Chereads / UNWANTED WIFE : BUKAN ISTRI PILIHAN / Chapter 23 - Bab 23 - Mencoba Mengambil Hati Mahesa

Chapter 23 - Bab 23 - Mencoba Mengambil Hati Mahesa

Mahesa baru saja selesai mandi, kali ini Emma sudah ada di ruang wardrobe dan hal itu membuat Mahesa sedikit tersentak kaget. Mahesa segera memanggil Emma dan meminta semua pakaiannya di ambilkan dari atas meja.

"Emma, tolong pakaian ku" seru Mahesa.

Emma membalikkan tubuhnya dan memberikan pakaian tersebut pada Mahesa. "Kali ini aku akan memastikannya" gumam Emma tersenyum.

"Terima kasih" sahut Mahesa datar dan langsung masuk ke dalam ruang ganti.

Sementara Emma masih menunggu Mahesa di depan ruang ganti, hal itu membuat Mahesa sedikit tersentak kaget ketika keluar dari dalam ruang ganti.

"Emma, kau membuatku terkejut" sergah Mahesa.

"Maafkan aku, tapi aku akan memastikanmu dulu. Baiklah setelah itu waktunya memakai dasi, ayo ikut aku" seru Emma antusias.

Mahesa mengekori Emma di belakangnya, setelah itu Emma segera meraih dasi yang sudah ia siapkan di atas meja. Dengan cekatan Emma membentuk pola dasi di kerah baju Mahesa.

"Ya, sudah selesai" ujar Emma.

Setelah itu Emma segera memakaikan sepatu untuk Mahesa, setelah semuanya rapi Emma menarik lengan Emma dan membawanya ke depan cermin.

"Bagaimana? apakah ini sempurna?" tanya Emma antusias.

Mahesa menghela nafas sambil memperhatikan dirinya di dalam cermin.

"Boleh juga" ujar Mahesa yang langsung meraih pomade dari dalam laci meja dan memakainya sambil menata rambutnya, setelah itu Mahesa segera meraih jam tangan yang sudah di siapkan oleh Emma.

"Terima kasih" seru Mahesa lirih dan langsung bergegas keluar dari ruang wardrobe dan menuju ruang makan.

Sementara Emma mendengus pelan, ia sangat kesal melihat sikap Mahesa yang tak mempedulikan perasaan sekitarnya. Emma segera mengekori Mahesa di belakangnya, sesampainya di ruang makan. Mahesa di puji oleh kedua orang tuanya karena terlihat sangat tampan.

"Oh matahariku, pagi ini kau bersinar dengan terang" seru sang mama yang langsung mengecup pipi kiri Mahesa.

"Mama bisa aja" sahut Mahesa datar.

"Emma, kamu melakukannya dengan baik. Mama bangga dengan kamu yang belajar dengan cepat"

"Terima kasih, ma. Ini semua berkat bantuan mama juga"

"Emma, kamu memang berbakat" seru Christian.

Emma tersenyum. "Papa lebih hebat, karena papa berhasil mendidik anak papa menjadi seorang CEO handal" gumam Emma dan hal itu membuat Mahesa sedikit tersedak memdengar ucapan Emma.

"Mahesa, kamu baik-baik saja?" tanya Emma.

Mahesa meraih tissu untuk membasuh air yang menyenbur dari mulutnya. "Iya aku tidak apa-apa" seru Mahesa lirih.

Mereka berempat segera memulai sarapannya, kali ini Emma memasak nasi goreng dengan topping telur mata sapi. Mahesa sangat lahap menyantap sarapannya, sampai-sampai Mahesa mengutarakan rasa kagumnya dengan masakan ini.

"Ma, tumben bibi masaknya enak banget kaya gini"  seru Mahesa.

Sang mama tersenyum. "Ini masakannya Emma, masakan Emma memang enak" sahut sang mama.

Mahesa seketika terdiam, ia tidak menyangka jika masakan yang baru saja ia puji adalah masakan wanita yang paling ia benci.

"Oh Emma yang masak, boleh juga" sahut Mahesa datar, sementara Emma tersenyum tipis.

"Terima kasih, Mahesa" sahut Emma lirih.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Mahesa bersiap untuk berangkat. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan Selena. Maka dari itu ia harus berada di kantor sebelum Selena datang lebih dulu ke kantornya.

"Ma, pa, aku berangkat dulu ya" seru Mahesa.

"Loh kenapa sepagi ini?" tanya sang papa.

"Nanti aku ada janji ketemu sama Selena pa, aku mau ngomongin soal pemesanan helikopter" sahut Mahesa antusias.

"Oh begitu, yasudah. Kamu hati-hati ya di jalan"

"Iya pa, aku duluan ya" gumam Mahesa sambil mengecup sang mama.

"Em, aku berangkat dulu ya. Terima kasih ya untuk pakaian dan sarapannya" seru Mahesa sambil tersenyum.

Emma terbelalak mendengar hal itu, ia tidak menyangka jika Mahesa akan mengatakan hal itu padanya. Bahkan untuk senyuman setulus itu baru kali ini Emma melihatnya.

Emma membalas senyum Mahesa. "Iya Mahesa sama-sama, hati-hati ya di jalan" gumam Emma, sementara Mahesa hanya menganggukkan kepalanya dan bergegas pergi dari hadapan mereka.

"Em, kau lihatkan? Mahesa sepertinya sudah mulai luluh" ujar Almira.

Emma tersipu malu. "Semoga saja ma" sahut Emma lirih.

"Pokoknya jangan menyerah ya Em, buat Mahesa luluh sama kamu" seru Christian.

"Akan aku coba pa" gumam Emma antusias.