Keadaan begitu hening. Kedatangan Peter yang terlalu tiba-tiba membuat Elish merasa cemas.
"Dia adikmu kan?" Bisik Jovan pada Elish yang sibuk menatap ponselnya.
"Iya. Dia adi- eh, bagaimana kau bisa tahu?"
"Hanya menebak. Kemarin aku melihat fotonya di kamarmu." Jelas Jovan dan dibalas anggukan oleh Elish.
Diam. Ruangan itu kembali hening.
Elish kembali menatap ponselnya. Meski tampak sibuk dengan ponsel, Elish sebenarnya sedang berpikir keras.
Apa yang membuatnya datang tiba-tiba?
Apa Peter bisa melihat Jovan?
Apa yang harus kukatakan jika iya?
Lalu jika Peter tidak bisa melihat Jovan, bagaimana aku menjelaskan tentang Jovan?
Bisa-bisa aku dipikir gila olehnya karena tampak berbicara dengan udara.
Atau Peter akan mengira kalau aku sedang kerasukan.
Apa yang harus kulakukan???
Begitu banyak pertanyaan di kepala Elish. Wajahnya kian memucat.
Kenapa harus sepanik itu? - Pikir Jovan yang bingung melihat tingkah Elish.
Jovan tidak bisa membaca pikiran Elish. Tapi dia tahu betul saat Elish sedang panik. Wajah panik itu sangat dia kenal. Mereka memang baru kenal beberapa hari. Namun di pertemuan pertama mereka, Elish sudah menunjukkan wajah pucatnya itu pada Jovan.
***
"Ini untukmu. Dari Ayah dan Ibu." Ucap Peter setelah meletakkan sebuah kotak merah yang dihias pita hijau. Benda itu ia taruh di atas meja di hadapan Elish.
Elish menatap benda yang diberi Peter sebentar lalu berpaling pada Peter yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Mereka hanya terpisah oleh meja.
"Hadiah Natal." Ucap Peter singkat seakan tahu apa yang sedang kakaknya pikirkan.
"Na..tal?"
"Hm."
"Tapi ini masih bulan Oktober."
"Minggu depan mereka pergi ke rumah Nenek dan akan merayakan Natal di sana. Jadi mereka menyuruhku datang dan mengantar ini kemari." Jelas Peter.
"Ooh.. begitu ya." Tiba-tiba Jovan bersuara. Jovan menatap bosan ke arah Peter. Ia bersandar pada sofa di belakangnya dengan tangan bersila. Hal itu sontak membuat jantung Elish berdegup tak karuan dan membuat Elish tidak mampu mengeluarkan suara lagi.
"Membosankan! Dasar pengganggu." Seru Jovan.
"Pergi sana. Kau sudah antar hadiahnya kan? Pulanglah ke rumah ibumu." Sambung Jovan.
Jovan sudah begitu jenuh melihat Peter. Meskipun Peter itu adalah adik Elish. ADIK ELISH. Ia merasa risih dengan kedatangan Peter. Walaupun ia dan Elish masih baru beberapa hari bersama. Dia sudah terlanjur nyaman menghabiskan waktu berdua dengan Elish.
"Elish."
"Hm?"
"Kalau ada yang mengganggumu, jangan pernah sungkan mengatakannya padaku. Akan kuhajar siapapun yang mengganggumu." Ujar Peter yakin.
Elish sempat heran oleh perkataan Peter. Namun gadis itu hanya mengiyakannya.
***
Peter mengutak-atik ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur. Ia tampak resah. Kelihatan dari tingkahnya yang tidak bisa tenang. Kadang menghadap ke kiri, lalu sebentar kemudian berputar ke kanan, lalu berputar lagi dan begitu seterusnya.
Apa aku di sini saja sampai Ayah dan Ibu kembali? - Pikir Peter sambil meletakkan ponselnya di sisi kirinya.
Atau tidak usah?
"Aarrggghh!!" Peter terduduk dan mengacak-acak rambutnya frustasi.
***