'Aku tidak tau bagaimana caranya aku mengekspresikan bahagia ku ini, hari ini aku dan Emma resmi menjadi sepasang kekasih. Aku sangat bersyukur ia mau menerima ku, gadis itu sangat lugu dan sederhana. Aku mencintai segala kesederhanaan yang ada pada dirinya, bahkan aku sangat mencintainya melebihi nyawa ku sendiri. Emma aku sangat mencintai kamu, aku akan minta pada tuhan agar kita berdua di persatukan dalam pernikahan"
Emma menitikan air mata membaca isi buku diary tersebut, ia tidak menyangka jika Bima mencintainya sedalam itu.
"Kenapa kamu pergi ninggalin aku, kalau kamu benar-benar cinta sama aku" Gumam Emma terisak.
Emma pun tertidur pulas ketika sudah lelah menangis, pikirannya sangat kacau dan tak ingin bersedih terlalu lama. 1 jam kemudian calon mama mertuanya datang menghampiri Emma dan membangunkan Emma yang sudah tertidur di meja kerja sambil memeluk buku diary milik Shaka.
"Emma" ujar calon mertuanya lirih.
Emma pun mulai membuka matanya dan di lihatnya calon mertuanya sudah ada di hadapannya.
"Mama" ujar Emma lirih.
"Em, kenapa kamu malah tidur di kursi? nanti badan kamu pegel semua, ayo pindah ke tempat tidur. Ini buku diary nya Shaka tidak usah di baca lagi ya kalau bikin kamu sedih, maafkan mama ya yang malah meminta kamu tidur di kamar Shaka. Kalau gitu kamu pindah aja yuk di kamar tamu" ajak sang mama.
Emma tersenyum. "Gak apa-apa mah, aku tidur di sini aja. Udah mama lanjut istirahat lagi ya, aku juga mau lanjut tidur" gumam Emma.
"Yasudah kalau gitu, selamat tidur ya Emma. Mama balik dulu ke kamar"
"Iya ma, selamat tidur juga"
Sang mama tersenyum dan langsung pergi dari hadapan Emma, sementara Emma melanjutkan kembali tidurnya. Keesokan paginya Emma sudah berkumpul di meja makan bersama kedua calon mertuanya, tak lama kemudian Mahesa datang menghampiri mereka di meja makan.
Sambil merenggangkan otot nya, ia berjalan sedikit terhuyung-huyung dan langsung duduk di kursi. Penampilannya sangat kusut sekali, rambut yang masih acak-acakan dan juga mata yang masih sedikit sembab. Mahesa kaget ketika melihat Emma yang sudah duduk bersebrangan dengannya, ia mengucek matanya apakah ia bermimpi atau tidak melihat gadis itu sepagi ini sudah ada di rumah orang tuanya.
"Apa aku ini sedang bermimpi? kenapa dia sudah ada di sini sepagi ini? apa kau tidak makanan di rumah mu? makanya sampai harus datang kemari?" ujar Mahesa ketus dan hal itu membuat Emma merasa malu dan menundukkan kepalanya.
"Mahesa jaga ucapanmu, Emma sudah berada sepagi ini di sini itu gara-gara kamu" sergah sang mama sedikit kesal.
Mahesa mengerutkan keningnya. "Kenapa jadi aku ma? emangnya aku ngapain dia?" gerutu Mahesa.
Sang mama menghela nafas. "Kamu lupa semalam kamu bisa tidur nyenyak di atas kasur karena bantuan siapa?" gerutu sang mama.
"Apa sih maksud mama? aku sama sekali gak ngerti"
"Mahesa, semalam kamu pulang dalam keadaan mabuk berat, bagaimana kamu bisa di andalkan di perusahaan kalau kerjaanmu selalu mabuk-mabukan bersama teman-temanmu? untung saja semalam Emma bertemu kamu di club malam, kalau tidak mungkin kamu tidak selamat karena menyetir sambil mabuk" seru sang papa.
Mahesa tersenyum licik sambil memandang dengan tatapan bengis ke arah Emma.
"Liar juga" ujar Mahesa lirih.
Emma terbelalak mendengar ucapan Mahesa. "Apa maksud kau? siapa yang liar? asal kau tau ya, kau yang sudah mengacaukan malam ku yang ingin menikmati secangkir coklat panas dan juga croissant cokelat di cafe yang ada di sebrang club yang kamu datangi. Bisa aja semalam aku tidak akan mempedulikan kau, tapi aku teringat akan mama dan papa yang tinggal memiliki kau anak satu-satunya yang ia punya, makanya kau itu harus berpikir dulu dong sebelum bertindak yang akan merugikan dirimu sendiri" gerutu Emma kesal.
Sementara Mahesa hanya terdiam kesal mendengar ucapan Emma, ia tidak menyangka gadis ini rupanya punya nyali juga untuk melawan nya. Padahal yang selama ini Mahesa pikirkan Emma adalah gadis yang penakut.
"Kamu dengar apa yang Emma katakan? dia saja memikirkan nasib mu, tapi kamu malah menghina seenaknya" celetuk sang mama.
Mahesa menghela nafas. "Ya maaf, lagian kalau dia gak ngantar aku toh juga pasti teman-teman ku yang mengantarnya"
Emma tertawa kecil, membalas mendengar pernyataan Mahesa. "Siapa? Troy? yang juga sama-sama mabuk? yang ada kalian celaka bersama"
Sang papa menghela nafas. "Mahesa, mulai saat ini papa minta kamu kurangi untuk mabuk-mabukan seperti itu. Mulai saat ini kamu harus fokus kalau ingin menjadi direktur utama di perusahaan kita" seru sang papa.
Mahesa terbelalak mendengar ucapan sang papa. "Benarkah pa? okey aku melaksanakan perintah papa" gumam Mahesa girang dan langsung mengisi piringnya dengan nasi goreng dan juga toping telur dadar. Mahesa sangat bersemangat karena kali ini ia akan bersungguh-sungguh untuk mengurus perusahaan nya.