Namun pada akhirnya, koper di tangannya tetap diambil alih oleh pengurus rumah.
Sesampainya di ruang tamu, makan siang yang melimpah sudah disiapkan.
"Nona Gu, silakan ke sini."
Paman Qin si pengurus rumah membawanya ke ruang makan.
Begitu memasuki ruang makan, dilihatnya Qin Sijue yang sudah duduk di kursi utama. Sosoknya yang agung bagaikan raja itu seakan sedang menunggu Gu Qiangwei.
Gu Qiangwei duduk. Mangkuk dan sumpit sudah tersedia.
Melihat makanan yang memenuhi meja, perut Gu Qiangwei yang payah itu pun bergemuruh lagi.
Tanpa sadar Gu Qingwei mendongak, kebetulan matanya bertemu dengan mata Qin Sijue yang kelam dan dalam bagai lautan. Jantungnya berdebar, tanpa sadar dia pun memalingkan pandangannya.
Sorot mata dalam Qin Sijue beralih dari wajah Gu Qiangwei. Dia lalu mengambil sumpitnya dan mulai makan.
Melihat gerakannya yang santai itu, Gu Qiangwei juga mengambil mangkuk dan sumpitnya. Dia benar-benar lapar!
Pengurus rumah berdiri di samping, ini pertama kalinya dia melihat pemandangan yang begitu harmonis.
Walaupun tuan muda terlahir dengan status terhormat, tapi dia sangat jarang makan bersama orang lain.
"Uh!"
Saat sedang makan, Gu Qiangwei tiba-tiba mengeluarkan suara.
Qin Sijue mengangkat matanya, pandangannya tertuju kepada wajah Gu Qiangwei yang putih bersih, "Ada apa?"
Setelah menelan makanan di mulutnya, Gu Qiangwei mendongak dan menatap mata Qin Sijue yang dalam, "Makanan ini enak sekali!"
Setelah itu secara refleks dia mengangkat sumpit lalu mengambil sebuah sayap ayam dan meletakkannya ke mangkuk Qin Sijue.
"Jangan…"
Melihat gerakannya, pengurus rumah di samping tiba-tiba membelalakkan matanya, sepertinya dia ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat.
Siapa pun tahu bahwa tuan muda mempunyai kompleksitas, dia selalu benci dan jijik dengan barang yang telah dipakai oleh orang lain!
Gerakan pengurus rumah itu membuat Gu Qiangwei kebingungan. Dia menoleh dan menatapnya dengan terkejut.
"… Ada apa?"
Ketika dia berpaling kembali, dilihatnya Qin Sijue yang menatap lurus-lurus sayap ayam di dalam mangkuknya, raut wajahnya agak dingin.
Ada apa dengan suasana yang aneh ini? Apa kesalahan yang telah dilakukannya?
"Tuan Muda, saya akan mengganti mangkuk Anda."
Setelah itu pengurus rumah maju dan hendak mengambil mangkuk nasi di tangannya dengan maksud untuk menggantinya.
"Tidak perlu."
Sebelum dia sempat menyentuhnya, Qin Sijue tiba-tiba berbicara.
Kemudian, pengurus rumah melihatnya menyumpit sayap ayam itu lalu memakannya.
Tindakannya itu membuat Paman Qin terkejut!
Sayap ayam itu diambil memakai sumpit Nona Gu, tapi tuan muda ternyata memakan sayap ayam yang sudah terkena air liur Nona Gu itu?
Ya, Qin Sijue memang mempunyai kompleksitas. Keluarga Qin termasuk Nyonya Qin mengetahui hal ini, karena itu sejak kecil hingga dewasa tidak ada orang yang akan mengambilkan langsung makanan untuknya. Yang pertama karena mereka tahu kalau dia tidak mungkin memakannya, yang kedua karena mereka tidak ingin membuatnya marah.
Gu Qiangwei tentu saja tidak mengetahui hal ini. Melihatnya memakan sayap ayam itu dia masih bertanya, "Enak, bukan?"
"Iya."
Qin Sijue menjawab singkat, lalu menunduk dan makan lagi.
Ketika makan siang selesai, waktu sudah menunjukkan pukul dua sore.
Gu Qiangwei yang duduk di dalam mobil mewah tidak tahu harus turun di mana.
Jingcheng begitu besar, tapi sepertinya tidak ada tempat untuknya. Tentu saja, yang utama adalah dia tidak punya uang.
"Antarkan aku sampai ke depan rumah sakit saja."
Dia harus ke rumah sakit dulu untuk membawa Monchi.
Qin Sijue tidak mengatakan apa-apa. Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan pintu rumah sakit.
"Terima kasih."
Gu Qiangwei mengucapkan terima kasih dengan sopan, kemudian turun dari mobil dan hendak mengambil barangnya lalu masuk ke dalam rumah sakit.
Tapi ketika dia baru saja turun dari mobil dan belum sempat membalikkan tubuhnya, dia merasa ada sesuatu yang datang menyerbunya.
Begitu menoleh dia pun melihat badan Monchi yang berbulu keemasan.
"Monchi!"
Tahu kalau dia akan kembali, Monchi terus menunggu di depan pintu rumah sakit!