Tap! Tap! Tap!
Suara derapan langkah kaki dibawah derasnya guyuran hujan terdengar nyaring memenuhi suara hening. Berlari kencang menjauhi kerumunan mobil yang terjebak macet membuat langkahnya semakin cepat.
Pemuda itu merasakannya. Ada yang mengikuti langkahnya, makanya ia berlari menjauh dibawah derasnya hujan agar tak diikuti semakin jauh. Nafasnya memburu tatkala dirinya sampai didepan sebuah mansion mewah, tujuan utamanya.
Akhirnya, dia sampai tujuan.
"Aduh bangke, gara-gara dikejar fans gue jadi ngenes kayak gini."Gerutunya sembari melangkah mantap memasuki mansion mewah itu.
Ia sudah tak kuat berlari, cukup saja, halaman rumah mansion ini tak main-main luasnya, kaki nya bisa patah ditempat bila tetap kekeuh berlari agar cepat sampai di pintu utama.
"Hahhh... hahhhhh... anjirrrr cape..."
Cklek!
"NJIRRR ADA GEMBEL DEPAN RUMAH!"
"HEH MATAMU! INI GUE REZVAN ANJERRR!"
Jihan menghela nafas lega saat melihat ternyata Rezvan yang terduduk lemas di teras mansion nya. Siapa juga yang tak kaget melihat ada seorang pria berjaket hitam, kaos hitam, celana jeans hitam, sepatu hitam, topi hitam, masker hitam, dengan lengkap terguyur hujan.
Kan mirip gembel.
Gembel aestetik tapi.
Soalnya pakaiannya mahal.
"Lo gak ada niatan nawarin gue masuk apa?"Tanya pemuda yang berpakaian serba hitam itu sembari berdiri dari duduknya.
"Niat sih ada, ngucapinnya aja yang males."Balas Jihan terkesan sinis membuat Rezvan dengan gamblang menabok wajah tampannya menggunakan tas punggung.
"LO BARU DATENG UDAH MANCING KERIBUTAN AJA!"
"LO YANG MANCING DULUAN KAMPRET!"
"E-eh Rezvan? ayo masuk nak, jangan diluar, haduh kamu basah kuyup begini!"Panik seorang wanita yang sudah berusia 40 tahunan itu saat melihat tubuh Rezvan yang sudah basah kuyup akibat menerobos hujan deras.
Rezvan hanya tersenyum kikuk dan memasuki mansion rumah itu. Tanpa sepatah kata, ia melewati Jihan yang sudah memasang wajah,
'Kita lanjut gelud nya didalem!'
Rezvan yang memahami isyarat itu malah menunjukkan wajah meledeknya, sedangkan Jihan sudah memanas didepan teras melihat tak tahu malunya sepupu dekatnya itu.
Jihan menoleh, ia dapat melihat seorang pria baru saja melewati gerbang rumahnya dibawah derasnya hujan. Benar apa ucapan Rezvan tadi saat di chat, ada orang yang menguntitnya.
Entah apa motif orang itu mengikuti Rezvan yang sebenarnya tak ada gunanya, tapi Jihan yakin, ini pasti ada hubungannya dengan masalah di sekolah yang sedikit Rezvan ceritakan.
"Gue butuh otak licik kalau gini ceritanya."
[•]•[•]•[•]
"Jadi gue curiga sama kepsek di SMP lo, soalnya gini, SMP lo kan sekolahnya milik Papa gue, tapi si kepsek itu gak pernah kasih data yang valid mengenai keadaan yang sebenarnya di sekolah,"
"Kayak dia tuh memanipulasi segala data dan dokumen kebenaran tentang keadaan sekolah ke pemilik sekolah asli, Papa jadi khawatir kalau seandainya ada permasalahan di sekolah yang bakal terjerat kasus nanti pasti pemilik sekolah,"
"Papa sebenarnya udah sering kasih peringatan ke kepsek, cuman ini si kepsek tetep keras kepala dan makin menjadi ngasih informasi yang gak bener ke tangan Papa, makanya Papa suruh gue selidiki kepsek itu."
Jihan mengangguk paham dan sedikit berpikir. Memang benar, semenjak kepsek di ganti 1 tahun yang lalu, keadaan sekolah jadi sedikit kacau. Contoh saja, Jihan sering kali bolos sekolah, bahkan absen masuk dia cuman 2 Minggu 2 kali.
Kalau kepsek yang dulu pasti langsung di Scorse, lah ini? sama sekali gak ada, bahkan di panggil ke ruang guru atau dikasih peringatan aja enggak ada.
Jihan memang awalnya sudah curiga, tapi dia tetap bolos, itung-itung gak perlu denger Bunda nya ceramah karena beliau sering dipanggil ke sekolah. Manfaatkanlah keadaan sebelum keadaan yang memanfaatkan mu.
Apalagi yang paling penting, ada guru baru di pelajaran olahraga, tapi anehnya guru ini lebih suka mengajar para siswi daripada siswa. Para siswa lebih sering disuruh olahraga sendiri.
Sedangkan para siswi? tentu diajar dengan semestinya.
Tapi Jihan pernah melihat sebelumnya, salah satu teman perempuannya di kelas, namanya Kizzy, gadis tercantik dikelasnya itu sering kali ditatap berlebihan oleh guru olahraga.
Jihan tau, tatapan itu membuat gerak-gerik Kizzy seperti tak nyaman, gadis itu bahkan terlihat lebih menempel ke dekat Bedelia. Dan salah satu teman sekelas Jihan, si Juna juga menyadari itu.
Memang Juna akan menjadi siswa peka bila di situasi mendadak seperti ini. Seperti dugaan, Juna mendekati Kizzy dengan niat menghalangi pandangan guru olahraga.
Benar sekali. Guru olahraga terlihat sangat kesal dan langsung berbalik pergi.
"Kalau kasus nya kayak gini, kenapa gak di pecat aja?"Tanya Jihan saat ia melihat Rezvan mulai menata peralatan ps nya. "Kepsek itu punya wewenang tinggi, dia dilindungi sama pejabat tinggi juga, makanya Papa gak bisa seenak jidat pecat."
"Jadi maksudnya di kasus ini pejabat tinggi juga terlibat? ternyata se-tai ini kisah terselubung SMP gue."Gerutu Jihan yang ikut terduduk disamping Rezvan.
Kedua pemuda itu berbicara sembari mengotak-atik 'stick ps' agar tak terlalu jenuh, karena pembicaraan ini cukup berat untuk membuat kedua pemuda kang bolos ini berpikir keras.
"Iya, makanya kita butuh bukti kuat untuk pecat kepsek itu, soalnya kalau seenak jidat kepsek itu di pecat, Papa bisa kehilangan hak atas sekolah itu, karena sejatinya, sekolah itu sudah dijanjikan akan diambil alih oleh negara bila Papa tak efektif menjaganya."Jelas Rezvan kembali dengan tangan kiri sedikit memijat pelipisnya.
Pembicaraan ini cukup membuatnya pusing, apalagi dirinya yang cuman kaum mager dan tukang bolos disuruh menjalankan misi seperti ini.
Menglelah.
"Tunggu dulu! jangan-jangan rencana sebenarnya mengambil alih sekolah itu dari tangan Om River? apa ada persyaratan lain saat sekolah itu diambil alih oleh negara?"Tanya Jihan dengan tangan yang sibuk menekan-nekan 'stick ps' nya saat game sudah dimulai.
"Nah ini masalah! persyaratan lainnya, sekolah bisa diambil alih oleh negara, tapi dengan alasannya lain, sekolah bisa diberikan kepada kepsek jikalau kerja kepsek dalam pengelolaan lebih baik daripada pemilik sekolahnya itu sendiri! intinya, rencana awal merebut kepemilikan sekolah dengan bantuan pejabat tinggi!"
Rezvan membanting 'stick' nya saat 'skin' dipermainannya jatuh karena Jihan. Kelebihan kedua sepupu ini, bisa membagi konsentrasi dalam kondisi apapun.
"Jadi ini sederhana dari kisahnya kayak kepsek dan pejabat tinggi ada dendam kesumat sama Om River, makanya mereka mau merebut sekolah terbaik se nasional itu jatuh ke tangan mereka!"
"Kelanjutan buruknya, nama Papa akan tercoreng karena pengelolaannya atas sekolah nasional buruk sampai-sampai negara mengambil alih kepemilikan sekolah dan memberikannya kepada kepsek yang sekarang!"Rezvan mengangguk paham saat pembicaraan mereka menemukan titik terang begini.
Memang berdiskusi dengan Jihan kadang begitu buruk baginya, tapi disaat-saat serius, berdiskusi dengan Jihan adalah jalan terbaik karena pasti mereka menemukan titik terang pembicaraan.
Kecuali rencana.
Mereka berdua lemah di satu kata itu. Jihan dan Rezvan tipikal main tangan, senggol dikit tonjok. Kalau masalah membuat rencana menggunakan otak si...
Kan otak mereka dangkal, bagaimana suruh membuat suatu rencana?
"Dan kalau nama River sampai buruk, semua hal yang bersangkutan dengan keluarga Caldwell juga akan buruk, apalagi semuanya pasti akan mengalami penurunan penghasilan, mengingat sekolah nasional bukanlah sekolah biasa, entah dari segi manapun, keluarga Caldwell bisa diserang, entah dalam keadaan langsung atau dalam media."
"Dengan begini, Keluarga besar Caldwell bisa hancur karena masalah sekolah nasional, apalagi ini menyangkut soal negara, cabang-cabang perusahaan Caldwell di luar negeri pun juga akan berpengaruh karena provokasi dari pejabat tinggi, jadi rencana utamanya adalah menghancurkan keluarga Caldwell dengan menyerang titik fatalnya."Serobot Reffan panjang lebar sembari terduduk nyaman diatas ranjang milik Jihan.
Jihan dan Rezvan memasang wajah datar saat Reffan menyerobot ucapan mereka. Ah bagus sekali, fakta-fakta semakin terkuak kalau begini ceritanya.
"Ayah tau gak, otakku yang dangkal ini semakin dangkal saat denger opini dari Ayah."Protes Jihan yang terdengar seperti gerutuan membuat Rezvan mengangguk membenarkan.
"Masalah begini saja otak kalian sudah dangkal, bagaimana nanti kalau kalian sudah menjadi Tuan Besar Caldwell? penerus Keluarga Caldwell itu harus cerdik dan pintar dalam memahami situasi bila ada masalah begini, bukan malah mengeluh otak dangkal, tapi emang bener si otak kalian berdua terlalu dangkal untuk menjadi penerus Keluarga Caldwell."Cerocos Reffan tanpa henti yang kali ini membuat Rezvan menatapnya sinis.
"Ngatain apa muji om?"
"Dua-duanya."Jawab Reffan terkesan enteng membuat Rezvan menyudahi saja acara main game nya. Lelah sekali mental dia bila berada di rumah Jihan begini lama-lama.
"Yah, besok lusa Jihan mau ke pantai loh, bisa-bisanya Ayah nambah beban pikiran begini."Sudahi saja acara memutar otak untuk tadi, sekarang waktunya debat antara ayah, anak dan keponakan.
"Kalian ini penerus Keluarga Caldwell yang akan datang, jangan malas-malasan make otak!"
"Tapi males om, ngapain otak di pake kalau kapasitasnya aja udah mulai full."
"Nah! setuju sekali dengan opini Rezvan!"
"Kalian berdua ini dulu beneran ketuker ya di rumah sakit sama anak Caldwell yang asli?"
"Iya kali Yah, soalnya Jihan terlalu tampan buat jadi anak Ayah."
"Sedangkan Rezvan terlalu ganteng untuk jadi anak Papa River."
"Mau resigh jadi Ayah dan Om dari kalian."
BRAK!
"Lah? ngambek."Kekeh Rezvan saat rencananya dan Jihan berhasil menjahili Reffan. Memang benar mereka berdua hanyalah sebatas sepupu, tapi ikatan persaudaraan mereka lebih mirip seperti anak kembar.
Kode dikit aja langsung peka.
"Dahlah, mau tidur, balik kamar lo sono, otak gue udah gak muat buat mikir, kita lanjut besok aja, anak-anak juga tadi udah gue kabari sebelum lo kesini buat bahas rencana lusa."Jelas Jihan sembari mengusir keluar Rezvan dari kamarnya.
Pemuda yang diusir hanya mengangguk paham, tapi ia sedikit berpikir, bukankah didalam komplotan Jihan, hanya Jihan seorang yang paling pintar?
"Emang itu, si temen lo bisa mikir semua?"
"Oiya kan mereka gak ada otak, cuman gue doang yang ada otak."Berpikir sejenak sebelum ia kembali memiliki sebuah ide. "Ada satu temen gue yang otaknya diatas kapasitas, pasti dia bisa bantu kita."
"Yaudah, gue tunggu besok aja, gue juga jadi kepo sama temen yang lo ceritain itu."