Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

CITRA SANG BUNGA "Nerium Oleander"

Aishdhur
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.9k
Views
Synopsis
Menangis adalah rasa yang paling di takuti semua orang. Begitu juga dengan ku, hanya dalam satu detik mereka merusak CITRA ku di masa depan. Apa itu sebuah tebusan dosa? Atau ini hukuman untukku, tuhan? Sepedih ini kah rasanya di kecewakan? Tuhan..tolong berikan semua jawaban yang telah ku pertanyakan di setiap doa. .... "ku peringatankan padamu, Elda. Tegur apa yang salah pada anakmu, kau tahu bukan..aku orang seperti apa?...aku sanggup mati demi anakku, hanya untuk dia bisa bahagia. Kalau kau tak ingin aku melewati batas sebagai seorang bibi dari anakmu, maka dengarkan lah apa yang aku katakan." ancamku pada Elda. .... Di dalam rumah mewah. "patuhi saja perintah mama, Kirana!" "kenapa aku harus mematuhi perintah itu, sedangkan perintah itu membuat hatiku sakit?" tanya sang anak dengan api kemarahan. "jangan sampai kau melewati batas wajarmu seorang anak, Kirana." tekanku dengan mata mendelik. tanpa ada rasa peduli, sang anak memalingkan wajahnya dari sang ibu. Bergegas pergi keluar rumah. Tanpa sang anak sadari, dari telapak tangan sang ibunya mengeluarkan Kilauan cahaya terang berwarna hijau bercampur kehitaman. Di detik-detik terakhir, "kau ingin mama marah padamu?" tanya sang mama dengan bola mata yang berubah. sang anak tak memperdulikan pertanyaan itu, ia terus berjalan sampai di ambang pintu... sebuah kilatan cahaya, bagaikan petir yang menyambar langsung mengenai bumi. Begitu juga dengan sang mama, ia mengeluarkan cahaya dari tangannya lalu menyambar ke pintu, sayangnya kilatan cahaya itu ada yang memantul ke arah sang anak. Membuat sang anak terjatuh pingsan dengan kondisi yang mengenaskan. Perempuan yang sedang marah tadi langsung mendapat tamparan keras dari sang suami. "apa yang kau lakukan? apa sekarang kau gila, hah? kendalikan dirimu saat marah... Sekarang..cari kakakmu, hanya dia yang bisa menyembuhkan luka ini!" bentak sang suami. Tubuhnya mematung, "apa yang ku lakukan? apa..hiks...hiks..astaga...kenapa aku melakukan ini? hiks..hiks..." jatuh, menderaikan air mata. kakinya lemas seketika, kesadaran dari hati telah sadar. "apa yang kau tunggu...cepat cari kakakmu, sekarang!" .... Apa yang ku sembunyikan dari anakku adalah sebuah kesalahan. Seharusnya aku mengatakan semua dengan jujur dan sejujur-jujurnya. Tapi sampai kini aku tak bisa mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak0 rahasia masa lalu ku yang begitu gelap. Kekuatan, Harta, Dan semua yang ku punya hanya tinggal sia-sia. bayangan demi bayangan terus saja menghantui dala pikiran. Semua sudah hancur... Tak ada yang bisa ku lakukan lagi, tolong beri aku kesempatan tuhan, agar bisa memperbaiki semuanya. ....
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Angin kencang bertiup, mendayu dayu mengenai seorang wanita. Langit malam tidak lagi berwarna hitam, melainkan sedikit mengoren. Bulan dan bintang entah kemana perginya, mungkin mereka tak ingin mengganggu wanita itu.

Duduk di taman sendirian sambil memandang ke arah langit. Matanya yang sayu dan raut wajah kacau seolah dirinya sedang mendapat kan suatu badai yang sangat dahsyat dalam hidup. Suasana malam ini sama seperti nasib diri yang sekarang sedang kacau balau. Tatapan mata yang kosong dengan ekspresi wajah yang datar, sangat sulit orang di sekitarnya menebak apakah wanita itu sedih atau malah sedang bahagia.

Baru beberapa menit ia duduk, rintikan air hujan datang sedikit demi sedikit menetes membasahi tubuh ringkihnya. tetesan air hujan semakin deras. Sang wanita akhirnya meneteskan air mata yang hilang di sapu oleh air hujan.

Ia membiarkan seluruh tubuhnya basah kuyup. Malam yang semakin larut membuat suasana taman itu sedikit menyeramkan.

Wanita itu berdiri kemudian berjalan pelan dengan air mata yang masih mengalir di pipi . Berjalan tanpa arah tujuan, tak peduli seberapa banyak tetesan air hujan membasahi seluruh tubuh ringkihnya. Hanya ada satu harapan di hatinya saat ini yaitu Tuhan.

Entah tuhan akan menolong atau malah sebaliknya. Ia merasa begitu hina, begitu haram, hingga terkucilkan di pesta yang sangat penting bagi kehidupan dimasa depan.

Semua lenyap hanya karna satu titik noda hitam pada nasib hidup. Marah begitu sangat marah, benci begitu ia rasakan saat ini, sedih sudah pasti terasa di dalam hati. Apa ini hukuman atas dirinya dari Tuhan atau ini teguran.

Ia terus bertanya, dan akan terus bertanya tapi tak kunjung jua dapat jawaban. Polesan make up sudah hilang. Rambut tersanggul sudah berantakan, gaun indahnya sudah kotor terkena cipratan air tanah yang basah.

Ia menarik napas dalam dalam, menatap langit malam lalu, "AAAAAHHHHHHH....."

Teriakan besar melepas sedikit beban terpikul di pundak. Tubuhnya jatuh lemas tak bisa lagi berdiri begitu sakit, sakit, amat sangat menyakitkan di hatinya saat ini.

....