Chereads / UNWANTED WIFE : BUKAN ISTRI PILIHAN / Chapter 15 - Bab 15 - Emma Sang Penolong

Chapter 15 - Bab 15 - Emma Sang Penolong

Ema sedang menikmati masa libur panjangnya selama sepekan, ia bingung harus melakukan apa di rumah. Sedangkan Bibi Anna memberikan libur satu minggu lamanya.

'Arghh.. Aku harus cari suasana baru, biar gak suntuk. Ke cafe aja kali ya, makan croissant sambil minum cokelat panas enak kayanya" gumam Emma.

Ema memutuskan untuk pergi ke cafe langganannya untuk menikmati cokelat panas kesukaannya. Baru saja Emma tiba di cafe langganannya ia di kejutkan dengan seseorang yang ada di sebrang jalan. Emma memicingkan matanya dan kini ia dapat menangkap dengan jelas jika orang yang di lihatnya adalah Mahesa.

"Astaga.. Mahesa." Gumamnya dan langsung berlari menghampiri Mahesa di sebrang jalan.

"Mahesa, kamu mabuk ya?".

Mahesa membalikkan tubuhnya. "Nah ini dia nih yang bikin hidup gue menderita". Gumam Mahesa sambil terhuyung-huyung di dekat mobilnya.

Tak lama kemudian seseorang datang menghampiri Emma.

"Hey, lo pacarnya Shaka kan yang mau nikah sama Mahesa?". Ujar seseorang.

"I-iya". Sahut Emma terbata-bata.

"Gue Troy, temennya Mahesa. Lo bisa bantu Mahesa pulang kan? soalnya di mabuk parah dan gue gak bisa nganter Mahesa pulang karena masih ada urusan di dalem, lo bisa nyetirkan?".

"Iya bisa kok bisa".

"Yaudah, gue bantu Mahesa masuk ke dalem mobil". Gumam Troy.

Sementara Emma langsung mengendarai mobil Mahesa dengan hati-hati. Sepanjang perjalanan pulang, Mahesa terus berucap yang tidak-tidak dan hal itu membuat Emma sedikit geram. Namun Emma tak menghiraukan nya, sesampainya di rumah Mahesa, Emma segera membantu Mahesa keluar dari dalam mobil.

Emma bergegas memapah Mahesa dan membantunya masuk ke dalam rumah. Emma segera menekan bel dan tak lama kemudian seseorang membuka kan pintu dari dalam.

"Astaga, Mahesa, Emma. Kalian dari mana aja? Ini kenapa Mahesa bisa sampai mabuk berat seperti ini?". Tanya sang mama.

"Ceritanya panjang ma, boleh aku bawa dulu Mahesa ke kamar?".

"Iya ayo mama bantu kamu bawa Mahesa ke dalam kamar".

Mereka berdua langsung mengantar Mahesa ke dalam kamar dan merebahkan tubuh Mahesa di atas tempat tidur, Emma juga melepaskan sepatu dan jaket yang Mahesa kenakan, lalu merapatkan selimut ke seluruh tubuh Mahesa. Sang mama yang melihat pemandangan tersebut merasa sangat terenyuh dan merasa bahagia memiliki calon menantu seperti Emma.

"Sudah selesai ma".

"Terima kasih Emma, ayo ikut mama ke ruang tengah".

Emma langsung berjalan mengekori calon mertuanya untuk menuju ruang tengah.

"Emma gimana ceritanya Mahesa bisa semabuk itu? apa kalian berdua jalan bersama?". Tanya sang mama.

"Tidak ma, kebetulan aku bertemu Mahesa di depan club malam. Tadinya aku mau ke cafe yang ada di sebrang club malam, tapi aku melihat Mahesa sudah dalam keadaan mabuk berat dan ingin mengendarai mobil sendirian. Maka dari itu aku langsung menyusulnya dan mengantar Mahesa pulang".

"Astaga, keterlaluan Mahesa".

Tak lama kemudian asisten rumah tangga Mahesa membawakan secangkir cokelat panas dan juga croissant cokelat kesukaannya.

"Wah, bibi tau aja kalau aku lagi pengen cokelat panas dan juga croissant cokelat".

"Iya non, kebetulan tadi bibi lagi buat croissant cokelat. Pas banget Non Ema datang kemari, silahkan di cicipi non. Bibi mau ke belakang lagi".

"Iya bi, terima kasih".

"Ayo Emma di minum dulu".

"Iya ma".

Emma segera meraih secangkir cokelat panas tersebut, lalu meniupnya perlahan dan menyesap nya dengan hati-hati. Pikirannya langsung fresh dan seketika rasa lelahnya pun hilang.

"Lalu kenapa kamu pergi ke cafe selarut ini Emma?".

Emma menghela nafas. "Bibi Anna memberiku waktu cuti selama sepekan ma, dan aku benar-benar bosan di runah. Makanya aku memutuskan pergi ke cafe untuk menghilangkan rasa bosan".

"Emma, mama tidak mengijinkan kamu pergi malam-malam sendirian. Besok-besok kalau kamu mau kemana-mana harus di temani Mahesa".

"Tapi ma".

"Tidak ada tapi-tapian Emma, ini sudah larut sebaiknya kamu bermalam disini. Mama tidak mau kamu pulang sendirian, kamu bisa tidur di kamar Shaka".

"Baiklah ma".

Calon mertuanya langsung mengantar Emma menuju kamar Shaka, Emma terpaku di depan kamar Shaka karena hal itu membawanya kembali ke ingatan masa lalu mereka berdua.

"Astaga, bagaimana bisa aku tidur di kamar yang mengingatkan ku akan sosok Shaka" gumam Emma dalam hati.

Emma segera duduk di kursi kerja Shaka, ia meraih frame foto yang terpajang di atas meja kerjanya. Seketika buliran air mata nya jatuh membasahi kedua pipinya. Emma tidak menyangka jika Shaka masih menyimpan foto waktu pertama kali mereka resmi berpacaran.

Lalu Emma melihat buku diary Shaka yang terletak di atas meja kerjanya, Emma segera membuka buku tersebut dan membacanya.

"Aku tidak tau bagaimana caranya aku mengekspresikan bahagia ku ini, hari ini aku dan Emma resmi menjadi sepasang kekasih. Aku sangat bersyukur ia mau menerima ku, gadis itu sangat lugu dan sederhana. Aku mencintai segala kesederhanaan yang ada pada dirinya, bahkan aku sangat mencintainya melebihi nyawa ku sendiri. Emma aku sangat mencintai kamu, aku akan minta pada tuhan agar kita berdua di persatukan dalam pernikahan"

Emma menitikan air mata membaca isi buku diary tersebut, ia tidak menyangka jika Shaka mencintainya sedalam itu.

"Kenapa kamu pergi ninggalin aku, kalau kamu benar-benar cinta sama aku" Gumam Emma terisak.