Chereads / My True Friendship / Chapter 17 - Diskusi.

Chapter 17 - Diskusi.

Grup Chat: Squad Black Friendship

Jihan telah menambahkan Fiana

Jihan telah menambahkan Rezvan

Juna :Eh kiw ada dek Fiana

Hendri :LOH KOK ADA REZVAN JUGA!?

Rezvan :Calon murid baru bro

Juna :WIDIH NAMBAH GENG

Reyhan :Main kerumah Jihan kuy! kan ada Rezvan!

Jihan :^Lo jan jd kompor dadakn dng_-

Ken :Kuy!

Rivan :@Reyhan gue bonceng yah~

Reyhan :NOU! ANIYA! LIE! GUE BISA MATI MUDA KALAU LO BONCENG!

Arfan :@Rivan Bonceng aja si Reyhan, uji adrenalin, sekalian memperbanyak skill balap sambil bonceng orang

Reyhan :LO DOAIN GUE MATI YA!? SETIAP KALI DI BONCENG RIVAN NYAWA GUE SELALU MELAYANG DI ANGKASA COY!

Leon :@Rivan Reyhan kode mnt d bonceng th

Reyhan :DASAR YA KALIAN! TEMAN LAKNAK!

Alvin :Minum Aer bening dulu Reyhan, menyantuy kan diri

Rivan :@Reyhan Ok deh, gue bonceng^_^

Geon :@Reyhan stlh ini gue anter ke rmh skt dh buat pemeriksaan jantung

Deno :Anak-anakku yang tercinta, mari kita doakan keselamatan Reyhan Son Ives agar terselamatkan dari boncengan bahaya Rivan Ozzie Damarion Sang Pembalap Ngajak Mati Muda.

Fiana :Doa dimulai!

Reyhan :WOI! TOLONGIN GUE ELAH!

Reyhan :JAHAT BENER KALEAN SAMA GUE!

Reyhan :RIVAN! GAK USAH ANEH-ANEH LO!

Reyhan :INI GAK ADA YANG SAYANG GUE APA GIMANA YA!?!?

Hendri :Kesayangannya @Rivan

Treno :Kesayangannya @Rivan

Juna :Kesayangannya @Rivan

Reyhan :TEMAN GAK ADA AKHLAK!!!!!

Jihan :Mampos! karma th komporin ank-ank!

•|•|•|

"EBUSET! UDAH RAME AMAT NIH RUMAH!"Teriak Arfan tanpa dosa yang baru saja datang bersama Ziano dibelakangnya. Jihan mendelik kecil melihat tak sopannya Arfan yang seenak jidat memasuki rumahnya.

"Oh iya, mana Reyhan?"Tanya Ziano setelah menundukkan dirinya disamping Hendri. "Lagi dikamar mandi, sedari tadi mual mulu."Jawab Fiana yang baru saja keluar dari arah dapur bersama Deno.

"Lah? Rivan beneran bonceng Reyhan? eh gilak! beli obat njirr! bentar lagi Reyhan pasti langsung masuk angin!"Gelak Arfan yang memang sudah mengerti kebiasaan Reyhan sehabis di bonceng Rivan.

"Udah tadi, tapi saat mau minum obat malah ngumpat gak berfaedah dianya."Balas Fiana sembari menundukkan dirinya disamping Jihan. "Rivan benar-benar membuatku tersanjung."Puji Ziano sembari menepuk-nepuk pundak Rivan merasa haru begitu saja.

"Calon pembalap mah gini!"Dengan tingkat narsis yang begitu tinggi, Rivan berakhir diterjang William dan Geon yang sudah gemas melihat sifat narsisnya.

"Gue mau kasih pengumuman soal liburan kita ke pentai besok, gue bakalan bawa Bianca sebagai teman buat Fiana, kan gak mungkin Fiana jadi cewe sendiri, dan lagi kalian cuma bawa aja kebutuhan pokok, masalah pakaian dan sejenisnya gak usah bawa, Bianca yang beliin."

"Kalau ada Kakak atau adeknya yang mau ikut bawa aja dah, itung-itung buat makin rame nanti."Jelas Jihan setelah ia melihat semua teman-temannya datang.

Leon dan Juna kompak saling pandang. Setelahnya mereka jadi bingung sendiri mau membawa siapa untuk liburan ke Pantai nanti. "Gue bawa Adek gue ajalah."Putus Leon yang dibalas anggukan penuh maklum Jihan.

"Gue juga bawa adek gue."Sambung Ken dengan Reyhan yang juga baru saja bergabung. "Gue juga bawa adek."

"Ok siap!"Balas mereka secara serentak membuat Jihan mengangguk senang.

"Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang mau gue bahas sama kalian, ini ada hubungannya sama gue yang pindah sekolah, tapi peringatan buat otaknya hanya sebesar biji kacang, tolong jangan kebanyakan ngebacod, atau gue tempeleng satu-satu."Kata Rezvan yang tengah berdiri di samping Jihan.

Juna yang ingin memprotes ucapan Rezvan mengurungkan niatnya, dia begini-begini takut juga di tempeleng sama Rezvan.

Sakit lah bego.

"Kayaknya serius banget, emang ada apa?"Tanya Ken yang cukup dapat mengerti kondisi. Fiana sedari tadi hanya menyimak orang yang baru saja ia kenal tadi.

Cukup tampan, tidak-tidak, semuanya tampan di ruangan ini, tapi aura yang sepupu Jihan pancarkan ini berbeda dari yang lain.

"Tunggu sebentar... fokus Fiana! ayo fokus!"Batinnya menjerit kala baru saja mengakui pesona seorang Rezvan Earnest Caldwell.

Rezvan mengangguk kearah Jihan, setelahnya mereka berdua mulai menjelaskan segala permasalahan di sekolah beserta opini-opini yang mereka dapatkan hasil diskusi.

Hendri mengangkat tangan kanannya terlebih dahulu saat Rezvan dan Jihan baru saja menyelesaikan penjelasan mereka.

"Tolong dong, ini gue gak paham sama sekali, otak gue gak nyampe."Katanya secara jujur membuat Treno dan Juna yang se-sofa bersamanya mengangguk membenarkan.

Fiana hanya terkekeh geli sudah menduga segalanya. Mana mungkin makhluk sejenis Hendri, Treno dan Juna akan paham masalah begini.

Gadis itu menyipitkan matanya mulai berpikir. Dia bahkan baru tau ada korupsi seperti ini didalam sekolah favorit itu. Tak disangkanya sama sekali.

Bahkan sering kali Fiana mendapatkan hal ganjal, tapi tak ia hiraukan karena menurutnya itu hanyalah permasalahan sesaat ataupun kebijakan baru dari kepsek.

Ternyata semuanya sudah terencana rapi, kalau begini jadinya, Fiana dan teman-temannya harus berpikir cerdik dalam menyelidiki kasus ini.

Seorang pemuda mengangkat tangan dan memasang wajah serius. "Tapi bukannya masalah ini cukup serius? maksudnya bahkan sampai menyeret pejabat tinggi, ini terlalu sulit bagi pelajar seperti kita, apalagi masih SMP begini."

Pertanyaan yang cukup masuk akal dari Ziano. Pemuda itu cukup memahami konflik walau tak seluruhnya, tapi tentu saja otaknya tak benar-benar sampai untuk memahami maksud tersembunyi opini-opini yang lain.

"Papa gue, gak bisa percaya sama guru-guru ataupun karyawan lainnya didalam sekolah, karena mereka pasti lebih mudah untuk dipengaruhi dan di suap oleh pak Kepsek, apalagi posisi para guru dan karyawan bisa terancam bila ketauan tengah merencanakan sesuatu atas dasar pengkhianatan kepada sekolah."

"Apalagi yang memiliki kewenangan tinggi didalam lingkungan sekolah adalah seorang kepsek, Papa gue hanya pemilik, mengelola segala hal yang dibutuhkan sekolah dan menyelesaikan permasalahan di sekolah, bukan mengurusi tentang tindak hukum sekolah. Jelas disini kepsek yang lebih unggul."

"Kalau di teliti lebih dalam lagi, yang bisa dipercaya Papa gue ya hanya anaknya, karena gue sebagai anaknya pasti bakalan bela Papa gue habis-habisan, wewenang gue di sekolah juga tinggi, karena mendapat julukan 'anak pemilik sekolah'. Bahkan gue bisa bertindak seenaknya sama guru."

"Karena jelas, si kepsek gak akan negur gue, karena kepsek pasti udah buat rencana terselubung, nih ya contoh, kalau seandainya kepsek kasih gue peringatan atau sampai di Scorse, hukuman dan sejenisnya, Papa gue pasti tau, dan disana, kepsek gak mau di cap sebagai 'orang yang menghukum anak pemilik sekolah.' ya begitulah."

"Disini kepsek ingin mendapatkan kepercayaan dari pemilik sekolah, agar pemilik sekolah bener-bener percaya sama kepsek dan memberikan semua tanggung jawab penuh atas lingkungan sekolah kepada kepsek agar Papa gue gak perlu turun tangan."

Fiana mengangkat tangannya dan menatap penuh yakin kearah Rezvan. "Dengan begini, Kepsek bisa menguasai sekolah dengan dasar sudah memiliki kewenangan penuh atas lingkungan sekolah, jika ada masalah yang menimpa, kepsek bisa memutar balikkan fakta dan menyalahkan Papa Rezvan yang notabenenya pemilik sekolah."

"Dalam artian, ini adalah salah satu rencananya bila Rezvan memasuki sekolah, mengambil kepercayaan Papa Rezvan, agar Papa Rezvan tak perlu khawatir bila Rezvan melakukan kesalahan di lingkungan sekolah, karena Rezvan akan dilindungi dengan alasan 'anak pemilik sekolah'. Dasar dari orang yang lebih memikirkan Keluarganya daripada orang lain."

"Kepsek akan berpikir kalau Papa Rezvan sangat menyayangi Rezvan, makanya itu, Kepsek berdaulat akan melindungi Rezvan, sekalipun Rezvan yang salah, dengan ini, rencana merebut hati pemilik sekolah akan lebih lancar rancangannya."

Jihan mengangguk membenarkan dan tersenyum miring. "Tapi jelas, rencana ini gak akan berhasil karena Om River bukanlah orang yang seperti itu, Om River sudah memperhitungkan segala rencananya, makanya dia menyuruh Rezvan menyelidiki masalah ini dengan baik secara om River akan memanfaatkan keadaan ini."

"Paham?"Tanya Rezvan kearah teman Jihan walau dia sudah tau jawaban apa yang akan dia dapat bila bertanya seperti ini.

"OTAK GUE NGGEBUG TOLONG!"

"HAH!? APA!? AKU DIMANA!? AKU SIAPA!?"

"MASA DI OTAK GUE CUMAN ADA MAKSUD 'AHSUJSISJDMKDMANJXKKFKSMDMKS' GITU SIH!?"

"KENAPA DISAAT GUE MAU KELIATAN PINTER MALAH MEMPERSULIT OTAK KECIL GUE!"

"TOLONG DONG! GUE SUKA KABUR PELAJARAN PKN NIH!"

"OTAK GUE GAK BISA MEMAHAMI MASALAH INI DUARIUS DAH!"

"Jawaban yang tidak terlalu mengecewakan untuk orang bodoh, maklum lah."Pasrah Jihan saat melihat teman-temannya berasa habis diterjang soal mtk dari bab awal sampai akhir.

"Ok, tidak ada yang gue harapkan dari kalian yang otaknya cuma sebesar biji kacang."Memang benar, mulut Rezvan ini sangat nyelekit di hati, tapi dia hanya ingin berkata jujur.

"Tapi gue gak yakin rencana kepsek hanya sesederhana ini bila ingin mengambil posisi kepemilikan."Argumen Ken saat dirinya sudah dapat mencerna opini-opini tadi.

"Maka dari itu, gue pindah sekolah untuk membongkar segala rencana busuk kepsek dan mencari bukti, dengan begini, kepsek bisa dipecat dengan dasar hukum negara."Balas Rezvan dengan mantap membuat Ken mengangguk paham.

"Jadi tugas kami? ngebantu lo cari bukti kan?"Tanya Leon yang tidak dibenarkan ataupun disalahkan oleh Rezvan. "Kalian bisa jadi orang yang ngebantu gue, atau kalian bisa jadi umpan dari rencana gue."Balas pemuda itu terkesan enteng membuat Indra melotot tak terima.

"Dih, siapa lo mau jadiin kami umpan?"Tanya pemuda itu menantang yang segera mengalihkan atensi seluruh teman-temannya.

"Ini demi masa depan sekolah dan masa depan Keluarga Caldwell, kalau lo gak setuju sama segala rencana, mending lo gak usah masuk jejeran orang yang berjuang merebut kembali sekolah ke tangan yang benar."

Fiana hanya menyimak keadaan, sepertinya sebentar lagi akan ada adu argumen yang memanas diantara kedua pemuda ini.

"Lalu? kenapa kami harus percaya sama lo? bisa aja kan kalau sebenarnya dalang dibalik masalah ke ganjalan di sekolah karena memang murni ulah Papa lo?"Pemuda itu, Indra. Tak pernah menurut kepada siapapun.

Apapun yang menyulitkannya, tidak akan pernah pemuda itu lakukan. Apalagi rencana besar seperti ini, jelas akan memakan banyak korban. Pasti akan banyak yang terluka mengingat pejabat tinggi juga ikut turun tangan.

Indra membenci semua pejabat tinggi, ia begitu amat membencinya, karena keserakahan pejabat tinggi, banyak orang yang berkorban demi dirinya. Masa lalu kelamnya benar-benar bisa kembali muncul ke permukaan kalau begini ceritanya.

"Kalau lo gak mau bekerjasama, bukannya bakalan lebih banyak korban? bahkan gue denger dari Jihan, banyak sekarang guru baru yang mengincar anak gadis di sekolah, masih mau berdiam diri?"Tanya Rezvan telak yang kali ini memenangkan perdebatan.

Indra menggertakkan giginya. Benar, kalau dia tak ingin menjadi sekutu bagi Rezvan, akan semakin banyak korban disini, soalnya satu sekolah akan terkena dampaknya.

"Kalau ada yang terluka atau terancam, lo mau tanggung jawab?"Kembali bertanya dengan lantang, Indra bahkan tak gentar sama sekali untuk mengeluarkan segala argumennya.

Rezvan menyeringai penuh arti melihat keberanian Indra seperti ini. "Semuanya akan ditanggung Keluarga Caldwell, segala bentuk ancaman ataupun sejenisnya, akan dibereskan oleh Keluarga Besar Caldwell."

Indra mengangguk, kali ini saja, demi teman-temannya yang lain, ia harus berjuang untuk melindungi, bukan dilindungi lagi seperti dulu.

"Gue, ikut bekerja sama."

2 menit keheningan setelahnya...

"ITU CEMILAN GUE COEG!"

"BAGI-BAGI DONG ELAH!"

"EH JIHAN ADA KOMIK BARU SIAL!"

"COBA IKUTAN BACA DONG NJIR!"

"ELAH KAKI GUE LO INJEK BABI!"

"UDAHLAH SANTUY AJA!"

"ADA CECAK NJIR!"

"INJEK AJA GOBLO!"

"JANGAN DIINJEK! ROBEK AJA TUH MULUTNYA!"

"FAK! JANGAN LARI KE GUE NJIRR! GUE LAGI BAWA DUA CEMILAN! ENTAR JATOH!"

"ALVIN! INJEK WOI!"

"KATANYA DISURUH ROBEK MULUTNYA!"

"UDAH INJEK AJA NJIRR! DARIPADA TUH CICAK MAKIN MELIAR!"

"YAUDAH!"

Bugh!

"Udahlah, endingnya pasti bakalan gagal serius."