Mahesa baru saja tiba di rumahnya tepat pukul 7 malam, ia sudah mendapati kedua orang tuanya dan juga Emma di ruang makan. Sang mama langsung mengajak Mahesa untuk makan malam bersama, namun Mahesa hanya menghela nafas sambil menatap sinis ke arah Emma.
"Mahesa, Mahesa, Mahesa" teriak sang mama.
"Sudah ma, jangan di paksa. Biar aku yang ngomong sama Mahesa" ujar Emma.
Emma segera beranjak dari duduk nya dan menyusul Mahesa ke lantai 2, belum sempat Mahesa membuka pintu kamarnya. Emma sudah lebih dulu menahan tangan Mahesa, sementara Mahesa mengernyitkan dahinya ketika melihat Emma di hadapannya.
Mahesa menghela nafas panjang.
"Mau apa kau ke sini?" tanya Mahesa ketus.
"Aku minta maaf ya, karena tadi pagi tidak mengecek mu kembali. Pakaianmu salah, tapi itu bukan salah ku. Kenapa kamu malah memakai pakaian lain yang bukan aku siapkan? Kamu kan jangan menjatuhkan aku seperti ini dong" seru Emma.
"Aku sedang tidak mood membahas ini, silahkan kamu kembali ke meja makan. Karena aku tidak akan menghukummu" tukas Mahesa sambil memasang senyum paksa dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Mahesa, tunggu" sergah Emma.
"Apalagi?" tanya Mahesa ketus.
"Aku tau kamu memang tidak pernah menginginkan ku, tapi kamu juga harus tau aku sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini. Hanya saja aku ingin menghormati kedua orang tuamu, dan aku mohon kita melakukannya demi mereka. Karena setelah pernikahan kita bisa mempersiapkan perpisahan kita" seru Emma lirih.
Mahesa tercengang mendengar ucapan Emma, ia tak menjawab sepatah katapun dan langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Emma hanya terdiam melihat Mahesa yang bersikap begitu dingin padanya, padahal niatnya sudah sangat baik ingin mengajak Mahesa bekerjasama. Emma mendengus pelan melihat tingkah Mahesa, ia segera kembali menuju ruang makan untuk melanjutkan makan bersama kedua calon mertuanya.
"Emma, bagaimana? apa Mahesa berlaku kasar sama kamu?" tanya Almira.
Emma tersenyum. "Tidak ma, hanya saja Mahesa kelelahan dan ingin pergi tidur. Mungkin nanti ia akan makan jika ia terbangun di tengah malam"
"Yasudah biarkan saja, jadwal ia hari ini juga cukup sibuk. Jadi wajar jika ia kelelahan dan bisa saja ia juga sudah makan di luar bersama Sabrina" seru Christian.
"Iya, papa benar. Yaudah ayo kita mulai makan malam kita Emma, selamat makan" gumam Almira.
"Selamat makan ma, pa" sahut Emma yang langsung menyantap makanannya.
Sementara itu di lain tempat, Mahesa yang masih termenung di balkon kamarnya. Ucapan Emma masih saja terus terngiang di telinganya dan hal itu membuat Mahesa harus benar-benar memikirkan ucapan Emma.
"Aku tau kamu memang tidak pernah menginginkan ku, tapi kamu juga harus tau aku sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini. Hanya saja aku ingin menghormati kedua orang tuamu, dan aku mohon kita melakukannya demi mereka. Karena setelah pernikahan kita bisa mempersiapkan perpisahan kita"
Mahesa mendengus pelan, seharusnya ia yang memberikan negosiasi macam itu dan bukanlah malah Emma. Namun semuanya sudah terlanjur, mungkin Emma akan menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan pura-pura.
"Bagaimana bisa Emma berpikir sampai sejauh itu" gumam Mahesa.
Mahesa segera meraih ponselnya, ia segera menelepon Sabrina untuk di buatkan janji temu dengan Selena di kantornya. Singkat cerita, Selena adalah seorang co-pilot handal. Ayahnya memiliki sekolah penerbangan khusus helikopter dan juga pemilik usaha pabrik Heli terbesar di Jepang.
"Halo Sabrina, apa kau sudah sampai di rumah" tanya Mahesa.
"Anda sangat perhatian tuan, tentu saja aku sudah di rumah. Ada apa anda menelepon saya?"
"Besok tolong hubungi Selena Geraldine untuk menemui saya di kantor"
"Baiklah, apakah anda akan mengambil kursus penerbangan lagi?"
"Tidak hanya saja aku ingin memesan helikopter pada Selena"
"Baiklah, ada lagi pesan untuk Selena?"
"Temui aku jam 9 pagi di ruangan dan jangan sampai telat" seru Mahesa.
"Baiklah tuan, saya akan menghubungi Selena"
"Oke, kalau begitu selamat beristirahat"
"Terima kasih pak"
Sambungan telepon terputus, Mahesa segera meletakkan kembali ponselnya. Kini ia bergegas untuk mandi untuk menghilangkan rasa penat di tubuhnya.