Badan ku terasa membeku, setelah beberapa menit berenang menjauhi tempat kejadian, ku rebahkan badan ku di atas batu besar sambil mengatur nafas di ikuti oleh jajang. Suara aliran air serta suara hewan malam menambah suasana mencekam.
"Buka jaket dan t-shirt lo jay biar gak terlalu dingin" Ucap jajang. Aku pun duduk dan membuka baju basah yang menempel di tubuhku kemudian memeras nya. ku tiriskan baju basah ku di atas batu,
" Jay dada mu merah kena pukulan tadi, apa masih sakit " Tak sepatah kata pun aku menjawab nya, kesadaran ku belum sepenuh nya pulih ini seperti mimpi bagi ku, begitu mengerikan dan menakutkan.
Jajang berlutut di hadapan ku dia membuka sepatu dan meniriskan nya, aku terus memperhatikan nya, kenapa jajang bisa setenang ini dia kan habis bunuh orang, apa mungkin bukan dia pembunuh nya atau kah dia sedang di kuasai siluman ketika membunuh orang, ini masih jadi misteri bagi ku, tapi siapa pun pria di hadapan ku ini aku sangat mencintainya melebihi apa pun, cahaya bulan begitu terang, aku berdiri di atas batu besar sambil melihat sekeliling, air sungai mengalir dengan tenang kejernihan nya bak cermin yang mampu memantulkan bayangan.
Jajang melangkah mendekati ku. tatapan kami beradu , dia hanya mengenakan celana panjang dan bertelanjang dada, kini nampak kulit nya mulus sempurna tak bersisik lagi seperti tadi pesona nya membuat ku meneguk saliva beberapa kali, kedua tangan nya memegang pipi ku kiri kanan, kening kami menyatu hembusan nafas nya membuat dada ku berdebar kencang , dia cinta pertamaku dan mungkin juga cinta terakhir ku, dia memberi tiga kali kecupan di bibir ku,
" Jay makasih ya lo udah nolong gue" Ucap jajang sambil menatap ku, aku membalas ucapan nya dengan kecupan di pipi nya kiri kanan.
"Jay lo gak kangen Gue ya..? Kenapa lo gak pernah pulang, lama banget kita gak ketemu,"
" Lo sudah jadi milik orang lain, ikatan pernikahan kalian telah memutus rantai cinta kita"
"Gue di paksa ibu menikah jay,"
"Apapun caranya nya dia lah yang menjadi jodoh lo"
"Tapi kan Kita saling mencintai Jay"
"Ya tapi itu salah, tak akan ada pembenaran untuk cinta kita, kini saat nya kita berjalan lurus sesuai kodrat"
" Tapi Gue tidak bahagia dengan pernikahan ini Jay, gue bahagia kalau kita bersama "
" Terus kehamilan istri lo apakah itu juga pertanda lo tidak bahagia, lo sudah memilih jalan hidup yang benar Jang"
Ucap ku sambil menunduk dan menyeka air mata dengan punggung tangan ku. Jajang memeluk ku erat.
"Kita masih bisa berhubungan Jay walaupun gue sudah menikah"
"Tidak jang, jangan menghancurkan ikatan pernikahan lo dengan hubungan terlarang kita"
" Jay lo juga harus bahagia, kita bisa mendapatkan kedua nya"
" Lo egois Jang, lo benar-benar---- " Ucapan ku berhenti setelah Jajang menempelkan telunjuk nya di bibir ku,
"Puaskan Kan aku sekarang Jay" Ucap nya Sambil membuka celana panjang nya, dia berhasil membangkitkan hasrat birahi ku, akal sehat ku terhenti ketika dia sudah tak berbusana.
Wajah maskulin dengan tubuh yang atletis membuat darah ku berdesir kencang, tapi aku belum yakin kalau dia Jajang sebagai manusia seutuh nya,
"Buat aku yakin kalau kamu jajang yang ku kenal" Jajang tidak menjawab ucapan ku, dia menelanjangi ku sampai kami sama-sama tak berbusana, aku pun tak kuasa menolak. Setan telah menguasai batin dan jiwaku. dia mendarat kan ciuman di bibir ku, ciuman hangat satu arah, aku ragu membalas nya. Jari tangan nya menelusuri punggung ku dan sesekali tangan nya memijat belahan pantat. Telunjuk nya menelusuri garis sampai area bawah ku, sentuhan membuat hasrat ku semakin memuncak.
Jajang memeluk ku erat aku pun membalas pelukan nya jari tangan ku menelusuri lebar punggung nya, ada yang mengeras bagai perkakas, meronta bak gelora, permainan ini begitu berbeda ini di alam terbuka di atas batu di pinggir sungai di tengah hutan belantara, cahaya bulan menjadi saksi, udara dingin dini hari yang menusuk tulang membuat ku butuh pelukan, rindu kehangatan.
"Jay kamu semakin ganteng setelah satu tahun kita tak bertemu, otot tubuh mu makin mempesona aku makin suka"
" Gombal "
" Beneran sayang, lo membuat ku candu Jay" Ucap nya sambil mencium leher dan dadaku, lidah nya menjilati pentil susu ku bergantian, aku mendesah keras sambil meremas rambut jajang dan menekan kepala nya, sedotan dan jilatan nya di di area dada ku begitu nikmat, aku menuntun nya kembali berdiri tatapan kami beradu jarak kami begitu dekat. Kami saling pandang, aku begitu mengagumi tubuh indah nya, bongkahan berotot nya begitu sempurna membuat ku meneguk saliva.
Jajang kembali melumat bibir ku pelan-pela aku membalas ciuman nya, lidah nya menerobos kedalam mulut ku, lidah pun berpadu beradu nafsu, kuberikan servis terbaik di permainan bibir ini, tangan ku menelusuri setiap lekuk tubuh nya membuat dia makin mendesah dan mengerang suaranya memecah sunyi suasana, sesaat kami bibir kami terlepas tuk mengambil nafas, Jajang mengambil alih kendali tangan nya memegang kepalaku lidah nya menerobos mulut ku tanpa ampun ku imbangi setiap gerak bibir nya.
Akan ku taklukkan laki-laki perkasa ini. Ku sandarkan Jajang di atas batu, ku jelajahi setiap jengkal tubuh nya, hisapan, jilatan, ciuman tak ku lewatkan. Ku tenelusuri tiap bagian-bagian sensitif nya sampai dia mengelinjang dan mendesah keras.
Tapu tiba-tiba badan ku terasa hangat dan ringan. seperti ada dorongan kuat badan ku terlempar ke tengah sungai. aku pun berteriak kaget, aku tau ini pasti ulah arjuna yang masih bersarang di dalam tubuh ku. dia gak mau aku bercinta sama Jajang, Arjuna itu khodam yang mendiami benda pusaka gelang bahar warisan Abah ku, akan tetapi karena gelang nya hancur dia pindah kedalam tubuh ku sehingga aku memiliki kemampuan lebih.
" Jay kamu kenapa " Ucap jajang yang masih telanjang bulat di atas batu dia bangun dan menoleh ke arah ku. Yang terlempar ketengah sungai,
"Gak papa jang, gue pengen renang aja jawab ku" Aku pun kembali berenang ke darat mendekati jajang, aku melihat penis nya masih ereksi, aku pun mengambil pakaian ku dan memakainya,
" Jay kenapa lo pakai baju kita belum selesai nanggung sayang"
" Ogah kocok aja sendiri" Ketus ku
" Lo itu kenapa sih, lo tega ya mainin perasaan gue"
" Makanya gak usah baper"
Aku melemparkan tubuh jajang dengan jaket basah milik ku, karena dari tadi malam dia hanya bertelanjang dada, tatapan matanya begitu sayu susunan kalimat cinta di dalam otak ku tak mampu terucap, aku harus mengakhiri petualangan gila ini, aku duduk di depan nya, Jajang pun merangkul tubuh ku, aku pun membalas nya, ku nikmati pelukan hangat nya lama sekali seperti tak mau lepas, setelah puas dia melepaskan pelukan nya dan mengecup kening ku, ku balas kecupan nya dengan ciuman hangat di bibir manis nya lama sekali, berapa menit ya, pokonya lama banget. Setelah penis ku kembali ereksi ku lepaskan ciuman ku, Ini salah dan harus di akhiri.
" Jang ... pake dulu celana lo, "
" lo yakin, nanggung banget nih Jay" aku pun melirik penis nya masih aja berdiri.
" kalau lo masih telanjang gue balik "
" Iya Jay sayang " jajang pun berdiri dan memakai celana panjang nya tapi masih bertelanjang dada,
" bentar lagi subuh, kita nunggu terang dulu baru pulang takut tersesat di hutan "
" iya jay, malah gue ngarep malem terus biar kita bisa berdua terus"
" sudah lah jang, rayuan lo recehhhh gak bakalan mempan, gue harap pertemuan kita yang terakhir, kita harus mengakhiri hubungan ini, "
" Jay kita baru aja ketemu, gue gak mau berpisah dari lo sayang, "
" sayang pala lo Peang, Kita masih bisa menjadi teman baik dan berhubungan layak nya teman. gak ada sex diantara kita"
" Gue gak mau putus dari lo Fajar sayang, hanya lo yang selalu bikin gue bahagia "
" Siti Nurcahyani pasti bisa bikin lo bahagia, sebentar lagi lo juga akan punya anak pasti kebahagiaan kalian lengkap "
" dia bukan anak gue Jay "
" lo jangan bercanda Jang "
" gue serius Jay tapi ini rahasia kita, aku gak mau istri gue tau "
" gue makin gak ngerti Jay sumpah "
" setelah gue menikah dengan Siti Nurcahyani aku gak pernah tidur sama dia, kami selalu tidur di kamar yang terpisah, "
" kenapa itu dosa lo gak ngasih nafkah batin sama istri "
" gue belum selesai cerita Jay "
" oke sory "
" gue lanjutin ya, sejak kami pindah rumah kekayaan ibu makin melimpah apa lagi dia buka koprasi simpan pinjam dengan memasang bunga yang tinggi, gue mulai menentang ibu dan pada akhir nya gue di paksa melakukan ritual di dalam dengan melakukan perjanjian iblis untuk jadi pengabdi setia nya, dengan sarat memberikan korban setiap malam bulan purnama, jelas gue menolak nya, tapi ibu memberikan sebagian darah ku kepada makhluk berwujud Generuwo sehingga mereka dengan mudah nya menjelma menjadi gue seutuhnya dan mencari korban untuk menambah kesaktian ibu, gue pun di kutuk ibu menjadi manusia setengah ular yang haus darah, entah berapa korban yang gue bunuh, gue baru sadar setelah korban meninggal di samping gue jay." aku menghela Nafas panjang mendengar cerita nya, jajang pun menangis dan tidak melanjutkan ceritanya,
" tenangin diri lo Jang, "
" hidup gue gak bakal tenang Jay, termasuk menikahi Siti Nur, gue merasa bersalah sama dia, walaupun dia tak mengandung anak gue, gue akan tetap menjaga nya"
" terus anak yang di kandung nya anak siapa"
" itu anak Generuwo jay,"
" Astaghfirullah " aku kaget mendengarnya antara percaya atau tidak.
" lo gak percaya ? "
" ini di luar nalar gue Jang, ko bisa Siti Nur hamil sama Generuwo"
" bisa lah, Generuwo itu merubah wujud nya jadi gue dan menyetubuhi siti tiap malam, sampai dia hamil "
" siti Nur hamil anak generuwo rencana ibu lo "
" ya tapi dia bukan ibu gue sepenuh nya jay, dia sudah si kuasai siluman Jay, dan apabila dia memakan tali ari-ari bayi yang setengah manusia setengah iblis yang di kandung Siti Nur dia akan hidup abadi dan tetap awet muda katanya "
" kenapa lo gak kabur "
" kemana pun gue pergi, pasti sama bodyguard nya ibu Jay , mana mungkin gue bisa kabur. "
" gue juga pernah kabur ke gunung Raja ke rumah nya Eyang Brata Kusuma supaya bisa lepas dari kutukan ibu, tapi eyang Brata meninggal di kalahkan Ilmu Teluh ibu , tapi sebelum meninggal beliau pernah bilang bahwa, yang mampu mengalahkan ibu adalah orang yang mampu menguasai Ajian Inti Lebur Saketi dan ternyata lo orang nya Jay"
" apakah Eyang Brata Kusuma itu yang mempunyai tongkat berkepala Ular "
" iya Jay "
" dia pernah menemui gue dan menyuruh gue menolong lo Jang, tapi dia keburu menghilang sebelum gue bertanya maksud nya apa"
" Eyang Brata Kusuma memang luar biasa dia masih memberi petunjuk walaupun sudah meninggal "
" iya Jang, tapi gue gak tau lo dalam kesulitan pantesan lo gak pernah datang ke kota nemuin gue "
" kita mulai dari awal lagi ya, gue mencintai lo Jay"
" Gue kan sudah tegas kan, kita akan menjadi teman biasa, "
" Ini gak adil buat gue Jay, pokonya gue gak tidak akan menyerah, akan gue dapat kan lagi cinta lo lagi jay"
" Coba aja " Ucap ku singkat
" yu kita sholat subuh dulu Jang, habis itu kita pulang, semoga ini awal yang baik buat kita "
" iya Jay "
Setelah sholat subuh aku memutus kan untuk pulang, tapi jajang menolak pulang bareng katanya mau menenangkan diri dulu, aku pun berjalan meninggalkan nya yang masih duduk di atas batu di pinggir sungai.
Air mataku menetes tanpa jeda, ucapan bibir ku berlainan dengan gejolak batin ku, yang gak siap untuk melupakan nya, gak siap berpisah dari nya, dia terlalu sempurna buat ku, setelah sepuluh menit perjalanan aku baru sadar bawa pisau belati perak ku hilang yang ada cuman pisau belati emas, aku kembali ke tempat dimana aku dan Jajang beristirahat, tapi ternyata Jajang pun sudah tidak ada, aku juga tidak bisa menemukan pisau belati ku, dan yang membuat ku heran kenapa jajang menghilang kemana dia, katanya mau menenangkan diri dulu, aku pun gak mau ambil pusing, mungkin dia lari kearah lain. aku pun kembali berlari meninggalkan batu besar yang ada di pinggir sungai dan kembali menembus lebat nya hutan.
cahaya mentari mulai mengantarkan hangat nya, kilau nya menembus sela dedaunan, suara burung bersahutan menambak syahdu suasana, tapi karena posisi ku di dalam hutan belantara. jatuh nya beda Banget, suara burung pun membuat ku merinding, lembab nya udara di dalam hutan menjadikan berbagai lumut tumbuh di akar pepohonan. membuat perjalanan ku tidak mudah. butuh waktu satu jam untuk bisa sampai di perkampungan.
Perut ku tidak bisa kompromi aku melihat ke berbagai penjuru hutan siapa tau ada pohon buah yang bisa dimakan, tapi hasil nya nihil keberuntungan tidak berpihak kepada ku, ku langkah kan kaki ku sambil memegang perut yang begitu perih karena kelaparan.
Bersambung....!