Chereads / CITRA SANG BUNGA "Nerium Oleander" / Chapter 6 - BAB 5. bayangan?...

Chapter 6 - BAB 5. bayangan?...

Di cafe...

Fara yang melihat peluang, langsung memoletkan jari telunjuk ke arah es krimnya. Kemudian mencolek pipi Zemira dengan jari telunjuk yang ada es krimnya.

"tu lihat, masa udah kelas 4 SD masih celemotan makan es krimnya." ucap Fara.

"ihhh... pipi Zemira celemotan." celetuk Devira menunjuk bekas colekkan dari Fara.

"akhhh..." Rajuk Zemira.

"hahaha...dasar, sini kak Fara bersihin." bukannya di bersihkan oleh Fara, malahan dirinya menambahkan lagi es krim di wajah Zemira.

Karena kesal, Zemira juga mengikuti apa yang Fara lakukan pada dirinya. Ia membalas Fara, dengan memoles wajah Fara menggunakan es krimnya miliknya.

"hahaha...wajah kakak sama kayak Zemira." tunjuk Zemira dengan tawanya.

Devira yang tadi hanya tersenyum kini ikut tertawa.

"aduhhh, kan lengket wajahnya. Tapi gak apa-apa deh, es krim kan manis, berarti wajah kak Fara jadi manis dong sekarang. iya kan?"

Zemira pun kembali memakan es krimnya dengan raut wajah yang bahagia, ia tersenyum mendengar guyonan yang Fara buat. Tatapan asing seketika langsung hilang berganti tatapan hangat.

Beberapa menit berlalu di dalam cafe kecil itu. Es krim yang berada di dalam mangkuk pun sudah habis, dan kini tergantikan dengan 3 piring kue kecil dan beberapa cangkir minuman dingin.

Fara melirik sang ibu, ia bingung harus apa sekarang ini. Devira yang di lirik hanya bisa memberi aba-aba padanya agar segera mengatakan sesuatu.

"heggg... Zemira?" panggil Fara dengan nada suara yang lembut.

"hem.." sahut Zemira dengan wajah yang tersenyum lebar.

Fara melihat senyuman itu, merasakan hatinya seperti di cubit sesuatu. Bayangan masa kecil tanpa seorang ayah langsung terlintas di dalam pikirannya. Ia dapat merasakan apa yang Zemira rasakan saat ini, tapi ia merasa...dirinya sedikit beruntung dari pada Zemira. Yahh... beruntung masih memiliki seseorang yang punya satu ikatan dengannya, yaitu seorang ibu. Ia masih punya ibu, ibunya yang membesarkan, dan memberikan semua kasih sayang yang di mana kasih sayang itu sudah lenyap.

Kasih sayang seorang ayah yang bolong di dalam hatinya di tanpal baik oleh sang ibu. Dan Zemira, ia tak memiliki siapapun lagi. Bahkan untuk seorang nenek pun ia tak ada. Bagaimana nasibnya kalau Zemira tak di masukkan ke sanggar tari milik ibunya? pasti sekarang anak kecil di depannya sekarang, merasakan kesepian sekali. Dari dalam batin merasa apa yang dulu ia rasa.

Dengan mata yang sedikit berkaca, akhirnya ia pun mengatakan beberapa kata yang sungguh sulit untuk di katakan saat sekarang ini.

"Zemira kan gak punya siapa siapa lagi, kemungkinan Zemira akan tinggal di panti-"

Fara menghentikan ucapannya, ia tak tega melihat wajah Zemira yang berubah sedih. sekarang, anak kecil di depannya menatap ke arah wajah sang ibu, seolah meminta pertolongan.

Tatapan mata Zemira langsung menyayat hati Devira.

'Apa yang harus aku lakukan?' Batin Devira sambil memejamkan kedua bola mata.

Jaga dia, karena dia adalah sinarmu.

Bisikan halus terdengar dari ujung telinga. Ia terdiam beberapa saat, menatap anaknya dan anak kecil di sampingnya. Tepat saat Zemira menatap mata Devira, dirinya langsung mendapat bayangan hitam berputar di dalam pikirannya, membentuk satu adegan kecil layaknya ia sedang berada di sana.

Di mana isi bayangan itu, terdapat seorang wanita remaja yang memiliki wajah yang sangat cantik sedang berdiri di hadapan pria dewasa. Kemudian remaja wanita itu menampar pria dewasa di depannya, lalu menarik tangan seorang wanita dewasa yang berdiri tak jauh darinya. Entah kenapa wanita dewasa itu, memiliki ciri fisik yang hampir sama dengan seseorang yang Devira kenal. Setelah menarik tangan wanita dewasa itu, dan keduanya pun menangis bersama di dalam pelukan.

"Zemira mau sama ibu, ibu udah janji sama Zemira kalo ibu mau nemenin Zemira kan?" kata Zemira sambil menggoncang lengannya, membuat Devira langsung tersadar dari apa yang ia lihat barusan.

Sekarang ia berada di posisi serba salah. Di satu sisi dirinya tak menginginkan hal itu, di sisi lain hatinya tak tegah dengan anak kecil di sampingnya. Karena bingung akan semua hal, akhirnya dirinya meminta sang anak yang memikirkan semuanya.

"Gimana far, ibu bingung?" Tanya Devira sedikit memaksa pada Fara.

"Aduh aku harus gimana nih? Ayolah Fara berpikir-berpikir, ahhh giliran mikirin cowok aja cepet, giliran sekarang kok mampet sih." ucap Fara dari dalam hati. kedua tangannya yang berada di bawah meja ia cubit-cubit agar segera mendapatkan ide.

Tiba-tiba sosok wajah laki-laki bule terlintas di pikirannya. Senyuman lebar langsung terukir di wajah.

"Ghanis!" Seru Fara dengan semangat.

Devira menyerengit heran melihat wajah sang anak, "Ghanis? Fara, ibu minta kamu mikirin jalan keluar dari masalah ini bukan mikirin laki-laki." Kesal Devira pada Fara.

"Itu kunci keluar masalah kita sekarang." Balas Fara.

"Apa?"

"Apa, apanya?" Tanya Fara bingung.

Tuk..

Devira menjitak kepala sang anak, tangan Fara langsung mengelus kesakitan. Sedangkan Zemira tertawa melihat aksi Devira dan Fara.

"Apa-apanya, apa-apanya. Kunci masalah kita Fara, itu yang ibu tanyakan. Gimana sih?"

Fara tersenyum salah tingkah, "hehe...oke gini, nanti Fara tanya sama Ghanis gimana jalan keluar yang harus di selesaikan. Sementara itu, kalian ngobrol ngobrol santai. Fara mau nelpon Ghanis dulu." Fara pun meninggalkan Devira dan Zemira menuju halaman luar cafe.

Ia mencari-cari seluruh kontak nomor yang namanya Ghanis. Tapi, di sana ada tiga kontak dengan nama yang sama. Membuat dirinya semakin kesal dengan hal itu. Bagaimana bisa tiga kontak dengan nama yang sama.

"Ya ampun... tiga? Ini yang namanya manjangin tali kelambu." Rutuk Fara memencet satu persatu nomor telepon itu.

Di sambungan pertama, yang mengangkat seorang laki laki dengan suara yang berat dan ketus.

"Hello, ini Ghanis yang mana ya?" Tanya Fara dengan wajah bodoh.

"....."

"Ohh bukan Ghanis Nugraha?"

"....."

"Maaf ya salah orang."

Fara mematikan sambungan telepon dengan kesal. Lalu memencet tombol selanjutnya.

"Orang tanya yah jawab aja, kenapa pakek acara marah marah lagi. Emang dia lagi ngapain sih." Gerutunya menunggu sambungan telepon kedua, sayangnya di sambungan kedua nomor itu sudah tak aktif lagi.

"Ahhh udah gak aktif lagi," Dengan geram ia langsung menghapus nomor kontak itu, "kalo ganti nomor itu ya bilang kek, aku juga kan susah ngapus-ngapusnya."

Hanya tinggal satu harapan yang tersisa sekarang, yaitu nomor terakhir.

"Semoga ini yang bener." Doa Fara.

"Helloo...." Sapa Fara memulai pembicaraan.

"Ohh hallo, ada apa far nelpon aku?" jawab seorang pria dengan nada suara yang sangat amat ramah.

Fara yang mendengar suara dengan orang yang benar hanya bisa tersenyum lega.

"Akh akhirnya bener, ini aku mau nyelesain masalah. Berhubung masalah cuma kamu yang bisa selesaikan, aku minta tolong boleh?" ucap Fara menatap ke arah jalanan di dekatnya.

"Oh boleh, kebetulan dua hari yang lalu aku baru aja sampe di Indonesia."

"Syukurlah, jadi begini-"

Dengan singkat padat dan jelas Fara menjelaskan semuanya pada seseorang di sana.

....

Fara datang dengan wajah tersenyum, Devira ikut tersenyum melihat akan ada kabar gembira yang datang.

"Gimana?"

"Dia mau bantu, kayaknya tuhan sayang kita Bu." Fara mengedipkan matanya untuk Zemira.

Zemira hanya bisa menatapnya dengan wajah tak mengerti.

"Ghanis besok dateng kerumah, kita cuma butuh Zemira sama semua keterangan keluarganya itu aja."

"Keluarga Zemira gak ada, Fara."

"Besok bisa di bicarain." Fara mencubit pipi Zemira gemas.

....

Bersambung...

....

Hai para readers ku sekalian...

lebay gak cara nyapa aku?

Hehehe...Udahlah itu gak usah di pikirkan, sekarang ini aku mau ngasih tau kalian semua. Coba-cobalah buat komen atau kasih masukan, terserah deh mau komen apapun itu. Yang penting bisa buat aku jadi senang dan semangat buat nulis.

Bagi yang ngikutin cerita aku dari awal, aku hanya bisa ucapin terima kasih banyak-banyak.

Aku gak bisa upload cepet-cepet, takutnya nanti ceritanya buyar hanya karena ide yang di paksakan. Dan akhirnya bikin cerita ini jadi aneh.

Mohon maaf kalau masih ada typo. Itu aja yang mau aku sampaikan.

Semoga hari kalian selalu berwarna...

....