Sabrina baru saja tiba di lobby gedung Anoko Corp, ia segera menyerahkan kunci mobil pada petugas keamanan. Kemudian meraih jas beserta barang-barang lain milik Mahesa yang ia letakkan di jok belakang. Setelah itu Sabrina segera melenggang pergi menuju lift sambil membawa barang-barang tersebut.
Sesampainya di depan ruangan Mahesa, Sabrina segera mengetuk pintu. Dan terdengar suara Mahesa menginstruksikan kepada Sabrina untuk segera masuk.
"Permisi tuan" ujar Sabrina lirih.
Mahesa langsung bergegas menghampiri Sabrina dan membantunya membawa barang-barang miliknya dan meletakan barang-barang tersebut di atas meja.
"Terima kasih tuan" ujar Sabrina.
"Aku yang seharusnya berterima kasih padamu" gumam Mahesa.
"Ini semua pakaian yang harus anda kenakan ketika akan meeting dengan klien kita dari perusahaan Blossom Group, anda akan terlihat lebih berwibawa dengan kemeja putih, jas hitam, dan juga sepatu hitam mengkilap yang sudah saya semir sebelumnya. Dan tak lupa dengan aksesoris jam rolex dengan tali rantai berwarna putih dan background jam berwarna hitam ini akan memberikan kesan mewah pada penampilan anda" gumam Sabrina.
Mahesa tersenyum melihat Sabrina yang begitu cekatan dan juga antusias, ia tidak menyangka jika Sabrina lebih terlihat bisa di andalkan dari pada Emma.
"Perfect, harusnya kamu yang menjadi calon istriku" gumam Mahesa dan hal itu membuat Sabrina tersipu malu.
"Anda bisa saja tuan, jangan bikin saya terlalu ge'er" seru Sabrina sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.
Mahesa menghela nafas. "Itu memang seharusnya, istri yang bisa di andalkan itu seperti kamu. Beruntungnya yang akan menjadi pasanganmu nanti, Sabrina"
Sabrina mendengus pelan. "Perempuan itu juga beruntung sekali tuan, memdapatkan singgasana yang mewah tepat di sisi anda"
Mahesa mengerutkan keningnya. "Maksudmu Emma?" tanya Mahesa lirih.
"Ya siapa lagi, memangnya anda punya berapa calon istri?" gerutu Sabrina.
Mahesa merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Emma bagiku bagaikan petaka yang hadir di siang bolong" gumam Mahesa.
Sabrina mengerutkan keningnya. "Maksud anda bagaimana? Saya tidak paham"
"Saya mau bertanya sama kamu, seandainya ada orang meminta kamu menikahi pria yang tidak kamu cinta, apa yang kamu lakukan? Sementara yang meminta itu adalah kerabat dekatmu atau sahabatmu yang sudah di ambang kematian"
Sabrina terpaku mendengar ucapan Mahesa, ia sangat bingung dengan pertanyaan Mahesa yang sangat sulit di jawab.
"Bagaimana? Apa jawabanmu?" tanya Mahesa.
Sabrina menghela nafas. "Pertanyaan anda sangat sulit tuan, tapi kalau boleh memilih aku lebih baik tidak menikahi pria tersebut walaupun itu permintaan orang terdekat ku. Karena aku tidak ingin hidup ku hancur karena satu orang"
Mahesa terbelalak mendengar jawaban Sabrina, ia tidak menyangka jika Sabrina berani mengambil keputusan itu.
"Benarkah?"
"Ya tentu saja, karena aku tidak mau hidup ku di atur oleh orang lain, karena masa depan adalah urusan pribadi ku"
"Sayangnya aku tidak mendapatkan kesempatan itu" seru Mahesa sambil menatap jendela dari ruangannya. Pikirannya benar-benar kacau, karena pernikahan yang tidak ia inginkan tinggal beberapa hari tersisa.
Sabrina mengernyit bingung dengan ucapan Mahesa, apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan boss nya tersebut.
"Maaf tuan, apakah pernikahan anda dengan Emma terjadi seperti contoh tadi? Kalau memang iya, siapa yang memintanya?" tanya Sabrina penasaran dan menghampiri Mahesa.
Mahesa membalikkan tubuhnya dan menatap Sabrina lekat-lekat.
"Shaka yang meminta ku untuk menikahi calon istrinya"
Sabrina terbelalak ia tidak menyangka jika Emma adalah calon istri Shaka. Tapi yang membuat Sabrina bingung kenapa Mahesa yang harus menikahi Emma.
"Apa?! Jadi Emma itu calon istrinya Shaka? Tapi kenapa harus anda yang menikahinya tuan?" tanya Sabrina lirih.
Mahesa menghela nafas panjang. "Semua ini terjadi karena perempuan itu, andai perempuan itu tidak pernah hadir di kehidupan Shaka. Mungkin sampai saat ini Shaka masih hidup dan aku tidak perlu menikahinya" gerutu Mahesa kesal.
Sementara itu Sabrina langsung meminta Mahesa untuk menganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi meeting bersama kliennya.