rasa nya beda banget kejantanan nya benar-benar membuat ku bergairah.

Aku tak ingin membuang waktu Ku lumat bibir tipis nya dengan ganas, lidah ku menelusuri garis bibir amir yang masih tertutup rapat, ciuman ku masih tanpa balasan, tapi dia lebih erat mendekap tubuh ku, tangan ku menyibak baju yang masih menutupi punggung nya, ku telusuri otot punggung nya yang lebar dan kokoh, ku remas pantat sintal nya, tapi aku menyerah bermain di area karena ciuman ku tanpa balasan.

" Aduh gue engap mir, bisa-bisa gue bisa mati kehabisan nafas " Ucap ku sambil mendorong dan membalikan badan nya, amir tidur terlentang di samping ku,

" Maaf jar, badan gue berat ya? "

" Gak juga , gue cuman takut lo nyaman aja, soalnya di cium dikit aja penis lo langsung Ereksi,

" Masa sih, engga ah ini masih lemes "

" Mana gue pegang "

" Et jangan dong " Ucap nya sambil menutup selangkangan dengan kedua tangan nya"

" Ha.. Ha... Pasti malu, iyakan ?, kalau lo menikmatinya jujur aja jangan di tahan entar pantat lo bisulan"

"Apa menikmatinya gak mungkin gue normal cuy"

"Emang lo pernah punya pacar"

"Ya belum sih, gue belum berani nembak cewe takut di tolak"

"Cemen lo, Pantesan gak bisa ciuman"

"Gue gak nafsu kalau membalas ciuman laki-laki Fajar"

"Tapi paling tidak lo harus bisa ciuman biar gak malu-maluin kalau punya pacar nanti"

"Entar juga bisa sendiri"

"Mau gue ajarin"

"Kaya pernah ciuman ama cewek..aja? Bukan nya lo Banci" Aku tertegun sesaat mendengar amir menyebut ku banci, sudah lama aku tidak mendengar kata itu, aku turun dari tempat tidur dan duduk dengan lutut di tengkuk ke dada, punggung ku bersandar ke tempat tidur membelakangi Amir, waktu kecil aku sering di buli dengan kata-kata Banci, walau pun sekarang aku sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa dengan tubuh atletis dan lebih memilih aktivitas seperti anak laki-laki pada umum nya seperti sepak bola, renang, pencak silat, tapi benar kata Amir aku masih tetap Banci yang lebih tertarik dengan otot laki-laki dari pada payudara.

"Fajar lo ngambek"

"Engga, ucapan lo bener mir, dulu waktu kecil gue suka nangis kalau aku di katain banci, terkadang aku suka marah sama tuhan kenapa aku di takdir kan begini, orientasi ku berbeda dengan laki-laki pada umum nya,

" Sorry Jar gue gak maksud menghina lo Jar"

" Gak papa mir, emang gue udah di takdir kan gak akan bisa bahagia, hidup seperti gue gak akan bisa di terima bahkan sama keluarga sendiri, "

" Maksud lo jar"

" Ya, coba aja lo bayangin seandainya orang tua gue tau kalau gue suka sama cowok, mungkin gue akan di usir dari rumah"

"Aku gak bisa mendalami perasaan lo Jar, tapi gue akan selalu ada buat lo, gak perduli orientasi lo apa"

"Gue kotor mir gue cabul gue manusia hina," Aku berusaha menahan tangis, tapi gak kerasa air mataku menetes, dadaku bergerak turun naik, amir pun turun dari tempat tidur dan memeluk ku,

" Fajar sorry kalau ucapan gue bikin lo sakit hati, tapi gue nyaman-nyaman aja ko, gue akan berusaha menjadi tempat lo berbagi jar,"

"Makasih mir lo sudah ngertiin gue, tapi maaf gue harus pergi menyusul abah ke dalam hutan perasaan gue gak enak"

"Oke kalau lo maksa , gue temenin lo ya"

"Lo yakin ? "

" Ya ngapain juga kita diam di sini sementara warga yang lain lagi berjuang demi keamanan di kampung kita"

"Tumben lo pinter mir"

" Aku siap-siap dulu jar"

**

Jalan setapak sudah tidak ada lagi kini Kami berjalan pelan diantara semak-semak yang bercabang lebat, pohon besar yang sudah berlumut menjulang tinggi, daun-daun rindang nya menghalangi terang nya cahaya sang penguasa malam , cahaya senter pun yang tidak terlalu terang menjadikan jarak pandang kami terbatas, suara langkah kami pun di iringi nyanyian hewan malam yang mampu memecah keheningan. lolongan anjing hutan dari kejauhan seperti pertanda kami akan kedatangan tamu. angin malam begitu dingin menembus jaket aku kenakan,

Amir pun menggigil kedinginan.

Kami sudah masuk kedalam hutan larangan. sudah hampir satu jam berjalan tapi tak menemukan tanda-tanda apapun entah ke sebelah mana warga desa berjalan, aku menghentikan langkah kaki ku, ku arahkan senter ke semua penjuru semuanya nampak sama hanya pergerakan dedaunan yang tertiup angin, Telinga ku mendengar suara orang berjalan seperti sedang menyeret kayu bakar atau semacam nya, gesrukkk.. Gesrukkk... Gesrukkk... Gesrukkk, suaranya mendekat ke arah kami, tapi Kemabli menghilang.

" Amir lo dengar suara-suara aneh itu gak " Dia hanya mengangguk dan melihat sekeliling, aku mematikan senter dan menarik tangan amir mepet ke pohon besar, remang-remang cahaya bulan menjadi sumber penerangan kami, jari tangan kami bersatu tubuh kami mendadak lemas pantat kami pun jatuh ke tanah.

" Fajar apapun yang terjadi kita gak boleh lari di hutan ini, akan sangat berbahaya untuk kita, kita gak boleh berpisah nanti bisa tersesat" Aku hanya mengangguk pelan.

" Mir mungkin kita salah Jalan, makanya kita belum menemukan warga desa"

" Aku juga gak tau, sutttt" Ucap amir sambil menempelkan jari telunjuk nya di bibir ku. Suara gemuruh kencang mendekat ke arah kami, ternyata segerombolan babi hutan berlari melewati kami, kami pun tersentak kaget namun sedikit lega karena yang datang hanya babi hutan.