"Jadi.. kau sama sekali tidak ingat nama lengkapmu?" Tanya Elish yang dibalas gelengan oleh Jovan.
Siang ini mereka memutuskan untuk mencari cara Jovan kembali ke tubuhnya.
"Aku kan sudah bilang aku lupa semuanya. Bahkan wajahku saja tidak ingat." Jelas Jovan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan kalau namamu saja kau tidak tahu?" Tanya Elish dan kembali dibalas gelengan oleh Jovan.
Elish menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar. Ia berpikir sejenak.
"Bukankah caranya sangat mudah? Kita ini hidup di zaman teknologi. Kau bisa-" Kalimat Jovan terpotong begitu jari telunjuk Elish menempel di bibirnya.
"Aku tidak memiliki akun sosial media. Satu pun tidak. Jangan berpikir yang macam-macam." Ucap Elish.
"Elish~"
"Tidak. Aku tidak akan membuatnya."
"Ayolah. Membuat itu tidak akan memakan waktu yang lama. Percayalah~"
"Merepotkan."
Jovan diam. Menatap Elish penuh harap. Kedua tangannya menyatu.
"Baiklah." Akhirnya Elish mengalah.
***
Semua akun sosial media yang menurut Elish diperlukan selesai. Instagram dan Facebook.
Saat Jovan hendak protes, Elish mengatakan bahwa sosial media yang lain tidak akan berguna untuk mencari seseorang.
"Lalu, apa?"
"Ya sudah. Ayo cari akun sosial mediaku. Kita mulai dari Facebook." Ujar Jovan.
"Okey." Balas Elish seraya membuka aplikasi Facebook di ponselnya.
Gadis itu meng-klik simbol pencari lalu mengetikkan 'jovan' di sana.
"Apa kau bercanda?!" Pekik Elish begitu melihat list nama yang terpapar di layar ponselnya.
Jovan
Jovan Chen
Jovan Brito
Jo Van
Jo V An
Jovan Pantelic
Jovan Peric
...
"Tidak ada satupun yang sesuai dengan wajahmu." Ucap Elish sambil melirik Jovan sesaat.
"Satupun."
"Ini tidak benar."
"Coba ak-"
"Diam! Jangan berisik!"
Gadis itu fokus pada ponselnya. Ia menelaah satu per satu profil Facebook yang mungkin merupakan profil Facebook Jovan. Jovan yang duduk di hadapannya saat ini. Bukan Jovan yang lain.
Jenuh dengan Facebook yang ia buka sedari tadi, Elish menggeleng dan mengedipkan matanya berkali-kali. Kepalanya sangat sakit.
Elish berpikir jika mencari dengan Facebook, mereka tidak akan menemukan akun 'Sang Jovan'.
Elish berjalan menuju kamar dan mengambil sebuah buku kecil dan sebuah pena.
"Untuk apa?" Tanya Jovan begitu Elish kembali duduk di hadapannya dengan buku dan pulpen yang gadis itu taruh di atas meja.
"Aku mencari akun Instagram-mu saja. Aku akan menulis nama-nama akun Instagram bernama 'Jovan' yang memungkinkan itu adalah akunmu." Jelas Elish.
"Ehm, okey." Jovan mengangguk paham.
"Lalu aku harus apa? Aku akan sangat bosan~" Kini Jovan malah merengek.
"Pergi main ke taman sana. Banyak anak-anak. Kau tidak akan bosan."
***
Memangnya aku anak kecil?
Meskipun aku tidak ingat wajahku, aku masih bisa melihat ukuran tubuhku dengan mataku sendiri.
Lagipula dia lebih pendek.
Bahkan tingginya tidak sampai sebahuku.
Demikian gerutu Jovan sambil menyusuri taman yang dipenuhi oleh anak-anak balita dan beberapa ibu.
Ya. Dia benar-benar pergi ke taman. Sesuai dengan kata-kata Elish. Meski sempat berdebat, Jovan tetap pergi. Ia tidak ingin mengganggu kefokusan Elish.
Di sini juga membosankan!
Aku pulang saja.
Putus Jovan seakan ia memang punya rumah saat ini.
***
Elish tertawa melihat kepulangan Jovan. Ia tidak menyangka kalau pria itu benar-benar pergi ke taman.
"Kau memang benar-benar bodoh. Haha...haha..haha..haha.." Gadis itu tidak mampu berhenti tertawa.
Jovan hanya diam dan memasang wajah cemberutnya. Ia merasa dirinya semakin bodoh sejak kehilangan ingatan kemarin.
"Haha...haha...haha...haha..haha..." Elish masih saja tertawa.
"Apa hal yang membuatmu sampai tertawa begitu?" Suara seorang pria yang tidak asing membuat tawa Elish mendadak terhenti.
"Peter?!" Pekik Elish. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya.
Di tengah kesilauan sinar matahari, Elish dapat melihat sosok Peter yang berdiri di ambang pintu dengan ranselnya. Pria itu menatap lurus ke arah Elish yang kini berdiri dengan mimik terkejutnya.
Peter tidak menyahut. Ia berjalan melewati Elish dan masuk ke kamar yang terdapat di samping kamar Elish.
Peter menatap sekeliling ruangan itu.
"Bersih." Gumamnya lalu melempar ranselnya sembarang ke atas tempat tidur yang ada di kamar itu.
Ia berdiri di samping tempat tidur dan memandangi ranselnya. Pria itu tampak berpikir keras. Namun tiba-tiba ia menggeleng kepalanya keras.
Peter membuka ranselnya dan mengambil perlengkapan mandi. Ia membuka kemeja dan kaos dalam yang ia pakai sedari tadi kemudian melemparnya ke atas ranselnya yang terbuka.
***