Kami kembali melanjutkan perjalanan, suasana keheningan malam makin terasa, jangan pikir aku tidak takut, aku juga manusia biasa pasti takut cuman aku di beri rasa yang lebih peka akan kehadiran makhluk astral yang tak kasat mata, hasil puasa berbulan-bulan dan mati geni, membuat ku tau cara menaklukan mereka, walaupun di atas langit masih ada langit, tapi gak ada salah nya aku menolong mereka, membuat perasaan mereka aman bersama ku, dalam Menempuh perjalanan mulia ini, menolong anak manusia lahir kedunia.
Jalam setapak sudah rimbun dengan semak-semak di samping kiri dan kanan, tanjakan yang mulai terasa menguji ketangguhan lutut kami masing-masing, Arman sudah mulai kelelahan wajah pucat dan ngosngosan, aku memegang tangan nya erat, dia berusaha mengatur nafas nya sambil terus melangkah kan kaki nya,
" ketauan ka arman Jarang olahraga, baru jalan kaki dikit aja udah ngos-ngosan,,, "
" iya tuh masa kalah sama teteh,,,, " ucap bidan Novi
" kalian jangan ledek aku dong, aku kan anak kota jarang main ke gunung "
" alesan.... " ucap ku
" kang Salim sebelah mana sih rumah nya, ko bisa tinggal jauh dari peradaban kang " tanya Arman
" sebenar nya ini rute paling cepat, ada juga rute yang gak lewat tanjakan dan hutan malah itu lebih indah den, tapi rute nya jauh " jawab kang salim
" wih patut di coba tuh, bisa pake motor gak kang,,, "
" ya engga den, ngapain kita jalan kaki ke sini kalau rute yang jauh bisa pakai motor, nanti den kalau akang jadi presiden pasti jalan ke bukit paniis langsung di Hotmix "
" Amin kang, semoga secepat nya akang menggantikan suharto, biar pas kita pulang Nanti jalan nya sudah di Hotmix " Jawab ka Arman kesal,
" bukannya presiden kita sekarang Bj Habibie ka " ucap ku
" o iya yah, salah lagi gue,,,, " kami pun tertawa mendengar ocehan ka Arman, hmmm ternyata arman lucu juga, kenapa kami gak dekat dari dulu, aku mendengar ranting kayu terinjak sontak kami pun berhenti melangkah, ini di tengah hutan mungkin saja kan hewan atau bisa aja ranting pohon yang jatuh, tapi aku merinding mataku memutar arah, deg....! aku agak kaget ketika mataku melihat ke atas pohon besar, arman makin kencang memegang tangan ku,
" kang salim jalan,,, tetap tenang " ucap ku, entah mereka melihat nya atau tidak aku melihat makhluk seperti monyet besar dengan mata merah dengan gigi nya yang tajam, melihat ke arah kami, seperti siap menerkam, kami pun kembali melanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti,
" bu bidan masih semangat " tanya kang salim
" semangat atuh kang ini mah sudah tugas saya,,, ini anak ke berapa kang ? "
" ini anak kedua bu,,, tapi anak saya yang pertama sudah meninggal bu di usia lima tahun, "
" meninggal kenapa kang "
" dia seperti di mangsa hewan buas, leher nya terluka badan nya kering seperti darah nya di hisap sampai habis, dia di temukan di tepi hutan ini "
" waduh kang salim Jangan nakutin,,, " seru ka Arman
" memang kejadian nya begitu den "
" tenang dong ka arman sebentar lagi kita nyampe,,, tuh di ujung bukit sudah ada warga menunggu kedatangan kita, "
" astagfirullahaladzim,,, "
" ada apa kang ,, ? " tanya bu bidan
" lihat di batang pohon besar itu ada ular besar banget, ,,, "
" oke... oke... oke... tenang, tenang, jangan terpancing kang dia hanya memperlambat perjalanan kita aja, ambil jalur lain kang, akang bawa golok kan, ambil jalan memutar kang, sampi ke ujung bukit, obor nya tancabkan di jalan kang, biar kang salim memakai batre Arman "
" ko batre aku sih Jar,,, "
" udah deh jangan bawel, ka arman pegang saja tangan ku "
" Arman - arman, kamu mirip banget sama kaka mu,,, penakut "
" teteh mas Dani kan sudah meninggal jangan bandingkan aku sama dia dong "
" Memang mirip banget Arman.... "
" sabar teteh,,, " ucap ku,
" lagi pula suhunya dingin banget pasti di bawah 15 Derajat celcius ini, "keluh Arman
" kan kita di pegunungan ka Arman "
Lolongan anjing hutan kembali terdengar dari kejauhan, membuat suasana makin mencekam, kang salim jalan di depan sambil membuka jalan untuk kami, untung medan nya tidak terlalu sulit, kami pun akhirnya sampai di atas bukit, Arman langsung menjatuhkan badan nya di rerumputan, begitu juga dengan ibu bidan dan aku, hanya kang salim yang nampak biasa aja, mungkin medan yang kami tempuh sudah biasa bagi nya, beberapa warga kampung membawa obor menghampiri kami sambil memberi kami minuman pelepas dahaga dengan minuman Nira Aren rasanya seger banget, tenaga yang tadi hilang terasa pulih kembali.
Kami pun kembali berjalan di iringi warga kampung menuju lokasi perkampungan, semilir angin dingin khas pegunungan langsung menyapu keringat pemandangan kiri kanan begitu indah, bulan sabit hanya sedikit memberi cahaya, jadi jarak pandang kami terbatas, tapi terlihat jelas sungai yang berkelok air jernih nya seperti pantulan warna perak,,, yang menawan.
Tidak lebih dari enam belas rumah yang ada di perkampungan bukit paniis ini, yang sebagian besar mereka bermata pencaharian membuat gula aren selain bertani, seadainya mudah di akses pasti aku tiap malam kesini menikmati suasana nya yang begitu indah, di depan ku berderet rumah panggung dengan bentuk yang hampir sama memiliki teras yang luas tempat bercengkrama sama tetangga, teriakan seorang wanita membuat kami berlari menuju sumber suara,
" pak Karyo kenapa istri saya,,,," tanya kang Salim
" istri mu kesurupan jang salim,,," ucap pak karyo gugup, kami pun masuk kedalam melihat kondisi ibu Aisah, dia menjerit-jerit rambut nya acak-acakan matanya melotot, dia di pegangi sama empat orang bapak-bapak, di samping nya ada pak ustad sedang baca doa,
" Arjuna aku tau kamu ada dalam tubuh ku, buat bu Aisah pingsan selebih nya urusan ku" ucap ku dalam hati.
Tak lama badan bu aisah badan nya meregang sambil menjerit seperti kesakitan dan kemudian pingsan, asap hitam keluar dari rambut bu aisah, pak ustad dan empat orang yang memegang tangan dan kaki bu Aisah sontak kaget dan mepet ke dinding, kang salim panik dan memeluk istri nya,
" nyai gugah nyai, nyebut nyai ieu akang sudah membawa ibu bidan yang akan membantu anak kita lahir, nyai gugah nyai,,,,,emmmm" bidan Novi memegang punduk kang salim,
" kang Salim, Bu Aisah cuman pingsan, kang salim tenang, biar saya periksa dulu bu Aisah, yang lain tolong keluar dulu, " ucap bu bidan sambil melihat ke arah ku, aku hanya mengangguk entah kode apa, tapi aku mencoba mengerti, aku memegang tangan ka arman yang dari tadi mematung melihat ibu hambil dengan perut buncit rambut nya acak-acaka matanya melotot, siapa pun pasti takut kalau belum pernah melihat yang lebih serem dari ini, aku menarik tangan ka Arman keluar rumah dan duduk di teras rumah kayu, mengikuti yang lain.
" pak Karyo pak ustad bisa bicara sebentar " entah kenapa malam itu suaraku mendadak berkarisma, semua orang menatap ke arah ku,
" iya ada apa den,,, " ucap pak Karyo
" Gak usah bilang aden pak Karyo saya jadi gak enak, perkenalkan nama saya Fajar anak nya pak Burhan dari kampung babakan, ini Arman adik nya Ibu bidan, kita masih satu desa ko Ibu-bapak, cuman kami pertama kali bersilaturahmi dengan ibu-bapak di kampung Bukit paniis ini,"
"sebentar kalau cep Fajar anak pak Burhan berarti cucu nya Abah Darma, " ucap pak karyo sambil menepuk pundak ku, semua orang mengangguk kan kepala mendengar ucapan pak karyo,
" iya pak,,,"
" pantesan kasep tur berkarisma, dulu Abah mu sering membatu warga kampung paniis ini cep, kalau tau cep Fajar mau kesini pasti di sediakan jamuan spesial"
" iya nak, senang sekali kampung kita kedatangan tamu istimewa " ucap pak ustad menambahkan.
" bapak-bapak terimakasih sambutan nya, tapi sekarang kita semua harus menyelamatkan bu Aisah dan Bayi nya, ini malam yang berat bapak-bapak soalnya ini malam selasa keliwon" semuanya diam mendengar ucapan ku, entah dari mana aku tau ini malam selasa keliwon mungkin ucapan Arjuna kali, aku menghela nafas panjang, sebelum melanjutkan bicara.
" pak karyo kumpulkan semua warga sambil membawa alquran dan amparan dan harus dalam keadaan suci dari Najis apapun, nanti pak Ustad yang akan memimpin doa, di usahakan yang ikut berdoa membentuk lingkaran mengelilingi rumah ini "
" siap cep, ayo pukul kentongan supaya semua warga berkumpul " teriak pak karyo
*
" pak ustad maaf bukan nya aku menggurui " ucap ku lirih
" Setelah kejadian tadi di dalam rumah bapak sudah bisa merasakan pancaran sinar dari badan Cep Fajar yang membuat makhluk halus yang merasuki bu Aisah itu pergi " jawab pak ustad
" berkat doa pak ustad juga jalan nya di lancarkan... kami kedalam dulu ya pak,,, "
Aku dan ka arman masuk kedalam rumah melihat keadaan bu aisah,
" gimana keadaan istri akang " ucap ka arman yang sudah tenang sekarang
" alhamdulilah sudah sadar,,,, kata bu bidan baru pembukaan empat"
" masih lama atuh kang " ucap ka Arman
" emang ujang arman ngerti pembukaan empat "
" mana saya tau kang " aku hanya tersenyum
" ari ujang jiga nu enya ngarti wae, mau pada minum apa biar mamang siapin "
" buat Arman mah, air mani aja kang " ucap ku berbisik
" air mani saha jang,, " seru kang Salim, membuat orang yang ada di tengah rumah melihat ke arah kami yang duduk di dekat pintu,
" Ari akang sok aya-aya wae, Air putih akang " seru ka arman sambil mencubit paha ku,
" aw,,, sakit kunyuk ...kang Salim Arman mah gak usah di dengerin, o..iya kang salim ada yang punya lampu petromak gak, soal nya kalau pake lampu tempel penerangan nya kurang maximal, "
" ada di rumah pak Karyo, sebentar biar akang siapin " kang salim pun pergi keluar,
Bu Aisah tidur beralaskan kasur lepet di ruang tengah, bu bidan Novi di temani dua ibu-ibu sedang duduk di dekat bu Aisah terbaring,
" Bu aisah jangan dulu ngeden ya, ini masih lama sekitar dua jam atau tiga jam lagi, " ucap bu bidan sama bu Aisah, bu Aisah hanya menggangguk sambil menahan mules,
"kok belum ada paraji (dukun beranak), ma Itoh biasanya suka bantu tapi ko belum ada " tanya bu bidan,
"Ma itoh sudah di jemput sama Nanang kaka nya si Salim, mungkin lagi di jalan " ucap nenek berkebaya abu-abu rambut putih nya mendominasi di cepol tinggi memakai tusuk konde mirip bibi lung di Mini Seri "the legend of the condor Heroes " versi tua nya, he,,he,,he, mulut nya gak berhenti nyeupah ( mengunyah daun sirih yang biasanya di tambah kapur,gambir dan jambe/ pinang ), kaki nya di selonjorkan ke depan, aku sama ka arman hanya senyum melihat nenek lung, dengan mulut nya yang terus bergerak memainkan seupah nya, sesekali meludah ke tampolong yang terbuat dari batok kelapa yang sudah di kasih abu.
Suara burung gagak membuat suasana malam makin mencekam alunan ayat suci alquran dari luar memecah suasana, tapi ini suasana nya berbeda, di hadapan kami seorang ibu hamil yang sedang berjuang antara hidup dan mati, beberapa peristiwa ibu yang melahirkan di malam keliwon nyawa kedua nya tidak bisa di selamatkan karena ada yang memanfaatkan nya untuk di jadikan korban pesugihan atau sebagai tumbal ilmu hitam, sungguh kejam manusia-manusia yang sudah bersekutu dengan iblis sehingga menghalalkan segala cara,
Tak lama pintu di ketuk dari luar,
" tok....tok...tok...." siapa ucap ku,
" aku ma itoh " suara nenek terdengar jelas, mungkin ma itoh dukun beranak yang di bicarakan sama bu bidan kali , ka arman pun membuka pintu, dan masuk lah seorang perempuan paruh baya dengan badan yang membungkuk, memakai kerudung hitam, tapi aku melihat sorot matanya begitu tajam, entah kenapa firasat ku gak enak melihat ma Itoh, tapi kedatangan ma Itoh di sambut sama nenek berambut cepol dengan ramah, aku pun agak tenang,
" punten laki-laki tunggu di luar pamali " ucap ma Itoh, bu bidan pun melihat ke arah aku dan ka arman, sambil mengangguk, "ma itoh kami banci mak, yang doyan kontol, bikin kezel aja deh", ucap ku dalam hati.
Aku pun nunggu di teras rumah, suasana di luar sudah rame dengan orang yang mengaji di pandu sama pak ustad, membentuk formasi melingkar mengelilingi rumah Bu Aisah, tak lama kang salim pun membawa lampu petromak masuk kedalam rumah,
" kita keliling kampung yu " ucap ku sama Arman
" disini aja takut,,, "
" emang ka arman gak panas "
" panas kenapa udara dingin banget "
" biasanya setan akan panas ketika mendengar alunan ayat suci alquran"
" Oh jadi lo pikir kaka ini setan "
" aku gak bilang begitu ka Arman,,, "
" awas kaka gigit kamu ya "
" idih main nya gigit-menggigit " ucap ku sambil turun dari teras rumah dan lari ke arah bapak-bapak yang sedang bikin api ungun, ka arman pun ngibrit di belakang ku.
" gak pada ikut ngaji pak " ucap ku sama pak Karyo dan kawan-kawan
" biar sama yang masih muda yang ngaji, kita-kita mah sudah gak jelas kalau melihat hurup Alquran,
"Iya deh, gak sekalian bakar singkong pak, "
" cep Fajar mau "
" mau banget pak,,, "
" biar bapak sama pak kartiman yang ngambil singkong di kebun, dekat ko Jarak nya, "
" saya ikut pak,,, "
" ayo,,,, " ucap pak Karyo,
" ka Arman mau ikut gak,,, "
" engga aku disini saja " jawab ka arman
" kalau begitu bapak-bapak nitip ka Arman nya, bilih aya nu merkosa " semua orang tertawa
mendengar ucapan ku, ka arman pun menjitak kepala ku tapi aku berhasil menghindar, dan lari menyusul pak karyo yang berjalan keluar kampung menyusuri jalan setapak sekitar lima menit kami berjalan, aku menghentikan langkah ku,
" pak karyo, pak kartiman berhenti " ucap ku, mereka pun menghentikan langkah nya, sambil berbalik ke arah ku di tangan nya masing-masing membawa obor,
" ada apa cep Fajar " tanya pak karyo
" ada suara rintihan orang seperti kesakitan "
" sebelah mana cep, ko bapak gak dengar,,, "
" ikuti saya pak,,,, " aku pun berjalan ke sumber suara yang aku dengar samar-samar, makin lama makin jelas, dan ternyata benar sumber suara berasal dari dua orang yang terikat di pohon jati dengan luka yang cukup parah,
" pak kartiman siapa mereka,,, ? " ucap ku karena pak kartiman yang terlebih dulu mendekat ke arah korban,
" ini Jang Nanang sama Ma itoh, "
" ko bisa ini ma Itoh, bukan nya ma itoh sudah ada di rumah Kang salim, tolong pastikan, pak "
" benar cep ini yang pingsan Ma Itoh "
" Nang,,,Nang,,,Nang,,, Sadar, " aku lihat Nanang membuka matanya
" iya pak tolong pak, "
" siapa yang melakukan ini sama kalian "
" empat orang berbaju hitam mencegat dan menyerang kami pak" ucap Nanang pelan,
" nak Fajar awas " ucap pak karyo, aku pun bergeser ke kiri sebuah pisau belati hampir saja menacab di pundak ku, dan aneh nya tangan kanan ku reflek menangkap pisau belati yang pasti menancap di pundak kang nanang yang masih terikat di pohon,
" ha..ha..ha..ha, hebat juga lo sekarang Fajar " ucap seorang laki-laki dari tiga laki laki yang berjubah dan menutup wajah nya seperti Ninja, mereka sudah berdiri di hadapan kami, ko mereka kenal aku, siapa sebenar nya mereka ini, ucap ku dalam hati. Ternyata tidak di kota tidak di desa banyak yang tidak suka sama aku, tapi kenapa? aku kan gak pernah Jahat sama orang,
" siapa kalian " tanya pak karyo
" jangan banyak omong kamu, biar ku bunuh kalian semua, karena telah menghalangi maksud kami " ucap pria berjubah yang badan nya paling tinggi,
" kita tidak punya waktu lama bapak-bapak, pak kartiman pergi dari sini cari bantuan, aku dan pak Karyo akan melawan mereka, "
" siap cep " ucap pak kartiman berlari ke arah kampung, namun seorang laki-laki berjubah berusaha mengejar nya, tapi aku tidak tinggal diam pisau belati yang masih di tangan ku, aku lempar dan tepat menancab di punggung laki-laki berjubah dan amruk seketika, teman nya yang bertiga mundur dua langkah entah takut entah bersiap menyerang,
Aku pun memasang kuda-kuda akan aku gunakan ilmu pamungkas ku pemberian abah, pukulan Brajamusti, jurus ini menggunakan telapak tangan yang sangat sangat mematikan lawan, tapi aku akan menggunakan setegah dari tenaga ku, supaya tidak mematikan, pria berjubah mulai memasang kuda-kuda juga, mereka mengelilingi ku, aku melihat pak Karyo mundur beberapa langkah badan nya bergetar, sambil memegang obor, jangan-jangan dia ngompol lagi, asuh dasar aki-aki aku pikir dia berani.
" ayo maju kalau berani " ucap ku menantang, satu serangan dari arah belakang , aku bisa merasakan kekuatan tendangan nya mengarah ke pinggang ku, aku tidak menghindar, ku geserkan tubuh ku ke kiri, ku sambut tendangan nya dengan pukulan brajamusti dan Prakkkk dua kekuatan di adu, Alhasil pria bertopeng langsung terjungkal sambil memegang kaki nya, mungkin kaki nya patah, darah segar keluar dari hidung ku, karena aku menggunakan tenaga dalam yang lumayan menguras tenaga,
Tinggal dua orang lagi yang ada di hadapan ku, dari kejauhan warga sudah mendekat ke lokasi kami bertarung, karena tempat nya tidak terlalu jauh dari perkampungan, mereka saling bertatapan, yang satu langsung memapah teman nya yang sudah terkapar karena pukulan ku, dan yang satu lagi memapah temen nya yang punggung nya terkena lemparan pisau belati, mereka pun kabur berlari meninggalkan kami,
Bukan nya aku tidak ingin mengejar dan membuka topeng mereka, tapi aku lebih mengutamakan bu Aisah dan bayi nya, aku pun langsung lari menuju rumah bu Aisah, secepat kilat aku sudah berada di teras rumah suara bayi menangis terdengar keras, perkiraan bu bidan bayi lahir masih dua jam lagi, pasti ini ada yang tidak beres pikir ku, ku coba membuka pintu tapi di kunci dari dalam,
" kang salim,,, kenapa akang di luar,, bukan nya nungguin istri nya "
" kata ma Itoh aku harus nunggu di luar,,, "
" pak ustad kalau ada kejadian apaun jangan putus bacaan ya pak, "
" iya cep " jawab pak ustad,
" kang dobrak pintu nya kang " ucap ku sama kang salim, "
" satu,,,dua,,,tiga,,, Brak,,,, " aku masuk duluan di dalam nampak gelap lampu penerangan nya di matikan semua termasuk petromak, hanya remang-remang saja cahaya dari luar, " aku
menyorot kan lampu senter ke arah ruang tengah, empat perempuan tergeletak gak sadarkan diri, termasuk Bu Aisah yang bersimbah darah, ku arah kan senter ke arah sudut ruangan dimana suara bayi menangis,
" kang salim, pak ustad tolong...." ucap ku, mereka pun segera masuk ke dalam rumah, aku melihat bu Lastri ibu nya jajang, sedang menggendong bayi, yang masih berlumuran darah, bu lastri sedang asik mengunyah ari-ari bayi yang masih menempel, mendengar ada keributan di dalam beberapa warga kampung masuk kedalam sambil membawa obor, aku bisa melihat bu lastri dengan Jelas, bayi kecil masih saja menangis mungkin karena kesakitan ari-ari nya di makan mu lastri, soal nya belum di putus masih satu nyawa,
Sepertinya bu lastri sedang menjalankan ritual nya dan tidak boleh di ganggu sebelum acara makan ari-ari nya selesai, aku segera melompat dan memberikan pukulan ke leher bu Lastri, sontak Mata bu lastri melotot kali ini matanya sudah menjadi mata ular, bibir nya belepotan dengan darah, ku tendang perut nya tanpa ampun, sampai bayi yang ada di gendongan nya terlepas, kang salim langsung menangkap bayi nya,
Lastri, aku tak akan ,mengampuni mu, aku mengambil sikap bertapa kedua telapak tangan ku di satukan di dada, ku baca jangjawokan "Ajian inti Lebur Sakheti" ajian ini sudah mencapai titi sempurna, aku merasakan tangan ku mulai panas, bu lastri pun sudah berubah wujud menjadi manusia setengah ular, orang kampung yang melihat nya menjerit ketakutan, aku tidak akan memberi kesempatan lagi pada makhluk ini, ku dorongkan tangan ku kedepan dan hawa panas pun memenuhi siisi ruangan, dengan seketika ular jadi-jadian pun terbakar, bu lastri kabur melelui jendela dengan badan nya yang masih terbakat, aku mendengar terikan warga kampung yang masih mengaji di luar, seketika badan ku lemas tak berdaya, pak ustad pun membopong tubuh ku dan di rebahkan di dadanya,
" tolong Minta air,,," ucap pak ustad, aku pun di beri minum air doa, yang membuat badan ku kembali pulih walaupun tidak seratus persen, ka arman pun sudah berada di samping ku,
" biar aku yang urus Fajar pak ustad, pak ustad urus yang lain, " ucap ka arman,
" Bawa kekamar aja, supaya cep fajar bisa istirahat, ucap kang Salim,
Ka arman hanya mengangguk tanda setuju, aku pun sudah berada di kamar dalam pelukan ka arman, paha ka arman menjadi alas tidur ku, dia mengusap pipi ku kiri kanan, dan gilanya dia mengecup bibir ku,
" ka arman, jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan ya, aku gak suka"
" ko marah sih, kaka kan hanya menujukan kasih sayang"
" terserah deh,,,," aku pun bangkit dan mau keluar kamar, ka arman memeluk ku,
" jar maafin kaka, kamu istirahat dulu biat cepat pulih,"
" ka, aku sudah baikan ko benar, "
" bener ,,, ? "
" iya ka,,, aku gak selemah yang kaka pikir " ka arman kembali memegang pipi ku dan mengecup lagi bibir ku, kali ini kecupan nya agak lama seperti menunggu balasan, aku menggerakan bibir ku dan membalas kecupan nya, kemudian aku melepas nya,
" cukup ka, masih banyak yang harus aku selesaikan, otak mesum nya di jaga, biar tau waktu " ucap ku sambil mendorong badan ka arman yang masik melingkarkan tangan nya di pinggang ku, aku kembali kerung tengah bergabung dengan yang lain, kang Salim pun sudah kembali menyalakan lampu petromak, ibu bidan sedang memandikan bayi dengan air hangat, ari-ari nya yang tinggal setengah nya karena di makan bu lastri, di masukan kedalam batok kelapa untuk di kubur di pinggir rumah,
" bayi nya sehat teh " ucap ku bertanya sama bidan novi
" alhamdulilah sehat, ka fajar..... dia laki-laki, katanya akan jadi jagoan kaya ka fajar tidak penakut seperti om Arman, iya kan de,,, "
" teteh ujung nya gak enak, " ucap ka arman yang sudah duduk di belakang ku, kami pun tertawa mendengar nya,
" biar gak tegang ya Bu Aisah, "
" makasih bu sudah menolong anak saya "
" yang menolong anak ibu Fajar, bukan aku, aku malah pingsan di pukul bu lastri yang nyamar jadi Ma itoh " seru ibu bidan
" makasih ya cep Fajar, pak ustad, sudah menolong kami, "
" sudah menjadi kewajiban kami bu Aisah, semua manusia harus saling tolong menolong, " jawab pak ustad, aku hanya melempar senyum sama bu Aisah, aku bahagia melihat dia dan bayi nya selamat dari makan malam bu lastri.
" bu bidan menginap di sini saja, takut di jalan ada apa-apa "
" kang salim, melihat kejadian tadi, itu terasa mimpi, sing ku kang salim di kasih uang ratusan juta, ibu mah gak akan pulang malam ini, haduh takuttttt "
" takut kenapa teh " tanya ka arman
" takut uang ratusan juta nya di ambil setan,,,, "
" ih dasar,,, " kami pun kembali tertawa, ibu bidan novi ini bisa bekerja sambil melucu, dengan terampil dia memandikan bayi dan memakai kan pakaian , pantesan ibu bidan ini selalu di cintai warga desa, bahkan dukun beranak pun berhasil bu Lastri rangkul dan berdampingan menolong setiap ada yang melahir kan.
"Bapak-bapak tolong keluar dulu sekarang aku mau membersihkan ibu nya, masa mau nonton,nanti kang salim marah, tubuh istri nya di lihat berjamaah,,,,! Ucap bu bidan, kami pun keluar dari rumah kang salim dan bergabung bersama bapak-bapak di luar, yang ternyata di luar pun hanya ada pak Karyo dan pak kartiman,
" yang lain pada kemana pak Karyo kok sepi " ucap ku
" yang lain lari mengejar siluman ular, sampai sekarang belum kembali, siapa ular siluman itu, aku tadi sempat melihat wajah nya sekilas, tapi gak jelas, "
" ternyata yang kita curigai menjalankan praktek pesugihan itu benar pak Karyo " ucap pak ustad
" maksud pak ustad bu Lastri ...? "
" iya,,,,"
" astagfiruloh....tuhan maha adil dengan segala karma nya " seru pak karyo
" nak fajar terimakasih sudah menolong kami,,, "
" sama-sama pak, pak ustad juga sudah membantu melemahkan bu lastri dengan lantunan ayat suci alquran, aku dulu pernah menghadapinya sendiri tapi aku kalah pak "
" cep Fajar suka merendah, ternyata Abah Darma menurunkan ilmu nya sama cucuk nya, tidak sama anak laki-laki nya cep Andre, kenapa ya "
" kan harus punya bakat, mungkin Cep andre bakat nya bukan di ilmu-ilmu seperi itu, Ilmu Abah Darma berat, harus tekun melakukan tirakat, puasa dan mati geni " ucap pak ustad, aku hanya senyum aja mendengar percakapan mereka,,, "
" pak kartiman, ma itoh sama pak Nanang mereka dimana "
" aman sudah mendapatkan perawatan di rumah pak Rt " jawab pak kartiman "
" syukur kalu begitu,,,"
" singkong nya sudah mateng, kita makan singkong bakar sasarengan nya, " ucap pak karyo, kami pun memakan singkong bakar dengan lahap, maklum ini sudah jam satu dini hari, udara nya sangat dingin,bakar singkong ditembak dengan minum wedang jahe aduh mantap nya, setelah perut kengang aku pun diantar kerumah nya pak karyo untuk beristirahat, rumah nya kosong karena istri nya memutuskan untuk tidur di rumah bu Aisah, begitu pun pak Karyo akan terus berjaga sepanjang malam katanya,
Ka arman sudah memeluk ku, aku pun membalas pelukan nya, kami pun tidur menyamping saling berhadapan, ku susupkan kepala ku di dada bidang ka arman mencari kehangatan, karena aku capek aku pun tertidur pulas di dalam dekapan ka Arman, dan tebang ke alam mimpi.
Di mimpi ku, aku ketemu jajang, di pantai tempat aku menyerahkan kesucian ku, kamu berciuman panas, bibir kami saling berpagutan, lidah nya masuk menerobos mulut ku, aku menghisap lidah Jajang tanpa ampun, sampai dia mengigit kecil bibir atas ku, sesaat kami mengambil napas kemudian kembali memadukan bibir kamu dengan labuhan yang lebih dalam menggapai titik kenikmatan dari dermaga ciuman, lidah kamu saling beradu nikmat nya tiada tara, ciuman sama orang yang kita cintai membuat ciuman itu lebih nikmat, nafsu kami saling menggebu nafas kamu saling beradu,
"Aku selalu mencintai mu jay", ucap Jajang sambil mengecup bibir ku,aku mengatur nafas sesaat, " aku juga mencintai mu Jang, Tak ada satu orang pun yang bisa menggantikan kamu " kembali bibir kamu menyatu gerakan bibir kami membuat bibir kami basah, lama kami dengan adegan saling melumat membangkitkan hasrat yang sudah lama redup, ternyata waktu tidak bisa menghapus hasrat kami memadu cinta kasih,
Jajang turun menjilati dadaku lalu mempermainkan puting ku, di hisap dan digigit nya putingku membuat aku semakin bergairah, ini gigitan dan hisapan ternikmat yang pernah aku rasakan, mungkin karena jajang yang melakukan nya, setelah puas di area dadaku, jajang bermain di selangkangan ku, jajang menarik kontol ku yang sudah menegang kearah bibir nya lalu dimasuknnya kontol ku ke dalam mulutnya, blessssss di hisapnya dalam-dalam membuat tubuhku menggelinjang, nikmat sekali hisapan dan sedotan mulut jajang memanjakan kontol ku, jajang melepaskan kontol nya dari mulut nya,
Badan nya kembali naik ke atas tubuh ku, lalu kembali melabuhkan ciuman di bibir ku, lagi-dan lagi bibir kami beradu, jajang membalikan tubuhku dia menarik pinggang ku kebelakang membuat posisiku menungging, kemudian jajang menjilati lubang anus ku, anus ku menjadi objek jajang kali ini, dia melabuhkan wajah nya dibongkahan pantatku, aku seperti di manja sang pangeran di remasnya bongkahan pantat ku, ku buka akses lebar-lebar supaya jajang bisa bermain di area anus ku, kini kurasakan lidahnya masuk menerobos cincin anus ku, dan ah...ah..ah...ah...ah..ah aku mendesah hebat, tangan ku mencengram seprai tempat tidur karna saking nikmat nya,
Jajang mengesekan penis nya dia area bongkahan pantat ku, pelan pelan kepala kontol nya masuk, tapi seingat ku kontol jajang gak sekecil ini, aku pun terbangun dari mimpi,
Aku ingat tadi tidur bersama Arman, jadi semua yang ada dalam mimpiku itu Arman, dengan replek aku menendang Arman yang sedang berusaha memasukan kontol nya ke anus ku, Jedakkkkkkkkk arman pun terlempar ke dinding kamar yang terbuat dari kayu, aku pun berdiri dan memakai kembali pakaian ku yang ternyata sudah telanjang bulat, lampu tempel dari ruang tamu cukup untuk bisa membedakan mana baju ku mana baju Arman,
" kenapa Jar kamu menendang ku ...? " ucap ka arman sambal meringis
" cepat pakai kembali baju lo Arman, perbuatan mu sangat tidak pantas, lo sangat hina sehina-hina nya"
" apa lo bilang hina,,,, jangan so suci fajar gue juga tau siapa lo,,,,"
" siapa gue,,,, ?
" lo juga doyan Laki,,,,juga kan, makanya gue entot, dari dulu lo juga suka sama gue kan, kenapa sekarang lo tolak gue "
" itu kan dulu Kadal, sekarang cowok yang ada di mimpi gue bukan lo Arman... jelas...!"
" tapi kan lo menikmatinya ..."
" memang "
" masalah nya apa Fajarrrrrrr kita kan sama-sama suka "
"ini rumit buat gue Arman.."
"pake lagi baju lo,,, najis gue liat kontol kecil lo..."
"Lo hina kontol gue,,, kontol gue sangup ngentot lo satu jam non stop, sampai lo bisa tiga kali crot "
" gue gak percaya.... "
" perlu bukti,,,,,? '
" et...et...et Jangan deket-deket , arman " Arman kembali menindih ku dan memaksa menciumi area wajah ku,

" Arman tolong lepasin,,,, gue cape arman,,, " dia benar-benar gila dibungkam nya mulut ku dengan mulutnya, di lumat nya bibir ku dengan ganas, aku terpaksa membalas nya dan tak mau membuar dia kecewa,dia terus saja merenggos bibir ku dan tak mau melepaskan nya, aku coba mengelelitik pinggangnya dan usaha ku berhasil, di mengerinjal karena kegelian dan berusaha menjauh dari tubuh ku.
Aku meneyerang nya balik dengan keadaan tubuh nya masih telanjang, memudah kan ku menggelitik pinggang nya, sampai dia tertawa hampir menangis karena kegelian, dan akhir nya dia meminta ampun, akhirnya dia terkulai lemas, aku pun merebahkan tubuh ku di samping nya,
" lo gak dingin ,,, subuh-subuh telanjang "
" kana da lo penghangat tubuh gue Fajar "
" jangan mulai deh,,, Gue gelitik lo sampai lo mati mau..."
" serem banget ancaman nya,,, kalua sampai Horny gimana "
' tuhan,,,, bebaskan kan lah godaan arman yang terkutuk ini,,,"
" iya ... iya,,, iya,,, gue pakai baju, baru kali ini ada laki-laki gay yang nolak gue bercinta,,, Fajar " oceh Arman sambal memakai bju nya kembali,
" terus.... "
" ini tantangan baru buat gue.... Akan terus mengejar cinta lo, sampai dapatin tubuh lo "
" Arman... lo bener-bener bikin lo setres,,,,, ini terakhir gue tidur ama lo..."
" kita lihat saja nanti...."
" gak puas lo ngentot Karyadi tiap malam,,,,,, " ka arman diam seribu Bahasa aku menyinggung soal Karina, alah bodo amat, akun pun kembali tidur membelakangi nya karena ini baru jam tiga pagi, tapi gue penasaran .
" arman kenapa lo diam "
" lo perhatian sama gue... peluk gue kali,,,,, "
" ogah banget..."
" lo tega Jar..."
" I dont care "
" lo gak nanya kenapa gue diam,,,,,"
" konyol,....Gue pikir tadi gue ngomong sama tembok " arman membalikan tubuh ku dan kembali mendekap ku, bibir nya mendesah di telingaku,mirip ular keket,
" Arman lo jangan gila ya..."
" Jar.... Boleh kan gue peluk lo,,, ini cuaca dingin kali "
" boleh deh.. takut lo nangis... disini gak ada penjual balon"
" sialan lo,,,,," ucap arman sambil nyium pipi ku,
" mulai.... godain anak orang... "
" maaf habis lo gemesin banget..jar..., Semenejak kematin Ka Dani gue----"
" mau curhat ceritanya... ngemeng dong "
" dengerin dong...Jar cuman sama lo gue berani cerita "
" bodo...."
" jar "
" iya ngomong aja, bawel banget "
" ya semenjak kematian ka Dani gak ada yang bisa biayain gue di pesantren termasuk orang tua gue, yang sudah bercerai sudah punya keluarga masing-masing, aku memutuskan untuk putus sekolah, tapi dengan bantuan Karina gue bisa lanjut sekolah dengan syarat aku tinggal di rumahnya dan aku nurut aja karena gak ada pilihan lain, semenjak itu gue tinggal di rumah karina dan menjadi pacar nya, apapun keinginan ku selalu di kabulkan nya, dia tinggal sendiri di rumah nya, orang tua nya bekerja di Jakarta punya perusahaan besar, tapi setelah enam bulan kami bersama Karina mulai melirik laki-laki lain untuk tidur dengan nya, aku sih hanya bisa pasrah bahkan aku mulai berpetualang menuruti tawaran karina untuk melayani om-om yang tarif nya lumayan tinggi bahkan ada pemasukan juga buat karina, aku mulai hidup mewah dan membeli barang-barang mewah, tidak hanya aku laki-laki yang terjerat sama karina termasuk cecep teman mu juga terjebak, jumlah nya lumayan banyak diantaranya semua anggota gank ku itu,
Keanehan mulai terjadi, Karina dan Raditia sering melakukan ritual entah ritual apa, yang pasti laki-laki muda dengan mudah nya masuk perangkap, ada yang dengan anacaman video nya di sebar lah, dengan iming-iming uang lah, membuat hubungan raditia sama Karina makin erat, layak nya patner bisnis, pelanggan nya banyak dan siap melayani di berbagai kota, tergantung permintaan, hanya aku yang menolak apabila ada tawaran di luar daerah, karena aku punya pelanggan setia yang selalu membayar ku mahal, yaitu om Andre,
" cukup ka Arman, gue sudah faham, gue juga sudah tau cerita ke burukan gank karina dari teman-teman ku,,, "
" kebencian karina makin memuncak sama lo jar setelah Raditia di penjara dan katanya kamu penyebab nya... "
" itu kesalahan raditia lah, aku gak pernah lapor polisi, tuduhan karina yang gak berdasar, semoga karina suatu saat bisa berubah "
" Gue gak yakin jar, "
" ko gitu sama istri sendiri... "
" anjing lo.."
" tapi gue berharap suatu saat nanti ketemu raditia ada permasalahan yang belum aku selesaikan sama dia "
" lo punya dendam apa sama Raditia,,,"
" kamu gak perlu tau,,, ini urusan aku dan dia "
" curang lo..."
" ka Arman ada niat ke kota lagi gak..."
" untuk saat ini engga, selama teh Novi tidak mengusir ku, "
" tenang aja ada om Andre ka, pasti akan membantu "
" lo gak papa aku sama om Andre... "
" itu hak kalian, aku gak pernah mengusik hubungan paman ku dengan siapa aja, tapi aku punya misi untuk menjodohkan om Andre dengan Teh Novi, aku berharap pamanku tidak berpetualang lagi aku takut dia kena pengakit kelamin ka, "
" tapi kalau om Andre nikah sama teh novi aku gimana dong,"
" itu bagus ka, kaka bisa mengontrol om Andre, gue kasih tau cara nya bagaimana mengendalikan si kunyuk andre, pokonya kalau ka Arman berhasil menjodohkan mereka aku kasih kaka Motor Baru "
" bener Jar..."
" iya lah..."
" tapi kenapa kamu gak pernah minta apa-apa sama om andre..."
" om Andre suka ngasih uang bulanan sama gue ka, tapi gue jarang pake, seperlu nya aja, ngapain sih gaya-gaya, hidup sederhana aja, apalagi kita nanti akan jadi keluarga, semoga aja ya...Teh novi berjodoh sama Om Andre.....! tapi awas kalau kaka goda aku lagi, putus hubungan pertemanan kita dan gue jamin ka Arman gak akan pernah bisa ketemu om Andre lagi,"
" iya siap,,, tapi cium kamu boleh kan, "
" cium pipi aja,,,"
" kecup bibir didikit... "
" hmmm "
" hati kamu seperti malaikat jar, bodoh nya si cecep melepaskan kamu demi Karina"
" denger ya ka, aku sama cecep gak pernah pacaran gak pernah ada adegan entot mengentot cuman ciuman aja, itu juga dia nyosor-nyosor setelah hubungan kita memburuk "
" masa sih, kalian gak pacaran, "
" emang pertemanan harus berakhir di ranjang, enggalah ka, seperti kita sekarang siapa coba yang nyosor, "
" ya gue jar..."
" emang ya,.."Akademi Ngentot karina" Mencetak bibit-bibit Gigolo Unggulan, WARBIASAH"
" ha..ha..ha...ha..ha " kami pun ngakak ,,,,!
***
Pagi-pagi sekali aku meninggalkan bukit paniis meninggalkan Ka Arman yang masih menunggu Teh Novi benar benar mengecek kesehatan bu Aisah dan Bayi nya, keadaan di kampung masih sepi, biasanya Pagi-pagi sudah pada sibuk ngasih pakan ayam dan ternak, tapi sekarang sepi sekali, di rumah gak ada siapa-siapa, sebaik nya aku nungu orang lewat aja, untuk tau ada kejadian apa,
Aku memilih meneduh kopi saja supaya agak segeran, sambil ngeroko punya bapak, mungpung mereka gak ada dirumah, jadi aku bebas menghisap asap tembakau ini walaupun cuman roko Niko yang harganya Rp. 150 / Btng, tapi lumayan lah, lagi asik gue menghisap asap rokok tiba-tiba mamah datang dan mengejutan ku,
" Jay sejak kapan lo ngerokok,,,,"
" eh mamah..... nyobain roko bapak Mah , biasa aja deh matanya... jangan bikin fajar ngompol di celana karena ketakutan , mah "
" mamah gak suka ya, liat anak mamah ngeroko, masih jadi anak sekolah pula kamu belum dewasa jay, "
" iya mamah... gak lagi-lagi di depan mamah "
" maksud kamu,,, "
" gak lagi-lagi ngeroko maksud nya,,, ih,,, galak nya..."
" awas ya, di bilagin bapak mu, "
" iya mamah sayang, Ade adit mana mah,,,," ucap ku mengalihkan perhatian supaya gak panjang urusan nya, ribet pasti akan sampai di meja hijau urusan ngeroko juga. Kalau aku ngeroko yang lain di bolehin gak ya..ups...!
" main sama teman nya di belakang ... mamah belum sempet masak, bikin nasi goreng aja ya"
" boleh mah,...tapi aku mau lari pagi dulu mah takut gendut, semenjak pulang aku makan banyak terus soalnya masakan mamah juara"
"bisa nya ngerayu mamah..."
"ko seisi kampung sepi pada keman mah,,, "
" aduh mamah lupa ngasih tau, habis nya mamah tadi lihat kamu ngeroko sih jadi mamah marah duluan, itu jay rumah bu Lastri di bakar masa tadi malam, dan rumah dan semua kendaraan nya tak tersisa di lalap sijago merah "
" astaga mamah, kenapa gak bilang dari tadi, kalau jajang selamat gak mah, "
" aduh mamah kurang tau, mamah juga gak sampai ke rumah nya kan jauh, mamah juga cuman denger gossip nya dari warung bu Siti."
"aku pergi dulu mah Asalamualaikum...."