Mahesa baru saja tiba di kantor nya, kali ini ia terpaksa menyetir sendirian karena Sabrina tidak datang ke rumahnya. Sesampainya di lobby, Sabrina segera membuka kan pintu mobil untuknya. Dengan gagah Mahesa keluar dari dalam mobil, sementara petugas keamanan yang lainnya membungkukkan tubuhnya ketika Mahesa turun dari dalam mobil.
Mahesa menghela nafasnya sambil merapikan jas yang di kenaikannya, Sabrina mengerutkan keningnya ketika melihat Mahesa yang menurut nya berpenampilan sangat aneh. Para pegawai nya mencoba untuk menahan tawa, namun hal itu di sadari oleh Mahesa yang mulai salah tingkah. Namun Mahesa tak mau mempedulikan hal itu, ia segera masuk ke dalam gedung dan di ikuti dengan Sabrina di belakangnya.
Namun orang-orang yang melihatnya seakan-akan berbisik dan tertawa di belakangnya. Hal itu membuat Mahesa merasa gerah dengan perlakuan orang-orang tersebut, sesampainya di depan lift Sabrina segera menekan tombol lift. Sabrina juga susah payah menahan tawanya, karena ia takut jika boss nya tersebut akan memarahinya.
"Sabrina" bisik Mahesa lirih.
"Hmm.. Tuan panggil saya?" tanya Sabrina.
"Apa ada yang aneh dengan penampilan ku hari ini? Karena aku merasa orang-orang memperhatikan penampilan ku"
Ting..
Suara lift berbunyi dan pintu lift terbuka, mereka berdua segera masuk ke dalam lift.
"Apa tuan tidak marah jika saya katakan hal yang sebenarnya?" tanya Sabrina lirih sambil menahan pintu liftnya.
Mahesa menghela nafas. "Tidak! Cepat katakan Sabrina, aku sudah tidak tahan menjadi pusat perhatian orang-orang yang menatap ku aneh" gumam Mahesa.
Sabrina segera menekan pintu liftnya dan pintu lift tertutup, kini Mahesa bisa dengan jelas melihat penampilannya yang sangat tidak senada antara kemeja, jas dan juga celana yang di kenakannya. Mahesa mengerutu kesal sementara Sabrina tertawa lepas ketika boss nya telah mengetahui apa yang aneh pada dirinya.
"Emma!" teriak Mahesa.
Ting...
Pintu lift terbuka, Mahesa merasa malu jika harus keluar dari dalam lift dan bertemu orang lain. Untuk itu Mahesa meminta Sabrina untuk mengamankan orang-orang sekitar agar tidak melihat penampilan nya, dengan cekatan Sabrina langsung meminta para karyawan lain untuk membalikkan tubuhnya agar tidak menoleh ke arah Mahesa. Setelah semuanya berhasil di kondisikan, Mahesa segera berlari menuju ruangannya dan hal itu membuat para karyawannya penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi denga bossnya tersebut.
Sabrina segera menyusul Mahesa ke ruangannya dan menanyakan pada boss nya apakah menginginkan sesuatu atau tidak. Namun Mahesa malah meminta Sabrina untuk kembali ke manssionnya untuk mengambil baju-baju yang berwarna senada, karena hari ini Mahesa ada meeting penting. Dan tidak mungkin ia bertemu dengan klienny tersebut dengan menggunakan pakaian seperti itu.
"Apakah kau ingin sesuatu tuan? kopi, teh atau kudapanโ belum sempat Sabrina melanjutkan ucapannya, Mahesa sudah mengangkat tangannya tanda Sabrina harus berhenti bicara.
Mahesa menghela nafas. "Bisakah kau pergi ke manssion ku dan mengambil pakaian yang senada untuk hari ini? karena aku tidak mungkin pergi bertemu klien seperti ini" gerutu Mahesa.
"Baik pak, saya akan melakukannya" seru Sabrina dan bergegas pergi dari hadapan Mahesa, belum sempat Sabrina membuka knop pintu. Mahesa menahan langkah Sabrina dan hal itu membuat Sabrina kembali membalikkan tubuhnya.
"Sabrina"
"Iya ada apa tuan?" tanya Sabrina lirih.
"Kalau kamu bertemu perempuan itu di rumah, sebaiknya kau beri pelajaran saja dia"
Sabrina mengernyit bingung. "Perempuan siapa yang anda maksud tuan?"
"Emma, calon istri saya"
Sabrina terbelalak. "Jadi anda benar-benar akan menikah tuan?" tanya Sabrina penasaran.
"Ceritanya panjang, aku akan ceritakan nanti. Sekarang cepatlah kau pergi dan bilang pada seluruh bagian divisi untuk tidak masuk ke dalam ruangan saya untuk beberapa jam ke depan"
Sabrina menganggukkan kepalanya. "Baik Tuan, kalau gitu saya permisi dulu" seru Sabrina yang langsung keluar dari dalam ruangan Mahesa.
Mahesa mendengus pelan, kali ini ia benar-benar marah dengan Emma. Karena Emma telah mempermalukan nya di depan semua staff Anoko Group.
"Awas saja kau, Emma. Aku akan memberikan pelajaran untukmu" gerutu Mahesa kesal.